Daftar Kitab

Halaman 931



Teks Arab

حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ أَحْمَدَ، ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمَرْزُبَانِ الْآدَمِيُّ، ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ حَكِيمٍ الرَّازِيُّ، ثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ هَارُونَ بْنِ عَنْتَرَةَ، حَدَّثَنِي أَبِي، عَنْ جَدِّي، عَنْ عُمَيْرِ بْنِ سَعْدٍ الْأَنْصَارِيُّ، قَالَ: " بَعَثَهُ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ عَامِلًا عَلَى حِمْصَ، فَمَكَثَ حَوْلًا

Teks Indonesia

Sulaiman bin Ahmad menceritakan kepada kami, Muhammad bin Marzuban Al Adami menceritakan kepada kami, Muhammad bin Hakim Ar-Razi menceritakan kepada kami, Abdul Malik bin Harun bin Antarah menceritakan kepada kami, ayahku menceritakan kepadaku, dari kakekku, dari Umair bin Sa`d Al Anshari, dia berkata: Umar mengutusnya sebagai gubernur Hims. Setelah setahun kepergiannya, Umar tidak menerima kabar berita darinya. Karena itu dia berkata kepada sekretarisnya, "Tulislah surat kepada Umair. Demi Allah, aku menduga bahwa dia telah mengkhianati kami. Isi surat itu adalah: Jika kamu telah menerima surat ini, maka menghadaplah kepadaku. Menghadaplah dengan membawa harta fai` kaum muslimin yang telah kau kutip saat engkau membaca suratku ini." Umair langsung membawa kantongnya dan memasukkan bekal dan bejana ke dalamnya, kemudian menggantungkan kantong airnya, dan mengambil anazah (sejenis tongkat yang bisa dijadikan senjata). Kemudian dia berjalan kaki dari Hims hingga Madinah. Dia tiba di Madinah dalam keadaan warna kulitnya telah menghitam, wajahnya berdebu dan rambutnya panjang. Dia menemui Umar dan berkata, "As-sa. Jamu alaikum, wahai Amirul Mukminin." Umar menjawab, "Bagiamana keadaanmu?" Umair menjawab, "Apa yang kaulihat dari keadaanku? Tidakkah engkau melihatku sehat badanku dan suci darahku? Aku membawa serta duniaku, aku menariknya dengan tanduknya." Umar bertanya, "Apa yang kaubawa?" Umar mengira bahwa dia datang membawa harta benda yang banyak. Umair menjawab, "Aku hanya membawa kantong perbekalanku yang berisi bekal perjalanan, nampan untuk makan, wudhu serta mencuci kepala dan rambutku, kantong air untuk menaruh air wudhu dan minumanku, serta anazah yang kugunakan untuk melawan musuh jika muncul di hadapanku. Demi Allah, tidak ada dunia kecuali dia mengikuti kemauanku." Umar bertanya, "Apakah kamu datang dengan berjalan kaki?" Dia menjawab, "Ya." Umar bertanya, "Tidakkah ada seseorang yang mau mendermakan hewannya untuk kaunaiki?" Dia menjawab, "Mereka tidak melakukannya, dan aku tidak memintanya kepada mereka." Umar berkata, "Sungguh buruk kaum muslimin yang engkau tinggalkan itu." Umair berkata kepadanya, "Bertakwalah kepada Allah, wahai Umar! Allah telah melarangmu menggunjing, dan engkau pun melihat mereka shalat Shubuh." Umar bertanya, "Dimana aku mengutusmu, dan apa yang kaulakukan?" Umair menjawab, "Apa maksud pertanyaanmu, wahai Amirul Mukminin?" Umar berkata, "Maha Suci Allah." Umair berkata, "Seandainya aku tidak takut membuatmu cemas, aku pasti tidak mengabarkan kepadamu. Engkau mengutusku untuk pergi ke negeri itu. Kemudian aku mengumpulkan orang-orang yang baik dari penduduknya, dan aku melimpahkan tugas kepada mereka untuk mengutip harta fai` dari mereka. Ketika mereka telah mengumpulkannya, maka aku menyalurkannya sesuai ketentuannya. Dan seandainya ada bagian untukmu, aku pasti memberikannya kepadamu." Umar bertanya, "Jadi, kamu datang tanpa membawa apa pun?" Umair menjawab, "Tidak." Kemudian Umar berkata kepada orang-orangnya, "Buatlah perjanjian baru dengan Umair." Namun Umair berkata, "Cukup, aku tidak mau lagi bekerja untukmu dan tidak pula seseorang sesudahnya. Demi Allah, aku tidak selamat, bahkan sekarang ini aku belum selamat. Aku pernah berkata kepada seorang nasrani, "Semoga Allah menghinakanmu!" Inilah yang kauhadapkan padaku, wahai Umar! Dan sehingga hari-hariku yang paling susah adalah hari-hari aku menjadi gubernurmu, wahai Umar." Kemudian Umair meminta ijin pergi, lalu Umar pun mengijinkannya, dan akhirnya dia kembali ke rumahnya." Jarak antara Hims dan Madinah adalah bermil-mil. Lalu ketika Umair pergi, Umar berkata, "Menurutku Umair telah mengkhianati kami." Kemudian Umar mengutus seseorang yang bernama Harits, dan dia memberinya uang seratus dinar. Umar berkata kepadanya, "Pergilah dan temuilah Umair. Tinggallah di rumahnya, seolah-olah kamu tahu. Apabila engkau melihat tanda-tanda yang mencurigakan, maka pulanglah! Dan jika engkau melihat keadaan yang sangat sulit, maka serahkan uang seratus dinar ini kepadanya." Lalu pergilah Umar. Sesampai di Hims, dia mendapati Umair sedang duduk menunggui pakaiannya di samping kebun. Orang itu mengucapkan salam, lalu Umair berkata kepadanya, "Duduklah, semoga Allah merahmatimu." Kemudian dia duduk, lalu Umair bertanya kepadanya, "Darimana asalmu?" Dia menjawab, "Dari madinah." Umair bertanya, "Bagaimana keadaan Amirul Mukminin saat kautinggalkan?" Dia menjawab, "Baik." Umair bertanya, "Bagaimana keadaan kaum muslimin saat kautinggalkan?" Dia menjawab, "Baik." Umair bertanya, "Tidakkah Umar menegakkan sanksi Islam?" Dia menjawab, "Benar. Dia mendera salah seorang anaknya yang melakukan perbuatan nista, lalu dia mati akibat dera itu." Umair berdoa, "Ya Allah, tolonglah Umar, karena setahuku dia sangat mencintai-Mu." Kemudian orang itu tinggal di rumahnya selama tiga hari. Keluarga Umair tidak makan selain sejumput gandum yang mereka peruntukkan bagi orang tersebut hingga mereka kelaparan. Setelah itu Umair berkata kepadanya, "Engkau telah membuat kami lapar. Jika memungkinkan bagimu untuk pindah dari rumahku, lakukanlah!" Kemudian dia mengeluarkan dinar dan menyerahkannya kepadanya sambil berkata, "Amirul Mukminin mengirimkannya untukmu, gunakanlah!" Umair berteriak dan berkata, "Aku tidak butuh, kembalikan kepadanya." Kemudian istrinya berkata, "Kalau kau membutuhkannya, maka gunakanlah. Jika tidak, maka sedekahkanlah!" Umair berkata, "Demi Allah, tidak ada kebutuhan yang harus kututupi dengan uang itu." Kemudian istrinya menyobek bagian bawah kerudungnya, lalu memberikan sobekan kain itu, lalu Umair menaruh uang itu di dalamnya. Kemudian Umair keluar untuk membagi-bagikannya di antara anak-anak syuhada dan orang-orang fakir, lalu pulang. Utusan itu mengira bahwa Umair memberikan sedikit untuknya. Lalu Umair berkata kepadanya, "Sampaikan salam dariku untuk Amirul Mukminin." Kemudian Harits pulang menemui Umar, lalu Umar bertanya, "Apa yang kaulihat?" Dia menjawab, "Wahai Amirul Mukminin, aku melihat sebuah keadaan yang parah." Umar berkata, "Apa yang dia lakukan dengan dinar-dinar itu?" Dia menjawab, "Aku tidak melihatnya." Kemudian Umar menulis surat kepada Umair yang isinya: Apabila engkau menerima suratku ini, maka jangan letakkan dari tanganku sebelum engkau menghadapku." Kemudian Umair menemui Umar iifc. Umar bertanya kepadanya, "Apa yang kaulakukan dengan dinar-dinar itu?" Umair menjawab, "Aku melakukan apa yang kulakukan. Apa maksud pertanyaanmu ini." Umar berkata, "Aku memohon kepadamu, beritahu aku apa yang kaulakukan dengannya." Umair menjawab, "Aku mempersembahkannya untuk diriku sendiri." Umar berkata, "Semoga Allah merahmatimu." Kemudian Umar menyuruh pegawainya untuk memberinya satu karung makanan dan dua potong pakaian, namun Umair berkata, "Aku tidak perlu makanan, karena aku masih menyisakan dua gantang makanan di rumahku, sampai aku memakannya." Dia tidak mengambil makanan itu, dan mengenai pakaian yang ditawarkan itu dia berkata, "Ummi fulan tidak punya pakaian." Dia pun mengambilnya, dan setelah itu dia pulang ke rumahnya. Tidak lama sesudah itu Umair meninggal dunia, semoga Allah merahmatinya. Ketika berita itu sampai kepada Umar, maka dia sangat terpukul dan berbela sungkawa terhadapnya. Dia pergi ke Bagi` Al Ghargad bersama para pengantar jenazah. Dia berkata kepada para sahabatnya, "Silakan setiap orang di antara kalian menyampaikan angan-angannya." Lalu berkatalah seseorang, "Wahai Amirul Mukminin, aku berharap punya harta yang banyak supaya aku bisa memerdekakan budak demi memperoleh ridha Allah." Yang lain berkata, "Wahai Amirul Mukminin, aku berharap punya harta yang banyak untuk kuinfakkan di jalan Allah." Dan yang lain berkata, "Aku berharap punya kekuatan yang besar sehingga bisa mengerek timba air Zamzam untuk memberi minum para peziarah haji di Baitullah." Lalu Umar berkata, "Dan aku berharap punya orang seperti Umair bin Sa`d sehingga aku bisa memintanya bantuan untuk mengurusi kepentingan-kepentingan umat Islam."