Daftar Kitab

38. Kisah Sulaiman bin Dawud

Kemudian Sulaiman bin Dawud mewarisi kepemimpinan Bani Israil setelah ayahnya, Dawud. Allah menundukkan untuknya jin, manusia, burung, dan angin. Allah juga menganugerahkan kepadanya kenabian. Ia memohon kepada Tuhannya agar memberinya kerajaan yang tidak akan diberikan kepada seorang pun setelahnya, maka Allah mengabulkan doanya, lalu memberinya hal itu.

Ibnu Humayd menceritakan kepada kami, ia berkata: Salamah menceritakan kepada kami, dari Muhammad bin Ishaq, dari sebagian ulama, dari Wahb bin Munabbih: Apabila ia (Sulaiman) keluar dari rumahnya menuju tempat duduknya, burung-burung akan melingkupinya, dan manusia serta jin akan berdiri untuknya hingga ia duduk di singgasananya. Ia -sebagaimana yang mereka katakan- (berkulit) putih, berbadan besar, dan bercahaya, berambut lebat, dan memakai pakaian berwarna putih. Ayahnya pada masa pemerintahannya -setelah Sulaiman mencapai usia dewasa- mengajaknya bermusyawarah -sebagaimana yang disebutkan- dalam urusan-urusannya.

Dan di antara kebiasaan ia dan ayahnya, Dawud, adalah memberikan keputusan tentang kambing yang merusak tanaman kaum (yang Allah ceritakan kisah mereka dan kisah keduanya dalam kitab-Nya), Allah berfirman,

"Dan (ingatlah kisah) Dawud dan Sulaiman, di waktu keduanya memberikan keputusan mengenai tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan kaumnya. Dan adalah Kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu, maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman (tentang hukum yang lebih tepat); dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu." (QS. Al-Anbiya: 78-79)  

Abu Kurayb dan Harun bin Idris Al-Asham menceritakan kepada kami, keduanya berkata: Al-Muhaaribi menceritakan kepada kami, dari Asy`ats, dari Abu Ishaq, dari Murrah, dari Ibnu Mas`ud, tentang firman Allah, "Dan (ingatlah kisah) Dawud dan Sulaiman, di waktu keduanya memberikan keputusan mengenai tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan kaumnya," (QS. Al-Anbiya: 78) ia berkata, "Yaitu kebun yang buah anggurnya telah merusak (tanaman lainnya)." Ia berkata, "Maka Dawud memutuskan bahwa kambing-kambing itu menjadi milik pemilik kebun. Sulaiman berkata, `Tidak seperti itu, wahai Nabi Allah.` Ia (Dawud) bertanya, `Lalu bagaimana?` Ia (Sulaiman) menjawab, `Kebun itu diserahkan kepada pemilik kambing agar ia merawatnya hingga kembali seperti semula, dan kambing-kambing itu diserahkan kepada pemilik kebun agar ia mendapatkan (manfaat) darinya, hingga apabila kebun itu telah kembali seperti semula, engkau mengembalikan kebun itu kepada pemiliknya dan engkau mengembalikan kambing-kambing itu kepada pemiliknya.` Maka itulah firman Allah, "maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman (tentang hukum yang lebih tepat)." (QS. Al-Anbiya: 79).  

Ia (Sulaiman) adalah orang yang suka bepergian, ia hampir tidak pernah berhenti dari bepergian. Ia tidak pernah mendengar ada seorang raja di suatu daerah di bumi kecuali ia akan mendatanginya hingga ia tunduk kepadanya. Dan sebagaimana yang diceritakan oleh Ibnu Humayd kepada kami, ia berkata: Salamah menceritakan kepada kami, dari Ibnu Ishaq -sebagaimana yang mereka katakan- apabila ia ingin bepergian dan memerintahkan pasukannya, maka akan dibuat untuknya (kendaraan) dari kayu, lalu dibuat untuknya (tempat) di atas kayu itu. Kemudian orang-orang, hewan-hewan tunggangan, dan semua peralatan perang diangkut ke atasnya. Hingga apabila telah diangkut bersamanya apa yang ia kehendaki, ia memerintahkan angin yang kencang, lalu (angin itu) masuk ke bawah kayu itu, lalu mengangkatnya. Apabila ia telah terbang bersamanya, ia memerintahkan angin yang tenang, lalu (angin itu) membawanya selama sebulan dalam perjalanannya pulang dan sebulan dalam perjalanannya pergi ke mana pun ia kehendaki. Allah berfirman,

"Dan Kami tundukkan angin bagi Sulaiman yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula)." (QS. Saba: 12).

Yang dimaksud adalah `ke mana pun ia kehendaki.` Dan Allah berfirman,

"Dan Kami tundukkan angin bagi Sulaiman yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula)." (QS. Saba: 12)  

Ia (Ibnu Ishaq) berkata, "Disebutkan kepadaku bahwa ada sebuah rumah di daerah Tigris yang tertulis padanya tulisan yang ditulis oleh sebagian pengikut Sulaiman, entah dari jin atau manusia, `Kami singgah di dalamnya, dan (rumah itu) belum kami selesaikan, dan kami mendapati (rumah itu) telah dibangun. Kami berangkat pagi hari dari Istakhr lalu kami singgah di dalamnya. Dan kami akan pergi darinya, insya Allah, lalu bermalam di Syam.`

Ia (Ibnu Ishaq) berkata, "Dan -sebagaimana yang sampai kepadaku- angin akan melewati pasukannya, dan angin yang tenang akan menurunkannya ke tempat yang ia kehendaki, meskipun (angin itu) melewati tanaman, ia tidak akan menggerakkannya."

Al-Qasim bin Al-Hasan telah menceritakan kepada kami, ia berkata: Al-Husain menceritakan kepadaku, ia berkata: Hajjaj menceritakan kepada kami, dari Abu Ma`syar, dari Muhammad bin Ka`ab Al-Qurazhi, ia berkata: Telah sampai kepada kami bahwa pasukan Sulaiman panjangnya seratus farsakh, dua puluh lima farsakh darinya untuk manusia, dan dua puluh lima farsakh untuk jin, dan dua puluh lima farsakh untuk binatang buas, dan dua puluh lima farsakh untuk burung-burung. Ia memiliki seribu rumah dari kaca di atas kayu, di dalamnya terdapat tiga ratus orang istri dan tujuh ratus orang selir. Maka ia memerintahkan angin yang kencang, lalu (angin itu) mengangkatnya. Dan ia memerintahkan angin yang tenang, lalu (angin itu) membawanya. Maka Allah mewahyukan kepadanya ketika ia sedang berjalan di antara langit dan bumi,

"Sesungguhnya Aku telah menambahkan (kekuasaan) pada kerajaanmu, yaitu bahwa tidak ada seorang pun dari makhluk yang berbicara kecuali angin akan datang membawanya kepadamu dan mengabarkannya kepadamu."

Abu As-Sa`ib menceritakan kepada kami, ia berkata: Abu Mu`awiyah menceritakan kepada kami, dari Al-A`masy, dari Al-Minhal bin `Amr, dari Sa`id bin Jubair, dari Ibnu `Abbas, ia berkata: "Sulaiman bin Dawud dibuatkan untuknya enam ratus kursi, kemudian para pemuka manusia datang lalu duduk di dekatnya, kemudian para pemuka jin datang lalu duduk di dekat manusia." Ia berkata, "Kemudian ia memanggil burung-burung, lalu mereka menaungi mereka. Kemudian ia memanggil angin, lalu (angin itu) membawa mereka." Ia berkata, "Maka mereka berjalan selama satu pagi sejauh perjalanan sebulan."

Beberapa Peperangan Sulaiman

Dari peperangan-peperangan Sulaiman yang kisahnya sampai kepada kami adalah peperangannya ketika ia berkirim surat kepada Bilqis -dan ia menurut ahli nasab adalah Yalmaqah binti Al-Yasyrah -dan sebagian mereka berkata: binti Ili Syarah[2], dan sebagian mereka berkata: binti Dzi Syarah- bin Dzi Jadn bin Aili Syarah bin Al-Harits bin Qais bin Shaifi bin Saba` bin Yasyjub bin Ya`rub bin Qahtan-, kemudian ia (Bilqis) datang kepadanya (Sulaiman) dengan damai tanpa perang dan pertempuran.

Sebab ia (Sulaiman) berkirim surat kepadanya -sebagaimana yang disebutkan- adalah bahwa ia kehilangan burung hud-hud pada suatu hari dalam suatu perjalanan yang ia lakukan, dan ia membutuhkan air, namun ia tidak mengetahui siapa yang ada setelahnya (yang mengetahui keberadaan air), dan dikatakan kepadanya bahwa burung hud-hud mengetahui hal itu. Maka ia pun bertanya tentang burung hud-hud, namun ia tidak menemukannya. Sebagian mereka berkata, "Bahkan Sulaiman bertanya tentang burung hud-hud karena ia tidak melaksanakan tugas kenabiannya."

Maka inilah kisah Sulaiman dan perjalanannya itu, serta kisah Bilqis. Al-`Abbas bin Al-Walid Al-Amili menceritakan kepada kami, ia berkata: `Ali bin `Ashim menceritakan kepada kami, ia berkata: `Atha` bin As-Sa`ib menceritakan kepada kami, ia berkata: Mujahid menceritakan kepadaku, dari Ibnu `Abbas, ia berkata: "Sulaiman bin Dawud apabila bepergian atau ingin bepergian, ia akan duduk di singgasananya, dan kursi-kursi diletakkan di sebelah kanan dan kirinya, lalu ia memberikan izin kepada manusia (untuk duduk), kemudian ia memberikan izin kepada jin setelah manusia, maka mereka pun berada di belakang manusia, kemudian ia memberikan izin kepada setan-setan setelah jin, maka mereka pun berada di belakang jin. Kemudian ia mengutus (seseorang) kepada burung-burung, lalu mereka menaungi mereka dari atas mereka. Kemudian ia mengutus (seseorang) kepada angin, lalu (angin itu) membawa mereka, sementara ia berada di atas singgasananya dan manusia berada di atas kursi-kursi. Maka (angin itu) pun berjalan membawa mereka selama satu pagi sejauh perjalanan sebulan dan selama satu sore sejauh perjalanan sebulan (pula), dengan tenang ke mana pun ia sampai, (angin itu) tidak kencang dan tidak (pula) pelan, pertengahan antara keduanya.

Ketika Sulaiman sedang berjalan dan Sulaiman telah memilih seekor burung dari setiap jenis burung, lalu ia menjadikannya sebagai pemimpin burung-burung itu. Maka apabila ia ingin bertanya kepada sesuatu dari burung-burung itu tentang sesuatu, ia akan bertanya kepada pemimpinnya-, ketika Sulaiman sedang berjalan, tiba-tiba ia sampai di sebuah padang pasir. Maka ia bertanya tentang jarak sumber air di sana. Manusia menjawab, `Kami tidak tahu.` Maka ia bertanya kepada jin, lalu mereka menjawab, `Kami tidak tahu.` Maka ia bertanya kepada setan-setan, lalu mereka menjawab, `Kami tidak tahu.` Maka Sulaiman pun marah, lalu ia berkata, `Aku tidak akan pergi hingga aku mengetahui berapa jarak sumber air di sini!` Maka setan-setan berkata kepadanya, `Wahai Rasulullah, janganlah engkau marah. Jika ada sesuatu yang diketahui (tentang hal itu), maka burung hud-hud-lah yang mengetahuinya.` Maka Sulaiman berkata, `Panggillah burung hud-hud!` Namun ia tidak ditemukan. Maka Sulaiman pun marah, lalu ia berkata, "Mengapa aku tidak melihat hud-hud, apakah ia termasuk yang tidak hadir? Aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras, atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang," (QS. An-Naml: 20-21) yang dimaksud adalah `dengan alasan yang jelas mengapa ia tidak hadir dalam perjalananku ini?` Hukuman Sulaiman bagi burung-burung adalah dengan mencabuti bulu-bulunya dan menjemurnya, sehingga ia tidak akan bisa terbang dan ia akan menjadi hewan-hewan melata di bumi jika ia menghendaki hal itu, atau ia akan menyembelihnya. Itulah hukumannya.  

Ia (Ibnu `Abbas) berkata, "Burung hud-hud melewati istana Bilqis, lalu ia melihat kebun miliknya di belakang istananya. Maka ia pun terbang menuju tanaman hijau itu lalu hinggap di atasnya. Tiba-tiba ia melihat burung hud-hud miliknya (Bilqis) di kebun itu. Maka burung hud-hudnya Sulaiman berkata, `Di manakah engkau (selama ini) dari Sulaiman? Dan apa yang engkau lakukan di sini?`

Burung hud-hudnya Bilqis berkata kepadanya, `Siapa Sulaiman itu?`

Ia (burung hud-hud Sulaiman) menjawab, `Allah telah mengutus seorang laki-laki yang bernama Sulaiman sebagai rasul, dan Dia menundukkan untuknya angin, jin, manusia, dan burung-burung.`

Maka burung hud-hudnya Bilqis berkata kepadanya, `Apa yang engkau katakan?!`

Ia (burung hud-hud Sulaiman) menjawab, `Aku mengatakan kepadamu apa yang engkau dengar.`

Ia (burung hud-hud Bilqis) berkata, `Sesungguhnya ini adalah hal yang menakjubkan, dan yang lebih menakjubkan dari itu adalah bahwa orang-orang ini dipimpin oleh seorang wanita. Ia diberi segala sesuatu dan ia memiliki singgasana yang agung. Mereka bersyukur kepada Allah dengan bersujud kepada matahari selain Allah.` Dan burung hud-hud itu menyebutkan tentang Sulaiman, lalu ia pun terbang meninggalkannya. Maka ketika ia sampai di pasukan (Sulaiman), burung-burung itu menyambutnya dan berkata, `Rasulullah telah mengancammu.` Lalu mereka pun memberitahukan kepadanya apa yang ia (Sulaiman) katakan. Hukuman Sulaiman bagi burung-burung adalah dengan mencabuti bulu-bulunya dan menjemurnya sehingga ia tidak akan bisa terbang selamanya, lalu ia menjadi hewan-hewan melata di bumi, atau ia akan menyembelihnya sehingga ia tidak akan memiliki keturunan lagi. Ia (burung hud-hud) berkata, `Apakah Rasulullah tidak mengecualikan?` Mereka menjawab, `Bahkan ia berkata, `atau benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang,` (QS. An-Naml: 21).

Maka ketika ia (burung hud-hud) datang kepada Sulaiman, ia (Sulaiman) bertanya, `Apa yang membuatmu tidak hadir dalam perjalananku?` Ia (burung hud-hud) menjawab, "Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya, dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini." hingga ia (burung hud-hud) sampai pada perkataannya, "Maka perhatikanlah bagaimana mereka kembali." (QS. An-Naml: 22-23)  

Ia (burung hud-hud) menyampaikan alasannya dan menceritakan tentang Bilqis dan kaumnya apa yang telah diceritakan oleh burung hud-hud (yang lain). Maka Sulaiman berkata kepadanya, "Engkau telah menyampaikan alasanmu. Kami akan melihat, apakah kamu benar, atau termasuk orang-orang yang berdusta. Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkanlah kepada mereka." (QS. An-Naml: 27-28) Maka ia (burung hud-hud) pun datang kepadanya (Bilqis) ketika ia sedang berada di istananya, lalu ia menjatuhkan surat itu kepadanya, lalu (surat itu) jatuh di pangkuannya.

(Surat itu berisi), "Sesungguhnya surat itu, dari Sulaiman dan sesungguhnya (isi)nya: `Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.`" (QS. An-Naml: 30-31)  

Ia (Bilqis) takut karenanya, lalu ia mengambilnya dan menutupinya dengan pakaiannya, dan ia memerintahkan agar singgasananya dikeluarkan, lalu (singgasana itu) pun dikeluarkan. Ia keluar lalu duduk di atasnya, dan ia memanggil kaumnya, lalu ia berkata kepada mereka, "Wahai para pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia. Sesungguhnya surat itu, dari Sulaiman dan sesungguhnya (isi)nya: `Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.`" (QS. An-Naml: 30-31) Dan aku tidak akan memutuskan suatu urusan hingga kalian menyaksikannya. "Mereka berkata, `Kami adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan (juga) memiliki keberanian yang luar biasa, (tetapi) keputusan ada padamu; maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan.`" hingga - "Dan sesungguhnya aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah, dan aku akan menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu." (QS. An-Naml: 32-35) Jika ia (Sulaiman) menerimanya, maka ia adalah raja dari raja-raja dunia dan aku lebih mulia dan lebih kuat darinya. Dan jika ia tidak menerimanya, maka ini adalah sesuatu dari Allah.

Maka ketika hadiah itu datang kepada Sulaiman, Sulaiman berkata kepada mereka, "Apakah kamu akan memberiku harta? Maka apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya kepadamu," hingga firman-Nya, "Dan mereka kembali kepadanya dengan hati gembira." (QS. An-Naml: 36) Yang dimaksud adalah `mereka tidak terpuji.`

Ia (Ibnu `Abbas) berkata, "Ia (Bilqis) mengirim kepadanya manik-manik yang tidak berlubang, lalu ia berkata, `Lubangilah ini!`" Maka Sulaiman bertanya kepada manusia, namun mereka tidak mengetahui hal itu. Kemudian ia bertanya kepada jin, namun mereka juga tidak mengetahuinya. Lalu ia bertanya kepada setan-setan, maka mereka menjawab, "Kirimlah (seseorang) kepada rayap." Maka rayap pun datang, lalu ia mengambil sehelai rambut di mulutnya, lalu ia masuk ke dalamnya (manik-manik), lalu ia melubanginya setelah beberapa saat. Maka ketika utusannya kembali kepadanya (Bilqis), ia keluar dengan ketakutan di awal siang dari kaumnya dan kaumnya mengikutinya.

Ibnu `Abbas berkata, "Bersamanya ada seribu qail."

Ibnu `Abbas berkata, "Penduduk Yaman menyebut pemimpin sebagai qail. Setiap qail membawa sepuluh ribu (tentara)."

Al-`Abbas berkata, "`Ali berkata, `Sepuluh ribu ribu.`"

Al-`Abbas berkata, "`Ali berkata, `Hushain bin `Abdurrahman mengabarkan kepada kami, ia berkata: `Abdullah bin Syaddad bin Al-Haad menceritakan kepadaku, ia berkata: Bilqis datang kepada Sulaiman, bersamanya ada tiga ratus dua belas qail, setiap qail membawa sepuluh ribu (tentara).`

`Atha`, dari Mujahid, dari Ibnu `Abbas berkata: `Sulaiman adalah orang yang berwibawa. Ia tidak akan memulai sesuatu hingga ia yang bertanya tentangnya. Maka pada hari itu ia keluar lalu duduk di singgasananya. Ia melihat keributan di dekatnya, lalu ia bertanya, `Apa ini?` Mereka menjawab, `Bilqis, wahai Rasulullah.` Ia (Sulaiman) berkata, `Dan ia telah sampai kepada kita di tempat ini?!` Mujahid berkata: Ibnu `Abbas menggambarkannya kepada kami, lalu aku memperkirakan jaraknya antara Kufah dan Hira sejauh satu farsakh. Maka ia (Sulaiman) menghadap kepada pasukannya, lalu berkata, "Siapakah di antara kamu yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri?" (QS. An-Naml: 38).

Seorang `Ifrit dari kalangan jin berkata, "Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu" yang engkau tempati hingga waktu engkau berdiri untuk makan siangmu. Sulaiman berkata, `Siapa yang dapat datang kepadaku dengan membawanya sebelum itu?`

"Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab, `Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.`" (QS. An-Naml: 40) Maka Sulaiman pun memandangnya. Ketika ia telah selesai dari perkataannya, Sulaiman mengarahkan pandangannya kepada singgasana itu, lalu ia melihat singgasana Bilqis telah keluar dan muncul dari bawah kursinya. "Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia pun berkata, `Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia.`" (QS. An-Naml: 40) karena ia (singgasana itu) datang kepadaku sebelum mataku berkedip.  

Maka mereka pun meletakkan singgasananya untuknya. Ketika ia (Bilqis) datang, ia duduk di hadapan Sulaiman. Dikatakan kepadanya, "Apakah (ini) singgasanamu?" Maka ia memandangnya, lalu berkata, "Seakan-akan singgasana ini singgasanaku," kemudian ia berkata, "Aku telah meninggalkannya di bentengku dan aku telah meninggalkan pasukan yang mengelilinginya, lalu bagaimana ini dapat dibawa ke sini, wahai Sulaiman?! Aku ingin bertanya kepadamu tentang sesuatu, maka beritahukanlah aku!" Ia (Sulaiman) berkata, "Bertanyalah!"

Bilqis berkata, "Beritahukanlah kepadaku tentang air yang (segar dan) menyegarkan, bukan dari langit dan bukan dari bumi." -Apabila datang kepada Sulaiman sesuatu yang ia tidak ketahui, ia akan mulai dengan bertanya kepada manusia tentangnya. Jika manusia mengetahuinya, (ia akan berhenti bertanya). Jika tidak, ia akan bertanya kepada jin. Dan jika jin tidak mengetahuinya, ia akan bertanya kepada setan-setan.- Maka setan-setan berkata kepadanya, "Betapa mudahnya hal ini, wahai Rasulullah! Perintahkanlah kuda-kuda untuk berlari, lalu isilah bejana-bejana dengan keringatnya." Maka Sulaiman berkata kepadanya, "Keringat kuda." Ia (Bilqis) berkata, "Engkau benar."

Ia berkata, "Beritahukanlah kepadaku tentang warna Tuhan." Ibnu `Abbas berkata, "Maka Sulaiman pun melompat dari singgasananya lalu bersujud." Al-`Abbas berkata, "`Ali berkata, `Umar bin `Ubaid menceritakan kepadaku, dari Al-Hasan, ia berkata: Ia (Sulaiman) pingsan, lalu ia jatuh dari singgasananya.`

Kemudian kembali pada haditsnya, ia berkata: "Maka ia (Bilqis) pun pergi darinya (Sulaiman) dan pasukannya bubar darinya. Datanglah malaikat lalu berkata, `Wahai Sulaiman, Tuhanmu berfirman kepadamu, `Apa yang terjadi denganmu?` Ia (Sulaiman) menjawab, `Engkau menanyakan kepadaku tentang sesuatu yang berat bagiku -atau sulit bagiku- untuk mengulanginya.` Maka malaikat itu berkata, `Sesungguhnya Allah memerintahkanmu untuk kembali ke singgasanamu lalu duduk di atasnya, dan engkau mengutus (seseorang) kepadanya (Bilqis) dan kepada orang-orang yang hadir bersamanya dari pasukannya, dan engkau mengutus (seseorang) kepada semua pasukanmu yang hadir, lalu mereka masuk menemuimu, lalu engkau bertanya kepadanya dan kepada mereka tentang apa yang ia tanyakan kepadamu.`

Maka ia (Sulaiman) pun melakukannya. Maka ketika mereka semua telah masuk menemuinya, ia (Sulaiman) bertanya kepadanya (Bilqis), "Tentang apa engkau bertanya kepadaku?" Ia (Bilqis) menjawab, "Aku bertanya kepadamu tentang air yang (segar dan) menyegarkan, bukan dari langit dan bukan dari bumi." Ia (Sulaiman) berkata, *"Aku telah mengatakan kepadamu, `Keringat kuda.`" Ia (Bilqis) berkata, "Engkau benar." "Dan tentang apa lagi engkau bertanya kepadaku?" Ia (Bilqis) menjawab, "Aku tidak bertanya kepadamu tentang sesuatu pun selain itu."

Maka Sulaiman berkata kepadanya, "Lalu untuk apakah aku jatuh dari singgasanaku?"

Ia (Bilqis) menjawab, "Itu karena sesuatu yang aku tidak tahu apa itu." -Al-`Abbas berkata, "`Ali berkata, `Ia telah melupakannya.`"- Maka ia (Sulaiman) bertanya kepada pasukannya (Bilqis), lalu mereka menjawab seperti apa yang ia (Bilqis) katakan. Maka ia (Sulaiman) bertanya kepada pasukannya dari kalangan manusia, jin, burung-burung, dan segala sesuatu yang hadir dari pasukannya. Maka mereka menjawab, "Engkau tidak ditanya, wahai Rasulullah, kecuali tentang air yang (segar dan) menyegarkan."

Ia (Sulaiman) berkata -dan malaikat telah berkata kepadanya, "Allah berfirman kepadamu, `Kembalilah ke tempatmu, karena Aku telah mencukupkanmu dari mereka.`"-, Sulaiman berkata kepada setan-setan, "Bangunlah untukku istana agar Bilqis masuk menemuiku di dalamnya." Maka setan-setan itu pun kembali sebagian mereka kepada sebagian yang lain, lalu mereka berkata, "Sulaiman adalah Rasulullah, Allah telah menundukkan untuknya apa yang Dia tundukkan, dan Bilqis adalah ratu Saba`, ia akan menikahinya, lalu ia akan melahirkan untuknya anak laki-laki. Maka kita tidak akan pernah lepas dari perbudakan."

Ia (Bilqis) adalah wanita yang berbulu pada kedua betisnya. Maka setan-setan itu berkata, "Bangunlah untuknya bangunan agar ia (Sulaiman) melihat hal itu darinya (Bilqis), lalu ia tidak akan menikahinya." Maka mereka pun membangun untuknya istana dari kaca berwarna hijau, dan mereka membuat untuknya tangga-tangga dari kaca yang (tampak) seperti air. Dan mereka meletakkan di bagian dalam tangga-tangga itu semua jenis hewan-hewan yang ada di laut, dari ikan dan lainnya, kemudian mereka menutupnya. Kemudian mereka berkata kepada Sulaiman, "Masuklah ke istana itu." Maka dibuatkanlah kursi untuk Sulaiman di ujung istana itu. Maka ketika ia masuk dan melihat apa yang ia lihat, ia datang ke kursi itu, lalu duduk di atasnya. Kemudian ia berkata, "Masuklah kalian kepada Bilqis!" Maka dikatakanlah kepadanya (Bilqis), "Masuklah ke istana itu!"

Maka ketika ia pergi untuk memasukinya, ia melihat gambar ikan dan hewan-hewan air lainnya, maka ia mengira itu adalah lautan. Ia mengira itu adalah air. Maka ia pun menyingkap kedua betisnya untuk masuk, dan bulu pada kedua betisnya tergulung di betisnya. Maka ketika Sulaiman melihatnya, ia memanggilnya -dan ia memalingkan pandangannya darinya-, "Sesungguhnya istana ini licin terbuat dari kaca," (QS. An-Naml: 44) maka ia (Bilqis) pun melemparkan pakaiannya lalu berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam."1 (QS. An-Naml: 44)

Maka Sulaiman memanggil manusia lalu berkata, "Betapa buruknya ini! Apa yang dapat menghilangkan ini?" Mereka menjawab, "Wahai Rasulullah, mūsā (pisau cukur)." Ia (Sulaiman) berkata, "Pisau cukur akan melukai betis wanita." Kemudian ia memanggil jin, lalu ia bertanya kepada mereka, namun mereka menjawab, "Kami tidak tahu." Kemudian ia memanggil setan-setan, lalu ia bertanya, "Apa yang dapat menghilangkan ini?" Mereka menjawab seperti itu juga, "Mūsā (pisau cukur)."* Maka ia (Sulaiman) berkata, "Pisau cukur akan melukai betis wanita." Maka mereka pun berlambat-lambat, kemudian mereka membuatkan nūrah (kapur sirih) untuknya. -Ibnu `Abbas berkata, "Maka itulah hari pertama kalinya nūrah dikenal."- Lalu Sulaiman menikahinya.

Ibnu Humayd menceritakan kepada kami, ia berkata: Salamah menceritakan kepada kami, dari Ibnu Ishaq, dari sebagian ulama, dari Wahb bin Munabbih, ia berkata: Ketika utusan-utusan itu kembali kepada Bilqis dengan membawa apa yang dikatakan oleh Sulaiman, ia (Bilqis) berkata, "Demi Allah, aku telah tahu bahwa ini bukanlah seorang raja, dan kita tidak akan mampu melawannya, dan kita tidak dapat berbuat apa-apa dengan melawannya." Dan ia mengutus (seseorang) kepadanya (Sulaiman) untuk menyampaikan bahwa ia akan datang kepadanya bersama raja-raja kaumnya agar ia melihat apa perintahnya (Sulaiman) dan apa yang ia serukan dari agamanya.

Kemudian ia (Bilqis) memerintahkan agar singgasana kerajaannya yang biasa ia duduki -dan singgasana itu terbuat dari emas, dihiasi dengan yaqut, zamrud, dan mutiara- diletakkan di dalam tujuh lapis rumah, sebagiannya di dalam sebagian yang lain. Kemudian ia mengunci pintu-pintu (rumah itu). Ia hanya dilayani oleh para wanita. Bersamanya ada enam ratus wanita yang melayaninya. Kemudian ia berkata kepada orang yang ia tinggalkan untuk menggantikannya dalam kekuasaan, "Jagalah apa yang ada di hadapanmu, dan singgasana kerajaanku, jangan biarkan seorang pun masuk ke sana dan melihatnya hingga aku datang kepadamu."

Kemudian ia berangkat menuju Sulaiman bersama dua belas ribu qail dari raja-raja Yaman. Di bawah setiap qail ada banyak sekali pasukan. Sulaiman mengutus jin untuk datang kepadanya dengan membawa berita tentang perjalanannya (Bilqis) dan tempat ia berhenti setiap siang dan malam, hingga ketika ia telah dekat, ia mengumpulkan orang-orang yang ada di sisinya dari kalangan jin dan manusia yang berada di bawah kekuasaannya, lalu ia berkata, "Wahai para pembesar, siapakah di antara kamu yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku1 sebagai orang-orang yang berserah diri?" (QS. An-Naml:2 38)

Ia (Wahb bin Munabbih) berkata, "Dan ia (Bilqis) masuk Islam dan bagus keislamannya." Ia berkata, "Diceritakan bahwa Sulaiman berkata kepadanya ketika ia telah masuk Islam dan telah selesai urusannya, "Pilihlah seorang laki-laki dari kaummu, aku akan menikahkanmu dengannya."

Ia (Bilqis) berkata, "Bagaimana mungkin orang sepertiku menikah dengan laki-laki, wahai Nabi Allah, padahal aku telah memiliki kerajaan dan kekuasaan di kaumku!"

Ia (Sulaiman) berkata, "Ya, dalam Islam tidak ada (pernikahan) kecuali seperti itu, dan tidak pantas bagimu untuk mengharamkan apa yang Allah halalkan untukmu."

Maka ia (Bilqis) berkata, "Jika memang harus (menikah), maka nikahkanlah aku dengan Dzu Taba`ah, raja Himyar." Maka ia (Sulaiman) pun menikahkannya dengannya, kemudian ia mengembalikannya ke Yaman dan menjadikan suaminya, Dzu Taba`ah, sebagai penguasa Yaman. Ia memanggil Zawba`ah, pemimpin jin Yaman, lalu ia berkata, "Kerjakanlah untuk Dzu Taba`ah apa yang engkau kerjakan untuk kaumnya." Maka ia (Zawba`ah) pun membuatkan berbagai bangunan di Yaman untuk Dzu Taba`ah. Kemudian ia (Dzu Taba`ah) tetap menjadi raja di sana, (para jin) mengerjakan untuknya apa yang ia kehendaki hingga Sulaiman bin Dawud wafat.

Maka ketika telah berlalu setahun dan para jin mengetahui kematian Sulaiman, datanglah seorang laki-laki dari kalangan mereka. Ia melewati Tihamah hingga ketika ia sampai di Yaman, ia berteriak dengan suara keras, "Wahai para jin, sesungguhnya Raja Sulaiman telah wafat, maka berhentilah kalian (bekerja)!" Maka setan-setan itu pun mendatangi dua batu besar, lalu mereka menulis di sana tulisan dengan huruf musnad, "Kami telah membangun Salhin selama tujuh puluh tujuh musim gugur dengan terus-menerus, dan kami telah membangun Sharaawah, Maraah, dan Bainuun dengan kedua tangan kami sendiri, dan Hindah dan Hanidah, dan tujuh benteng besar, dan Talsum dengan cepat, dan seandainya bukan karena (adanya) orang yang berteriak di Tihamah, niscaya kami telah meninggalkan kekuasaan di sana."

Salhin, Sharaawah, Maraah, Bainuun, Hindah, Hanidah, dan Talsum adalah benteng-benteng yang ada di Yaman yang dibangun oleh setan-setan untuk Dzu Taba`ah. Kemudian mereka berhenti (bekerja), lalu mereka pergi. Maka berakhirlah kerajaan Dzu Taba`ah dan kerajaan Bilqis bersamaan dengan wafatnya Sulaiman bin Dawud.

Kisah Sulaiman dengan Ayah Mertuanya dan Setan yang Mengambil Cincinnya

Ibnu Humayd menceritakan kepada kami, ia berkata: Salamah menceritakan kepada kami, dari Ibnu Ishaq, dari sebagian ulama, ia berkata: Wahb bin Munabbih berkata, "Sulaiman mendengar tentang sebuah kota di sebuah pulau di antara pulau-pulau di lautan yang bernama Shaidun[3]. Di sana ada seorang raja yang sangat berkuasa, manusia tidak memiliki akses ke sana karena letaknya di lautan. Allah telah menganugerahkan kepada Sulaiman dalam kerajaannya kekuasaan yang tidak ada sesuatu pun yang dapat menghalanginya, baik di darat maupun di laut. Ia hanya dapat didatangi dengan menunggangi angin."

Maka ia (Sulaiman) pun berangkat menuju kota itu, angin membawanya di atas permukaan air, hingga ia sampai di sana bersama pasukannya dari kalangan jin dan manusia. Ia membunuh rajanya dan mengambil alih apa yang ada di dalamnya. Ia mendapatkan di antara yang ia dapatkan seorang putri raja itu, ia tidak pernah melihat (wanita) seperti kecantikannya dan keelokannya. Maka ia pun memilihnya untuk dirinya sendiri dan mengajaknya masuk Islam, maka ia pun masuk Islam dengan berat hati dan kurang yakin. Ia (Sulaiman) sangat mencintainya melebihi cintanya kepada istri-istrinya yang lain, dan ia sangat menyayanginya. (Namun) wanita itu tetap bersedih dan air matanya tidak berhenti. Maka ia (Sulaiman) pun berkata kepadanya -ketika melihat keadaan wanita itu, sementara ia merasa kasihan melihatnya-, "Celakalah engkau, apakah kesedihan ini yang tidak hilang dan air mata ini yang tidak berhenti?"

Ia (putri raja) menjawab, "Sesungguhnya aku teringat kepada ayahku dan aku teringat kepada kerajaannya, serta apa yang ada padanya dan apa yang menimpanya, maka hal itu membuatku sedih."

Ia (Sulaiman) berkata, "Allah telah menggantikan untukmu dengan kerajaan yang lebih agung daripada kerajaannya dan kekuasaan yang lebih agung daripada kekuasaannya, dan Dia telah memberimu petunjuk kepada Islam, dan itu adalah lebih baik daripada semuanya."

Ia (putri raja) menjawab, "Memang demikian. Akan tetapi, apabila aku teringat kepadanya (ayahku), aku merasakan apa yang engkau lihat dari kesedihan ini. Seandainya engkau memerintahkan setan-setan untuk membuat gambar ayahku di rumahku yang aku tempati, aku melihatnya pagi dan sore, semoga kesedihanku itu hilang dan aku terhibur dari sebagian apa yang aku rasakan dalam diriku."

Maka Sulaiman memerintahkan setan-setan, "Buatlah untuknya gambar ayahnya di rumahnya sehingga ia tidak merasa asing dengannya." Maka mereka pun membuatkannya hingga ia melihat ayahnya seperti aslinya, hanya saja tidak ada ruh di dalamnya. Maka ia pun menghampirinya ketika mereka telah membuatnya untuknya, lalu ia memakaikannya sarung, baju, dan sorban, dan ia mendandaninya seperti pakaian yang biasa ia pakai, seperti keadaannya dahulu. Kemudian apabila Sulaiman keluar dari rumahnya, ia (putri raja) akan mendatanginya pada pagi hari bersama dayang-dayangnya, lalu ia bersujud kepadanya dan dayang-dayangnya pun bersujud kepadanya, sebagaimana ia biasa lakukan pada masa kerajaan ayahnya, dan ia kembali setiap sore dengan melakukan hal yang sama, sementara Sulaiman tidak mengetahui apa pun tentang hal itu selama empat puluh pagi.

Hal itu sampai kepada Asif bin Barkhiya[4] -dan ia adalah seorang yang shalih. Ia tidak pernah dilarang masuk ke rumah Sulaiman kapan pun ia mau, baik Sulaiman sedang ada atau tidak ada-. Maka ia pun datang kepadanya (Sulaiman) lalu berkata, "Wahai Nabi Allah, usiaku telah tua, tulangku telah rapuh, dan usiaku telah habis. Aku telah dekat dengan kematian! Aku ingin melakukan sesuatu sebelum mati, yaitu mengingat para nabi Allah yang telah wafat, memuji mereka dengan ilmuku tentang mereka, dan memberitahukan kepada manusia sebagian dari apa yang mereka tidak ketahui dari banyak hal tentang mereka."

Ia (Sulaiman) berkata, "Lakukanlah!" Maka Sulaiman pun mengumpulkan manusia untuknya. Lalu ia berdiri di tengah-tengah mereka sebagai khatib. Ia menyebutkan para nabi Allah yang telah wafat, memuji setiap nabi dengan apa yang ada padanya, dan menyebutkan apa yang Allah berikan kepadanya dari keutamaan, hingga ia sampai kepada Sulaiman dan ia menyebutkannya, "Betapa kuatnya engkau di masa kecilmu, betapa bertakwanya engkau di masa kecilmu, betapa mulianya engkau di masa kecilmu, betapa baiknya urusanmu di masa kecilmu, dan betapa jauhnya engkau dari segala sesuatu yang dibenci di masa kecilmu!"

Kemudian ia pun pergi. Maka Sulaiman pun marah hingga ia dipenuhi kemarahan. Ketika Sulaiman masuk ke rumahnya, ia mengutus (seseorang) kepadanya (Asif), lalu berkata, "Wahai Asif, engkau menyebutkan para nabi Allah yang telah wafat, lalu engkau memuji mereka dengan kebaikan di setiap zaman mereka dan pada setiap keadaan mereka. Ketika engkau menyebutku, engkau hanya memujiku dengan kebaikan di masa kecilku dan engkau diam tentang selain itu dari urusanku di masa dewasaku. Maka apa yang telah terjadi pada akhir urusanku?"

Ia (Asif) menjawab, "Sesungguhnya ada selain Allah yang disembah di rumahmu sejak empat puluh pagi, karena keinginan seorang wanita."

Ia (Sulaiman) berkata, "Di rumahku?!"

Ia (Asif) berkata, "Di rumahmu."

Maka ia (Sulaiman) berkata, "Sesungguhnya kita milik Allah dan kepada-Nya-lah kita kembali. Aku telah mengetahui bahwa engkau tidak mengatakan (hal itu) kecuali karena ada sesuatu yang sampai kepadamu." Kemudian Sulaiman kembali ke rumahnya lalu ia menghancurkan patung itu dan menghukum wanita itu dan dayang-dayangnya. Kemudian ia memerintahkan agar pakaian suci dibawa kepadanya. Pakaian itu tidak dipintal kecuali oleh para gadis, tidak ditenun kecuali oleh para gadis, tidak dicuci kecuali oleh para gadis, dan tidak disentuh oleh wanita yang telah haid. Maka ia pun memakainya, kemudian ia keluar ke tanah lapang sendirian. Ia memerintahkan agar abu dihamparkan untuknya, lalu ia bertaubat kepada Allah hingga ia duduk di atas abu itu, lalu ia berguling-guling di dalamnya dengan pakaiannya sebagai bentuk kerendahan hati kepada Allah, memohon kepada-Nya, menangis, berdoa, dan memohon ampun atas apa yang terjadi di rumahnya. Ia berkata di antara yang ia katakan -sebagaimana yang disebutkan kepadaku dan Allah lebih mengetahui-, "Wahai Rabbku, apakah cobaan-Mu bagi keluarga Dawud adalah agar mereka menyembah selain-Mu dan mereka membiarkan di rumah-rumah mereka dan keluarga-keluarga mereka penyembahan kepada selain-Mu?" Ia terus seperti itu hingga sore hari, menangis dan memohon kepada Allah, serta memohon ampun kepada-Nya. Kemudian ia kembali ke rumahnya.

Dan ia (Sulaiman) memiliki seorang istri yang memberinya anak yang bernama Al-Aminah[5]. Apabila ia ingin masuk ke tempat shalatnya atau ingin mendekati seorang wanita dari istri-istrinya, ia akan meletakkan cincinnya padanya (Al-Aminah) hingga ia bersuci. Ia tidak akan menyentuh cincinnya kecuali dalam keadaan suci. Dan kerajaannya berada pada cincinnya itu. Maka pada suatu hari ia meletakkannya padanya (Al-Aminah) sebagaimana ia biasa meletakkannya, lalu ia masuk ke tempat shalatnya.

Maka datanglah kepadanya setan penguasa lautan -namanya adalah Shakhra- dalam wujud Sulaiman yang tidak dapat dibedakan darinya (Sulaiman). Ia (setan itu) berkata, "Berikanlah cincinmu, wahai Al-Aminah!" Maka ia pun memberikannya kepadanya. Lalu ia (setan itu) keluar dan duduk di singgasana Sulaiman, lalu burung-burung, jin, dan manusia pun melingkupinya.

Sulaiman keluar lalu datang kepada Al-Aminah, sementara keadaannya dan penampilannya telah berubah di mata setiap orang yang melihatnya. Ia berkata, "Wahai Al-Aminah, berikanlah cincinmu!"

Ia (Al-Aminah) berkata, "Siapa engkau?"

Ia menjawab, "Aku Sulaiman bin Dawud."

Ia (Al-Aminah) berkata, "Engkau berdusta, engkau bukan Sulaiman bin Dawud. Sulaiman telah datang dan mengambil cincinnya, dan ia sedang duduk di singgasananya sebagai raja."

Maka Sulaiman pun tahu bahwa dosanya telah menimpanya. Lalu ia keluar dan berdiri di depan setiap rumah Bani Israil, lalu berkata, "Aku adalah Sulaiman bin Dawud." Maka mereka pun melemparkan debu kepadanya dan mencelanya, mereka berkata, "Lihatlah orang gila ini, apa yang ia katakan! Ia mengaku sebagai Sulaiman bin Dawud."

Maka ketika Sulaiman melihat hal itu, ia pergi ke laut, lalu ia mengangkut ikan-ikan paus untuk para nelayan ke pasar. Mereka memberinya dua ekor ikan setiap hari. Apabila sore hari, ia menjual salah satu dari kedua ikan itu dengan roti dan memanggang ikan yang satunya, lalu ia memakannya. Ia tetap seperti itu selama empat puluh pagi, (sebanyak) hari-hari ketika berhala itu disembah di rumahnya.

Asif bin Barkhiya dan para pemuka Bani Israil mengingkari pemerintahan musuh Allah, setan itu, selama empat puluh pagi. Asif berkata, "Wahai Bani Israil, apakah kalian melihat perbedaan dalam pemerintahan anak Dawud sebagaimana yang aku lihat?" Mereka menjawab, "Ya." Ia (Asif) berkata, "Berilah aku waktu hingga aku menemui istri-istrinya, lalu aku bertanya kepada mereka, `Apakah mereka melihat perbedaan dalam hal-hal pribadinya sebagaimana yang kita lihat dalam urusan manusia secara umum dan secara terang-terangan?`"

Maka ia pun menemui istri-istrinya, lalu ia berkata, "Celakalah kalian, apakah kalian melihat perbedaan dalam hal-hal pribadi Dawud sebagaimana yang kita lihat?"

Maka mereka menjawab, "Ia tidak pernah menyentuh seorang wanita pun di antara kami ketika ia sedang haid dan tidak pernah mandi junub."

Maka ia (Asif) berkata, "Sesungguhnya kita milik Allah dan kepada-Nya kita kembali. Sesungguhnya ini adalah musibah yang nyata." Kemudian ia keluar menemui Bani Israil, lalu ia berkata, "Apa yang ada dalam hal-hal pribadi lebih besar daripada apa yang ada dalam hal-hal yang umum."

Maka ketika telah berlalu empat puluh pagi, setan itu terbang dari tempat duduknya, lalu ia melewati lautan, lalu ia melemparkan cincin itu ke dalamnya. Maka seekor ikan paus dari ikan-ikan paus di lautan menelannya. Dan sebagian nelayan melihatnya lalu menangkapnya. Sulaiman telah bekerja untuknya pada pagi hari itu. Maka ketika sore hari, ia memberinya dua ekor ikan. Ia memberikan ikan yang telah menelan cincin itu. Kemudian Sulaiman keluar dengan membawa dua ekor ikannya. Ia menjual ikan yang di dalam perutnya tidak terdapat cincin itu dengan roti. Kemudian ia membelah ikan yang satunya lagi untuk memanggangnya. Maka ia mendapati cincinnya di dalam perutnya (ikan itu). Lalu ia mengambilnya dan memakainya. Maka Allah mengembalikan kepadanya kemegahannya dan kerajaannya. Burung-burung pun datang lalu melingkupinya. Maka orang-orang pun tahu bahwa ia adalah Sulaiman. Maka mereka pun datang meminta maaf atas apa yang telah mereka lakukan. Ia (Sulaiman) berkata, "Aku memuji kalian atas permintaan maaf kalian, dan aku tidak mencela kalian atas apa yang telah kalian lakukan. Ini adalah sesuatu yang pasti terjadi."

Maka ia (Sulaiman) pun datang hingga ia sampai ke kerajaannya. Ia mengutus (seseorang) untuk memanggil setan itu, lalu ia pun dibawa kepadanya. Angin dan setan-setan tunduk kepadanya pada hari itu, padahal sebelumnya mereka tidak tunduk kepadanya. Dan itulah firman Allah, "Berilah kepadaku kerajaan yang tidak diberikan kepada seorang pun setelahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi." (QS. Shad: 35)

Ia mengutus (seseorang) kepada setan itu, lalu ia pun dibawa kepadanya. Ia (Sulaiman) memerintahkan agar ia dimasukkan ke dalam peti dari besi, lalu ia menutupnya dan menguncinya dengan gembok, dan ia menyegelnya dengan cincinnya. Kemudian ia memerintahkan agar ia dilemparkan ke laut. Maka ia pun berada di dalamnya hingga hari kiamat. Namanya adalah Habqīq.

Abu Ja`far berkata: "Kemudian Sulaiman bin Dawud tetap dalam kerajaannya setelah Allah mengembalikannya kepadanya. Para jin mengerjakan untuknya apa yang ia kehendaki dari tempat-tempat ibadah, patung-patung, bejana-bejana seperti kolam, panci-panci besar yang tetap (di tempatnya), dan lain-lainnya dari pekerjaan-pekerjaannya. Ia menyiksa setan-setan yang ia kehendaki dan membebaskan orang yang ia cintai dari mereka. Hingga ketika ajalnya telah dekat dan Allah hendak mewafatkannya, keadaannya -sebagaimana yang sampai kepadaku- adalah seperti yang diceritakan oleh Ahmad bin Manshur kepadaku, ia berkata: Musa bin Mas`ud Abu Hudzaifah menceritakan kepada kami, ia berkata: Ibrahim bin Thahman menceritakan kepada kami, dari `Atha` bin As-Sa`ib, dari Sa`id bin Jubair, dari Ibnu `Abbas, dari Nabi , beliau bersabda: "Sulaiman, Nabi Allah, apabila shalat, ia melihat sebatang pohon tumbuh di hadapannya, lalu ia berkata kepadanya (pohon), `Siapa namamu?` Ia (pohon) menjawab, `Ini dan itu.` Ia (Sulaiman) bertanya, `Untuk apakah engkau?` Jika ia untuk tanaman, maka ia akan ditanam. Jika ia untuk obat, maka ia akan ditulis (sebagai obat).`

“Pada suatu hari ketika ia sedang shalat, ia melihat sebatang pohon di hadapannya, lalu ia bertanya kepadanya (pohon), `Siapa namamu?` Ia (pohon) menjawab, `Kharub.` Ia (Sulaiman) bertanya, `Untuk apakah engkau?` Ia (pohon) menjawab, `Untuk merobohkan rumah ini.` Maka Sulaiman pun berkata, `Ya Allah, sembunyikanlah kematianku dari jin hingga manusia mengetahui bahwa jin tidak mengetahui hal yang gaib.` Maka ia pun menebangnya (pohon itu) lalu menjadikannya tongkat. Ia bersandar padanya selama setahun dalam keadaan mati, sementara jin tetap bekerja. Kemudian rayap memakannya (tongkat itu), lalu ia (Sulaiman) pun jatuh. Maka jelaslah bagi manusia bahwa jika jin mengetahui hal yang gaib, niscaya mereka tidak akan terus-menerus berada dalam azab yang menghinakan." (HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrak)

Ibnu `Abbas membacanya (firman Allah) "Mereka tidak menyadari kematiannya melainkan rayap yang memakan tongkatnya," hingga firman-Nya, "dalam azab yang menghinakan." (QS. Saba: 14) Ia (Wahb) berkata, "Maka jin pun berterima kasih kepada rayap, lalu mereka memberinya air."

Musa bin Harun menceritakan kepada kami, ia berkata: `Amr bin Hammad menceritakan kepada kami, dari Asbath, dari As-Suddi, dalam sebuah hadits yang ia sebutkan, dari Abu Malik dan Abu Shalih, dari Ibnu `Abbas -dan dari Murrah Al-Hamadani, dari Ibnu Mas`ud-, dan dari beberapa sahabat Nabi , ia berkata: "Sulaiman biasa beritikaf di Baitul Maqdis selama satu atau dua tahun, atau satu atau dua bulan, dan kurang atau lebih dari itu. Ia memasukkan makanan dan minumannya (ke dalam masjid). Pada waktu ia wafat, ia telah memasukinya (masjid). Awal mula hal itu adalah bahwa tidak ada satu hari pun di mana ia berada di pagi harinya kecuali akan tumbuh sebatang pohon di Baitul Maqdis, lalu ia mendatanginya dan bertanya kepadanya, `Siapa namamu?` Maka pohon itu menjawab, `Namaku adalah ini dan itu.` Ia bertanya kepadanya, `Untuk apakah engkau tumbuh?` Maka ia (pohon itu) menjawab, `Aku tumbuh untuk ini dan itu.` Maka ia pun memerintahkan agar ia ditebang. Jika ia tumbuh untuk tanaman, maka ia akan menanamnya. Dan jika ia tumbuh untuk obat, maka ia (pohon itu) akan berkata, `Aku tumbuh sebagai obat untuk ini dan itu.` Maka ia pun menjadikannya untuk hal itu. Hingga tumbuhlah sebatang pohon yang bernama pohon Kharub. Maka ia bertanya kepadanya, `Siapa namamu?` Ia (pohon itu) menjawab, `Aku adalah pohon Kharub.` Ia (Sulaiman) bertanya, `Untuk apakah engkau tumbuh?` Ia (pohon itu) menjawab, `Aku tumbuh untuk kehancuran masjid ini.` Sulaiman berkata, `Tidak mungkin Allah akan menghancurkannya sedangkan aku masih hidup. Engkaulah pertanda kehancuranku dan kehancuran Baitul Maqdis.` Maka ia pun mencabutnya lalu menanamnya di kebunnya. Kemudian ia masuk ke mihrab lalu shalat sambil bersandar pada tongkatnya. Lalu ia pun wafat. Setan-setan tidak mengetahui hal itu. Mereka tetap bekerja untuknya, mereka takut jika ia keluar, ia akan menghukum mereka. Setan-setan itu biasa berkumpul di sekitar mihrab. Mihrabnya memiliki lubang-lubang di depannya dan di belakangnya. Maka setan yang ingin masuk akan berkata, `Apakah aku akan membeku jika aku masuk lalu keluar dari sisi yang lain?` Maka ia pun masuk hingga ia keluar dari sisi yang lain. Masuklah salah seorang dari setan-setan itu, lalu ia melewati (mihrab itu) -dan tidak ada setan yang melihat Sulaiman di mihrab kecuali ia akan terbakar-, ia tidak mendengar suara Sulaiman. Lalu ia kembali, namun ia (juga) tidak mendengar (suara). Kemudian ia kembali lagi, namun ia (juga) tidak mendengar (suara). Kemudian ia kembali lagi lalu berhenti di dalam rumah, namun ia tidak terbakar. Ia melihat Sulaiman telah jatuh dalam keadaan mati. Maka ia pun keluar lalu memberitahukan kepada (setan-setan yang lain) bahwa Sulaiman telah mati. Maka mereka pun membukanya, lalu mereka mengeluarkannya, dan mereka mendapati tongkatnya -yang dalam bahasa Habasyah disebut `ashaa- telah dimakan oleh rayap. Mereka tidak tahu sejak kapan ia telah wafat. Maka mereka meletakkan rayap itu di atas tongkat itu, lalu (rayap itu) memakannya selama sehari semalam. Kemudian mereka menghitungnya dengan cara seperti itu, lalu mereka mendapati bahwa ia telah wafat sejak setahun yang lalu. Dan dalam bacaan Ibnu Mas`ud, "Maka mereka tetap bekerja untuknya setelah kematiannya selama setahun penuh. Maka yakinlah manusia saat itu bahwa jin telah berdusta kepada mereka. Dan jika mereka mengetahui hal yang gaib, niscaya mereka mengetahui kematian Sulaiman, dan mereka tidak akan terus-menerus berada dalam azab selama setahun, mengerjakan (pekerjaan) untuknya. Dan itulah firman Allah, `Mereka tidak menyadari kematiannya melainkan rayap yang memakan tongkatnya,` hingga firman-Nya, `dalam azab yang menghinakan.`" (QS. Saba: 14) Yang dimaksud adalah `urusan mereka menjadi jelas bagi manusia bahwa mereka telah berdusta kepada mereka.`

Kemudian setan-setan berkata kepada rayap, "Jika engkau makan makanan, kami akan memberimu makanan yang paling lezat, dan jika engkau minum minuman, kami akan memberimu minuman yang paling lezat. Akan tetapi, kami akan membawakanmu air dan tanah." Maka mereka pun membawakan hal itu kepadanya di tempat ia berada. Tidakkah engkau perhatikan tanah yang ada di dalam kayu, itulah yang setan-setan berikan kepadanya sebagai ucapan terima kasih!

Seluruh usia Sulaiman bin Dawud -sebagaimana yang disebutkan- adalah lebih dari lima puluh tahun. Dan pada tahun keempat dari masa pemerintahannya, ia mulai membangun Baitul Maqdis -sebagaimana yang disebutkan-.

 



[1] Berkuasa pada 1017 – 977 SM. KDS. GERTOUX. Halaman 22.

[2] Banyak Raja Saba yang memiliki kata-kata seperti Silsilah tersebut misalkan Raja Yakrib Malek Dzarah atau Yada`il Dharih atau Ilisharih Yahdhib  memiliki nama Akhir yang mirip dengan Syarah dari kata Il Yasyrah, atau Aili Syarah.

[3] Kota Sidon, atau yang dikenal sebagai Sidon, adalah sebuah kota yang terletak di pantai Mediterania di Lebanon.

[4] Dalam kisah Islam, ia diasumsikan sebagai orang yang dirujuk (meskipun tidak disebutkan namanya) dalam Al-Qur`an 27:40: "Seseorang yang memiliki pengetahuan tentang kitab (lihat 8 r 7, di atas), yang membawa tahta Bilqis kepada Sulayman dalam sekejap mata." Ia dikenal dalam tradisi dan folklor Islam. Lihat Encyclopaedia of Islam, s.v. "Asaf b. Barkhyi." Asaph bin Berechiah disebutkan dalam 1 Tawarikh 6:2, 4, dan 15:17 sebagai salah satu orang Lewi yang bernyanyi dan bermain di depan Tabut ketika dibawa ke Yerusalem atas perintah Daud.

[5] Kemungkinan korupsi dari nama Istrinya Naamah anak perempuan Hanun raja Ammon yang merupakan ibu dari Rahabum.