Halaman 1273
Teks Arab
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ مَالِكٍ، ثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ، حَدَّثَنِي أَبِي، ثَنَا يَسَارٌ، ثَنَا جَعْفَرٌ يَعْنِي ابْنَ سُلَيْمَانَ، ثَنَا ثَابِتٌ الْبُنَانِيُّ، قَالَ: " كَانَ سَلْمَانُ فِي عِصَابَةٍ يَذْكُرُونَ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ، قَالَ: فَمَرَّ النَّبِيُّ ﷺ فَكَفُّوا، فَقَالَ: مَا كُنْتُمْ تَقُولُونَ؟ فَقُلْنَا: نَذْكُرُ اللهَ يَا رَسُولَ اللهِ، قَالَ: قُولُوا، فَإِنِّي رَأَيْتُ الرَّحْمَةَ تَنْزِلُ عَلَيْكُمْ، فَأَحْبَبْتُ أَنْ أُشَارِكَكُمْ فِيهَا، ثُمَّ
Teks Indonesia
Abu Bakar bin Malik menceritakan kepada kami, Abdullah bin Ahmad bin Hambal menceritakan kepada kami, ayahku menceritakan kepadaku, Yasar menceritakan kepada kami, Ja`far —yakni bin Sulaiman— menceritakan kepada kami, Tsabit Al Bunani menceritakan kepada kami, dia berkata, "Salman bersama sekumpulan orang sedang berdzikir kepada Allah lalu Nabi ﷺ lewat sehingga mereka menghentikan dzikir sejenak. Beliau bertanya, "Apa yang kalian ucapkan?" Kami menjawab, "Kami sedang berdzikir kepada Allah, ya Rasulullah." Beliau bersabda, "Ucapkanlah, karena aku melihat rahmat turun pada kalian sehingga aku ingin ikut bersama kalian di dalamnya." Kemudian beliau bersabda, "Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan di tengah umatku satu golongan yang aku diperintahkan untuk bersabar bersama mereka." Hadits ini juga diriwayatkan Musallamah bin Abdullah dari pamannya yaitu paman Salman dengan redaksi yang panjang tentang kisah mu`allaf. Kami menyebutkannya bersama hadits-hadits yang serupa dalam kitab Mulianya Kefakiran. Syaikh (Abu Nu`aim) berkata: Orang-orang yang benar-benar fakir dari kalangan sahabat dan tabi`in selalu membayangkan terjadinya kiamat. Tanda-tanda kejujuran pada mereka terlihat jelas. Batin mereka dipenuhi musyahadah (kontemplasi) terhadap Yang Haq, karena Yang Haq menyaksikan dan mengurusi mereka. Rasulullah ﷺ adalah delegasi dan pendidik mereka. Orang yang berpaling dari dunia dan godaannya, menaruh perhatian pada akhirat dan kebahagiaannya sehingga dia menjauhkan diri dari segala yang fana dan lemah, menolak segala hiasan dan permainan, musyahadah terhadap perbuatan Yang Maha Esa lagi Mahakekal, serta mencari kenyamanan di masa mendatang, yaitu kelanggengan akhirat dan kenikmatannya, keabadian naungannya dan kemegahannya, datangnya nikmat tambahan dan perkembangannya, menyaksikan Sesembahan dan kenikmatannya, manusia seperti ini memang sepantasnya ridha dengan kefakiran, yang dipilihkan Sesembahan baginya, gembira dengan apa yang dibagikan Allah kepadanya, berusaha keras menuju apa yang diserukan Allah kepadanya, dan selalu menjaga bersitan-bersitan dalam hatinya. Semua itu agar dia termasuk golongan orang-orang yang mensucikan diri, dibangkitkan bersama golongan orang-orang yang lemah dan miskin, dan didekatkan bersama hamba-hamba Allah yang didekatkan. Karena itu, dia memanfaatkan seluruh waktunya dengan menghindari perbauran orang-orang yang suka bergaul, menjaga waktunya dari bermanis-manis bicara dengan para pelaku kebatilan, dan bekerja keras dalam menjalin hubungan dengan Tuhan semesta alam, dengan meneladani junjungan para utusan dalam semua keadaannya.