Daftar Kitab

05. Tentang Malam dan Siang, Mana yang Diciptakan Lebih Dahulu?

Dan tentang awal mula penciptaan matahari dan bulan serta sifat keduanya, karena waktu diketahui dengan keduanya, telah kami jelaskan tentang penciptaan Allah atas apa yang Dia ciptakan dari berbagai hal sebelum penciptaan waktu dan zaman. Dan kami telah menjelaskan bahwa waktu dan zaman hanyalah waktu-waktu malam dan siang, dan hal itu hanyalah karena perputaran matahari dan bulan pada derajat-derajat orbitnya.

Maka sekarang mari kita bahas: dengan apakah penciptaan itu dimulai, dengan malam ataukah siang? Karena terdapat perbedaan pendapat di antara orang-orang yang meneliti hal ini. Sebagian mereka mengatakan bahwa Allah menciptakan malam sebelum siang, dan ia mengutip sebagai bukti atas perkataannya bahwa ketika matahari terbenam dan hilang cahayanya yang merupakan siang, maka datanglah malam dengan kegelapannya. Maka diketahui dengan hal itu bahwa cahaya (siang) datang belakangan dari malam, dan malam -jika tidak ditiadakan oleh siang yang datang belakangan- adalah yang tetap ada. Maka hal itu menunjukkan bahwa malam adalah yang pertama kali diciptakan, dan matahari adalah yang terakhir diciptakan. Dan ini adalah pendapat yang diriwayatkan dari Ibnu `Abbas.

Ibnu Basyar menceritakan kepada kami, ia berkata: `Abdurrahman menceritakan kepada kami, dari Sufyan, dari ayahnya, dari `Ikrimah, dari Ibnu `Abbas, ia berkata: (Ibnu `Abbas) ditanya, "Apakah malam ada sebelum siang?" Ia menjawab, "Perhatikanlah ketika langit dan bumi masih tertutup rapat, apakah ada di antara keduanya selain kegelapan? Itu agar kalian mengetahui bahwa malam ada sebelum siang."

Al-Hasan bin Yahya menceritakan kepada kami, ia berkata: `Abdurrazzaq mengabarkan kepada kami, ia berkata: Ats-Tsauri mengabarkan kepada kami, dari ayahnya, dari `Ikrimah, dari Ibnu `Abbas, ia berkata: "Sesungguhnya malam (ada) sebelum siang." Kemudian ia berkata, "Keduanya (langit dan bumi) dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya." (QS. Al-Anbiya: 30).

Muhammad bin Basyar menceritakan kepada kami, ia berkata: Wahb bin Jarir menceritakan kepada kami, ia berkata: Ayahku menceritakan kepada kami, ia berkata: Aku mendengar Yahya bin Ayyub menceritakan dari Yazid bin Abi Habib, dari Martsad bin `Abdullah Al-Yazani, ia berkata: `Uqbah bin `Amir jika melihat hilal -yaitu hilal Ramadhan- ia akan menghidupkan malam itu hingga ia berpuasa pada siangnya, kemudian setelah itu ia akan bangun. Maka aku menyebutkan hal itu kepada Ibnu Hujairah, lalu ia berkata, "Malam (ada) sebelum siang, ataukah siang (ada) sebelum malam?"

Dan yang lain berkata, "Siang (ada) sebelum malam." Mereka mengutip sebagai bukti atas perkataan mereka ini bahwa Allah `azza wa jalla ada dan tidak ada malam, tidak ada siang, dan tidak ada sesuatu pun selain Dia, dan cahaya-Nya menerangi segala sesuatu yang Dia ciptakan setelah Dia menciptakannya hingga Dia menciptakan malam.

 


 

Pendapat yang Menyebutkan Siang Lebih Dahulu:

`Ali bin Sahl menceritakan kepada kami, ia berkata: Al-Hasan bin Bilal menceritakan kepada kami, ia berkata: Hammad bin Salamah menceritakan kepada kami, dari Az-Zubair Abu `Abdis Salam, dari Ayyub bin `Abdullah Al-Fihri, bahwa Ibnu Mas`ud berkata, "Sesungguhnya bagi Tuhan kalian tidak ada malam dan tidak ada siang. Cahaya langit berasal dari cahaya wajah-Nya. Dan sesungguhnya lamanya setiap hari dari hari-hari kalian ini di sisi-Nya adalah dua belas jam."

Abu Ja`far berkata: "Pendapat yang lebih kuat dalam hal ini menurutku adalah pendapat yang mengatakan bahwa malam ada sebelum siang, karena siang adalah cahaya matahari sebagaimana yang telah kusebutkan. Allah menciptakan matahari dan menjalankannya di orbitnya setelah Dia membentangkan bumi, sebagaimana firman-Nya, "Apakah kamu lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telah membinanya, Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya, dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang,"1 (QS. An-Nazi`at: 27-28) maka jika matahari diciptakan setelah langit ditinggikan dan malamnya dijadikan gelap, maka jelas bahwa (langit) sebelum matahari diciptakan dan sebelum Allah mengeluarkan siang dari langit adalah gelap, tidak bercahaya."

Selanjutnya, sesungguhnya dalam pengamatan kita tentang malam dan siang, terdapat bukti yang jelas bahwa siang datang setelah malam, karena ketika matahari terbenam dan cahayanya hilang baik pada malam hari atau siang hari, maka suasana menjadi gelap. Maka diketahui dengan hal itu bahwa siang datang kepada malam dengan cahaya dan sinarnya. Wallahu a`lam.

Waktu Penciptaan Matahari dan Bulan:

Adapun perkataan tentang awal mula penciptaan keduanya (matahari dan bulan), maka hadits dari Rasulullah tentang waktu penciptaan Allah atas matahari dan bulan adalah berbeda-beda.

Adapun Ibnu `Abbas, diriwayatkan darinya bahwa ia berkata, "Allah menciptakan matahari, bulan, bintang-bintang, dan para malaikat pada hari Jum`at hingga tersisa tiga waktu darinya." Hannad bin As-Sari menceritakan hal itu kepada kami, ia berkata: Abu Bakar bin `Ayyasy menceritakan kepada kami, dari Abu Sa`d Al-Baqqal, dari `Ikrimah, dari Ibnu `Abbas, dari Nabi .

Dan Abu Hurairah meriwayatkan dari Nabi bahwa beliau bersabda, "Allah menciptakan cahaya pada hari Rabu." Hadits ini diceritakan oleh Al-Qasim bin Bisyr dan Al-Husain bin `Ali, keduanya berkata: Hajjaj bin Muhammad menceritakan kepada kami, dari Ibnu Juraij, dari Ismail bin Umayah, dari Ayyub bin Khalid, dari `Abdullah bin Rafi`, dari Abu Hurairah, dari Nabi .

Apa pun (pendapat yang benar) tentang hal itu, maka Allah telah menciptakan sebelum menciptakan keduanya banyak makhluk lainnya. Kemudian Dia menciptakan keduanya untuk kemaslahatan makhluk-Nya yang Dia lebih mengetahui, Dia menjadikan keduanya terus-menerus bergerak, kemudian Dia membedakan antara keduanya, Dia menjadikan salah satunya sebagai tanda malam dan yang lainnya tanda siang. Dia menghapus tanda malam dan menjadikan tanda siang sebagai penerang.

Telah diriwayatkan dari Rasulullah tentang sebab perbedaan keadaan antara tanda malam dan tanda siang. Aku akan menyebutkan sebagian dari apa yang aku ingat darinya. Dan dari beberapa ulama Salaf juga (diriwayatkan) seperti itu.

Kisah Perbedaan Keadaan Matahari dan Bulan:

Di antara yang diriwayatkan dari Rasulullah dalam hal ini adalah hadits yang diceritakan oleh Muhammad bin Abi Manshur Al-Amili kepada kami, ia berkata: Khalaf bin Washil menceritakan kepada kami, ia berkata: `Umar bin Subh Abu Nu`aim Al-Balkhi menceritakan kepada kami, dari Muqatil bin Hayyan, dari `Abdurrahman bin Abza, dari Abu Dzar Al-Ghifari, ia berkata: Aku pernah memegang tangan Rasulullah ketika kami berjalan bersama menuju arah barat, dan saat itu matahari hampir terbenam. Kami terus memandanginya hingga ia terbenam. Aku berkata, "Wahai Rasulullah, ke manakah ia terbenam?" Beliau menjawab, *"Ia terbenam di langit, kemudian ia diangkat dari langit ke langit hingga ia diangkat ke langit ketujuh, hingga ia berada di bawah `Arsy, lalu ia bersujud. Para malaikat yang ditugaskan (menjaganya) pun ikut bersujud bersamanya. Kemudian ia berkata, `Wahai Rabbku, dari manakah Engkau perintahkan aku untuk terbit? Apakah dari tempat terbenamku atau dari tempat terbitku?` Maka itulah firman Allah, `Dan matahari berjalan di tempat peredarannya.` (QS. Yaasin: 38) (yaitu) di tempat ia ditahan di bawah `Arsy. `Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.` (QS. Yaasin: 38) Yang dimaksud adalah perbuatan Tuhan Yang Maha Perkasa dalam kerajaan-Nya Yang Maha Mengetahui terhadap makhluk-Nya. Kemudian Jibril mendatanginya dengan pakaian cahaya dari cahaya `Arsy, sesuai dengan waktu siang hari, panjang pada musim panas, atau pendek pada musim dingin, atau antara keduanya pada musim gugur dan semi. Maka ia memakai pakaian itu sebagaimana salah seorang dari kalian memakai pakaiannya, kemudian ia berjalan dengannya di langit hingga ia terbit dari tempat terbitnya. Nabi bersabda: "Seolah-olah ia telah ditahan selama tiga malam, kemudian ia tidak diberi cahaya, dan ia diperintahkan untuk terbit dari tempat terbenamnya. Maka itulah firman Allah, `Apabila matahari digulung,` (QS. At-Takwir: 1)."

Ia (Abu Dzar) berkata, "Dan bulan juga seperti itu dalam hal terbitnya, perjalanannya di cakrawala, terbenamnya, dan diangkatnya ke langit ketujuh, dan ditahannya di bawah `Arsy, serta sujudnya dan permintaan izinnya. Akan tetapi Jibril mendatanginya dengan pakaian cahaya dari cahaya Kursi. Itulah firman Allah, "Dia menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya." (QS. Yunus: 5) Abu Dzar berkata, "Kemudian aku kembali bersama Rasulullah lalu kami shalat Maghrib." Hadits ini dari Rasulullah mengabarkan bahwa sebab perbedaan keadaan antara matahari dan bulan adalah karena cahaya matahari berasal dari pakaian yang dipakainya dari cahaya `Arsy, dan cahaya bulan berasal dari pakaian yang dipakainya dari cahaya Kursi.

Adapun hadits lain yang menunjukkan makna yang berbeda adalah hadits yang diceritakan oleh Muhammad bin Abi Manshur kepada kami, ia berkata: Khalaf bin Washil menceritakan kepada kami, ia berkata: Abu Nu`aim menceritakan kepada kami, dari Muqatil bin Hayyan, dari `Ikrimah, ia berkata: Suatu hari Ibnu `Abbas sedang duduk, tiba-tiba datang seorang laki-laki lalu berkata, "Wahai Ibnu `Abbas, aku mendengar hal yang menakjubkan dari Ka`ab Al-Ahbar tentang matahari dan bulan." Ia (Ibnu `Abbas) sedang bersandar, lalu ia duduk tegak dan berkata, "Apa itu?" Ia (laki-laki itu) menjawab, "Ia mengatakan bahwa matahari dan bulan akan didatangkan pada hari kiamat seperti dua ekor sapi jantan yang besar, lalu keduanya dilemparkan ke dalam neraka Jahanam." `Ikrimah berkata, "Maka robeklah baju Ibnu `Abbas karena marah, kemudian ia berkata, `Ka`ab telah berdusta! Ka`ab telah berdusta! Ka`ab telah berdusta!` sebanyak tiga kali. `Ini adalah cerita Yahudi yang ingin ia masukkan ke dalam Islam. Allah lebih agung dan lebih mulia daripada menyiksa atas ketaatan kepada-Nya. Tidakkah kamu mendengar firman Allah, `Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar...` (QS. Ibrahim: 33). Yang dimaksud adalah keduanya terus-menerus dalam ketaatan. Bagaimana mungkin Dia menyiksa dua hamba yang Dia puji karena keduanya terus-menerus dalam ketaatan kepada-Nya?! Semoga Allah memerangi Ahbar ini dan menjadikan jelek keahliannya! Betapa beraninya ia terhadap Allah, dan betapa besar kedustaannya atas kedua hamba yang taat kepada Allah ini!`" Ia (`Ikrimah) berkata, "Kemudian ia (Ibnu `Abbas) beristighfar beberapa kali, mengambil ranting dari tanah, lalu menancapkannya di tanah. Ia terus seperti itu selama yang Allah kehendaki, kemudian ia mengangkat kepalanya dan melempar ranting itu lalu berkata, `Maukah kalian aku ceritakan apa yang aku dengar dari Rasulullah tentang matahari dan bulan, awal mula penciptaan keduanya dan akhir keadaan keduanya?` Kami menjawab, `Tentu, semoga Allah merahmatimu!` Maka ia berkata, `Rasulullah ditanya tentang hal itu, lalu beliau menjawab, `Sesungguhnya Allah ketika telah menyempurnakan penciptaan-Nya dengan sebaik-baiknya, dan tidak tersisa dari makhluk-Nya selain Adam, Dia menciptakan dua matahari dari cahaya `Arsy-Nya. Adapun yang telah ada dalam ilmu-Nya sebelumnya bahwa Dia akan membiarkannya sebagai matahari, maka Dia menciptakannya seperti dunia, antara tempat terbitnya dan tempat terbenamnya. Adapun yang telah ada dalam ilmu-Nya sebelumnya bahwa Dia akan memadamkannya dan menjadikannya bulan, maka ia lebih kecil dari matahari dalam hal ukuran, akan tetapi keduanya tampak kecil karena tingginya langit dan jauhnya dari bumi. Jika Allah membiarkan kedua matahari itu sebagaimana Dia menciptakan keduanya pada awalnya, maka tidak akan diketahui malam dari siang, dan tidak akan diketahui siang dari malam. Pekerja tidak akan tahu sampai kapan ia bekerja dan kapan ia mengambil upahnya. Orang yang berpuasa tidak akan tahu sampai kapan ia berpuasa. Wanita tidak akan tahu bagaimana ia menjalani masa iddah-nya. Kaum muslimin tidak akan tahu kapan waktu haji. Orang yang memberi hutang tidak akan tahu kapan hutangnya jatuh tempo. Manusia tidak akan tahu kapan mereka kembali mengurus kehidupan mereka dan kapan mereka beristirahat untuk (menenangkan) badan-badan mereka. Tuhan Maha Melihat hamba-hamba-Nya dan Maha Penyayang kepada mereka. Maka Dia mengutus Jibril, lalu ia mengusapkan sayapnya pada wajah bulan -dan saat itu ia adalah matahari- sebanyak tiga kali, maka terhapuslah cahayanya dan tersisa padanya sinar. Maka itulah firman Allah, `Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang,`1 (QS. Al-Isra: 12) warna hitam yang kalian lihat pada bulan seperti garis-garis padanya, itulah bekas penghapusan itu. Kemudian Allah menciptakan untuk matahari kereta dari cahaya `Arsy yang memiliki tiga ratus enam puluh pegangan. Dia menugaskan pada matahari dan keretanya tiga ratus enam puluh malaikat dari penduduk langit dunia. Setiap malaikat bergantung pada satu pegangan dari pegangan-pegangan itu. Dia juga menugaskan pada bulan dan keretanya tiga ratus enam puluh malaikat dari malaikat langit, setiap malaikat bergantung pada satu pegangan dari pegangan-pegangan itu. Kemudian beliau bersabda, `Dan Allah menciptakan untuk keduanya tempat-tempat terbit dan tempat-tempat terbenam di kedua ujung bumi dan kedua sisi langit, seratus delapan puluh mata air di barat, tanahnya hitam, maka itulah firman Allah, `Dan didapatinya (matahari) terbenam di mata air yang hitam,` (QS. Al-Kahfi: 86) yang dimaksud adalah tanahnya hitam dari tanah liat, dan seratus delapan puluh mata air di timur seperti itu juga, tanahnya hitam mendidih seperti mendidihnya air dalam panci ketika mendidih dengan keras. Setiap siang dan setiap malam memiliki tempat terbit dan tempat terbenam yang baru, antara awal siang sebagai tempat terbit dan akhirnya sebagai tempat terbenam, (itu adalah) siang terpanjang pada musim panas hingga akhirnya sebagai tempat terbit dan awalnya sebagai tempat terbenam, (itu adalah) siang terpendek pada musim dingin, maka itulah firman Allah, `Tuhan yang menguasai dua tempat terbit dan Tuhan yang menguasai dua tempat terbenam,` (QS. Ar-Rahman: 17) yang dimaksud adalah akhirnya di sini dan akhirnya di sana, dan Dia tidak menyebutkan apa yang ada di antara keduanya dari tempat-tempat terbit dan tempat-tempat terbenam. Kemudian Dia menggabungkannya lalu berfirman, `Demi Tuhan yang menguasai tempat-tempat terbit dan tempat-tempat terbenam,` (QS. Al-Ma`arij: 40) maka Dia menyebutkan seluruh mata air itu. Ia (Ibnu `Abbas) berkata, `Dan Allah menciptakan lautan yang mengalir di bawah langit sejauh tiga farsakh. Ombaknya tertahan, berdiri di udara dengan perintah Allah, tidak menetes darinya satu tetes pun, sedangkan lautan-lautan lainnya diam. Lautan itu mengalir secepat anak panah ketika ia diluncurkan di udara dengan lurus, seperti tali yang dibentangkan antara timur dan barat. Maka matahari, bulan, dan khunnas berputar di pusaran air lautan itu. Itulah firman Allah, `Masing-masing beredar pada garis edarnya.` (QS. Yaasin: 40) Dan falak adalah perputaran kereta di pusaran air lautan itu. Demi Dzat yang jiwanya berada di tangan-Nya, jika matahari terlihat dari lautan itu, niscaya ia akan membakar segala sesuatu di bumi, bahkan batu dan kerikil. Dan jika bulan terlihat darinya, niscaya penduduk bumi akan terfitnah hingga mereka menyembahnya selain Allah, kecuali orang yang Allah kehendaki untuk diselamatkan dari para wali-Nya.`

Ibnu `Abbas berkata, "Ali bin Abi Thalib berkata, `Ayah dan ibuku sebagai tebusanmu, wahai Rasulullah! Engkau menyebutkan perputaran khunnas bersama matahari dan bulan, dan Allah telah bersumpah dengan khunnas dalam Al-Qur`an di samping apa yang telah engkau sebutkan. Apakah khunnas itu?` Rasulullah menjawab, `Wahai Ali, itu adalah lima bintang: Al-Burjīs (Jupiter), Zuhal (Saturnus), `Atharid (Merkurius), Bahrām (Mars), dan Az-Zuhrah (Venus). Lima bintang inilah yang terbit dan berjalan seperti matahari dan bulan, berputar bersama keduanya. Adapun bintang-bintang lainnya tergantung di langit seperti tergantungnya lampu-lampu di masjid-masjid. Ia berputar bersama langit dengan bertasbih, mengagungkan, dan shalat kepada Allah.` Kemudian Nabi bersabda, `Jika kalian ingin membuktikan hal itu, maka perhatikanlah perputaran orbit sekali di sini dan sekali di sana. Itulah perputaran langit, dan perputaran bintang-bintang bersamanya seluruhnya, selain lima bintang ini. Perputarannya hari ini seperti yang kalian lihat, itulah shalatnya. Dan perputarannya hingga hari kiamat secepat putaran batu kilangan, karena dahsyatnya hari kiamat dan gempa-gempanya. Itulah firman Allah, `Pada hari ketika langit berguncang dengan dahsyatnya, dan gunung-gunung berjalan dengan cepatnya. Maka kecelakaanlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.` (QS. At-Tur: 9-11)."

Ia (Ibnu `Abbas) berkata, "Ketika matahari terbit, ia terbit dari salah satu mata air itu dengan keretanya, bersamanya tiga ratus enam puluh malaikat yang membentangkan sayap-sayap mereka, menariknya di orbit dengan bertasbih, mengagungkan, dan shalat kepada Allah sesuai dengan waktu-waktu malam dan siang, baik malam maupun siang. Jika Allah menghendaki untuk menguji matahari dan bulan, lalu Dia memperlihatkan kepada hamba-hamba-Nya tanda-tanda (kekuasaan-Nya) agar mereka kembali (bertaubat) dari maksiat kepada-Nya dan kembali kepada ketaatan kepada-Nya, maka matahari akan turun dari keretanya lalu jatuh ke dalam pusaran air lautan itu, yaitu falak. Jika Allah menghendaki untuk membesarkan tanda (kekuasaan-Nya) itu dan menambah rasa takut pada hamba-hamba-Nya, maka seluruh matahari akan jatuh sehingga tidak tersisa sedikit pun darinya di atas kereta. Itulah ketika siang hari menjadi gelap dan bintang-bintang terlihat, dan itu adalah puncak gerhananya. Jika Dia menghendaki untuk menjadikan tanda (kekuasaan-Nya) itu lebih kecil, maka setengah, sepertiga, atau dua pertiganya akan jatuh ke dalam air, dan sisanya tetap berada di atas kereta. Itu adalah gerhana yang lebih kecil, dan merupakan cobaan bagi matahari atau bulan, serta untuk menakut-nakuti hamba-hamba (Allah) dan agar mereka kembali (bertaubat) kepada Tuhan `azza wa jalla. Apa pun yang terjadi, maka para malaikat yang ditugaskan pada keretanya terbagi menjadi dua kelompok: satu kelompok menghadap matahari lalu menariknya ke arah kereta, dan kelompok lainnya menghadap kereta lalu menariknya ke arah matahari. Mereka tetap menariknya di orbit dengan bertasbih, mengagungkan, dan shalat kepada Allah sesuai dengan waktu-waktu siang atau malam, baik malam atau siang, baik pada musim panas atau musim dingin, atau antara keduanya pada musim gugur dan semi, agar tidak bertambah sedikit pun pada lamanya (siang dan malam). Allah telah mengilhamkan kepada mereka ilmu tentang hal itu dan memberikan kepada mereka kekuatan tersebut. Dan apa yang kalian lihat dari keluarnya matahari atau bulan setelah gerhana sedikit demi sedikit, (itu) dari pusaran air lautan yang berada di atas keduanya. Jika mereka telah mengeluarkannya seluruhnya, maka berkumpullah semua malaikat, lalu mereka membawanya hingga mereka meletakkannya di atas kereta, lalu mereka memuji Allah atas apa yang Dia berikan kepada mereka dari kekuatan untuk itu, lalu mereka bergantung pada pegangan-pegangan kereta itu dan menariknya di orbit dengan bertasbih, mengagungkan, dan shalat kepada Allah hingga mereka sampai ke tempat terbenamnya. Jika mereka sampai ke tempat terbenamnya, mereka memasukkannya ke dalam mata air itu, lalu ia jatuh dari cakrawala ke dalam mata air itu.

Kemudian Nabi bersabda, dan (beliau) merasa takjub dengan ciptaan Allah: "Dan dalam hal kekuasaan, tidak ada yang lebih menakjubkan daripada apa yang belum pernah kita lihat. Dan itulah firman Jibril kepada Maryam, `Apakah kamu merasa heran terhadap ketetapan Allah?` (QS. Maryam: 21).

Dan sesungguhnya Allah telah menciptakan dua kota: salah satunya di timur dan yang lainnya di barat. Penduduk kota yang di timur adalah sisa-sisa kaum `Ad dari keturunan orang-orang yang beriman di antara mereka, dan penduduk kota yang di barat adalah sisa-sisa kaum Tsamud dari keturunan orang-orang yang beriman kepada Shalih. Nama kota yang di timur dalam bahasa Suryani adalah Marqisiyā dan dalam bahasa Arab adalah Jābaliq. Nama kota yang di barat dalam bahasa Suryani adalah Barjisiyā dan dalam bahasa Arab adalah Jābars. Setiap kota darinya memiliki sepuluh ribu pintu, antara setiap dua pintu jaraknya satu farsakh. Setiap hari bertugas pada setiap pintu dari pintu-pintu kedua kota ini sepuluh ribu orang penjaga yang bersenjata. Mereka tidak akan bertugas jaga lagi setelah itu hingga hari ditiupnya sangkakala. Demi Dzat yang jiwanya berada di tangan-Nya, seandainya bukan karena banyaknya orang-orang ini dan riuhnya suara-suara mereka, niscaya manusia dari seluruh penduduk bumi akan mendengar suara jatuhnya matahari ketika ia terbit dan terbenam. Dan di belakang mereka ada tiga kaum: Mansak, Tāfīl, dan Tāris. Dan di depan mereka ada Ya`juj dan Ma`juj.

Dan Jibril membawaku kepada mereka pada malam aku di-Isra`-kan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha. Aku mengajak Ya`juj dan Ma`juj untuk beribadah kepada Allah, namun mereka menolak untuk menjawabku. Kemudian ia membawaku kepada penduduk kedua kota itu, aku mengajak mereka kepada agama Allah dan kepada ibadah kepada-Nya, maka mereka menjawab dan menerima. Maka mereka dalam agama adalah saudara-saudara kita, orang yang berbuat baik di antara mereka akan bersama orang-orang yang berbuat baik di antara kalian, dan orang yang berbuat jahat di antara mereka, maka mereka bersama orang-orang yang berbuat jahat di antara kalian. Kemudian ia membawaku kepada tiga kaum itu, aku mengajak mereka kepada agama Allah dan kepada ibadah kepada-Nya, maka mereka mengingkari apa yang aku serukan kepada mereka, maka mereka kafir kepada Allah dan mendustakan rasul-rasul-Nya, maka mereka bersama Ya`juj dan Ma`juj serta semua orang yang mendurhakai Allah di dalam neraka.

Maka apabila matahari terbenam, ia diangkat dari langit ke langit dengan kecepatan terbangnya malaikat, hingga sampai ke langit ketujuh, hingga berada di bawah `Arsy, lalu ia bersujud. Para malaikat yang ditugaskan (menjaganya) pun ikut bersujud bersamanya. Kemudian ia diturunkan dari langit ke langit. Maka apabila ia sampai ke langit dunia, itulah ketika fajar menyingsing. Apabila ia turun dari salah satu mata air itu, maka itulah ketika subuh menyingsing. Dan apabila ia sampai ke sisi langit ini, maka itulah ketika siang hari terang.

Dan Allah menjadikan di timur tabir kegelapan di lautan ketujuh, (sebanyak) hitungan malam sejak hari Allah menciptakan dunia hingga hari ia berakhir. Maka apabila (matahari) berada di tempat terbenamnya, datanglah malaikat yang ditugaskan untuk (mengatur) malam, lalu ia mengambil segenggam kegelapan dari tabir itu, kemudian ia menghadap ke barat. Ia terus menerus mengirimkan kegelapan sedikit demi sedikit dari genggamannya, dan ia memperhatikan cahaya merah di ufuk barat. Apabila cahaya merah itu hilang, ia mengirimkan seluruh kegelapan itu. Kemudian ia membentangkan kedua sayapnya hingga mencapai kedua ujung bumi dan kedua sisi langit, dan melampaui apa yang Allah kehendaki di luar udara. Ia mengarahkan kegelapan malam dengan kedua sayapnya sambil bertasbih, mengagungkan, dan shalat kepada Allah hingga ia sampai ke barat. Maka apabila ia sampai ke barat, subuh pun terbit dari timur. Lalu ia menutup kedua sayapnya, kemudian ia mengumpulkan kegelapan itu dengan kedua tangannya, lalu ia menggenggamnya dengan satu tangan seperti genggamannya ketika mengambilnya dari tabir di timur, lalu ia meletakkannya di barat di lautan ketujuh, dari sanalah datangnya kegelapan malam. Maka apabila tabir itu telah dipindahkan dari timur ke barat, ditiuplah sangkakala dan berakhirlah dunia. Cahaya siang datang dari arah timur, dan kegelapan malam datang dari tabir itu.

Maka matahari dan bulan terus seperti itu, dari tempat terbitnya hingga tempat terbenamnya, hingga diangkatnya ke langit ketujuh, hingga ditahannya di bawah `Arsy, hingga datang waktu yang Allah tetapkan untuk taubat hamba-hamba-Nya. Maka banyaklah maksiat di bumi dan hilanglah kebaikan, tidak ada yang memerintahkannya dan tersebarlah kemungkaran, tidak ada yang melarangnya.

Maka apabila hal itu terjadi, matahari akan ditahan selama satu malam di bawah `Arsy. Setiap kali ia bersujud dan meminta izin, "Dari manakah aku diperintahkan untuk terbit?", tidak ada jawaban yang diberikan kepadanya, hingga bulan menyusulnya dan bersujud bersamanya, serta meminta izin, "Dari manakah aku diperintahkan untuk terbit?", tidak ada jawaban yang diberikan kepadanya, hingga keduanya ditahan, tiga malam untuk matahari dan dua malam untuk bulan. Tidak ada yang mengetahui panjangnya malam itu kecuali orang-orang yang rajin beribadah di bumi. Mereka saat itu adalah sekelompok kecil di setiap negeri kaum muslimin, dalam keadaan hina di sisi manusia dan rendah di dalam diri mereka sendiri. Salah seorang dari mereka tidur pada malam itu seperti ia tidur pada malam-malam sebelumnya, kemudian ia bangun lalu berwudhu dan masuk ke tempat shalatnya lalu melaksanakan shalat malamnya sebagaimana ia shalat sebelumnya, kemudian ia keluar dan tidak melihat fajar, maka ia mengingkarinya dan berprasangka buruk tentangnya, kemudian ia berkata, "Mungkin aku telah mengurangi bacaanku, atau memperpendek shalatku, atau aku bangun sebelum waktunya!" Kemudian ia kembali lagi dan shalat malamnya seperti shalatnya pada malam kedua, lalu ia keluar dan tidak melihat fajar, maka hal itu menambah keingkarannya dan bercampur dengan rasa takut, dan ia berprasangka buruk tentangnya, lalu ia berkata, "Mungkin aku telah mengurangi bacaanku, atau memperpendek shalatku, atau aku bangun di awal malam!" Kemudian ia kembali lagi untuk yang ketiga kalinya dalam keadaan takut dan khawatir terhadap apa yang ia perkirakan dari dahsyatnya malam itu, lalu ia shalat lagi seperti shalatnya pada malam ketiga, lalu ia keluar dan ternyata malam masih tetap di tempatnya dan bintang-bintang telah berputar dan kembali ke tempatnya di awal malam. Maka ia takut dengan rasa takut orang yang mengetahui apa yang ia perkirakan dari dahsyatnya malam itu. Rasa takut melingkupinya dan ia menangis. Kemudian sebagian mereka memanggil sebagian yang lain, dan sebelumnya mereka saling mengenal dan berhubungan, maka berkumpullah orang-orang yang rajin beribadah dari penduduk setiap negeri di masjid-masjid mereka, dan mereka menangis dan berteriak kepada Allah sisa malam itu, sedangkan orang-orang yang lalai tetap dalam kelalaian mereka, hingga ketika telah sempurna bagi keduanya (matahari dan bulan) tiga malam untuk matahari dan dua malam untuk bulan, Jibril datang kepada keduanya lalu berkata, "Sesungguhnya Tuhan memerintahkan kalian untuk kembali ke tempat terbenam kalian lalu terbit darinya, dan tidak ada cahaya bagi kalian di sisi Kami dan tidak ada sinar." Maka keduanya menangis pada saat itu dengan tangisan yang didengar oleh penduduk tujuh langit di bawah keduanya, dan penduduk `Arsy dan para pemikul `Arsy di atas keduanya. Mereka menangis karena tangisan keduanya disertai rasa takut mati dan takut akan hari kiamat.

Ia (Abu Dzar) berkata, "Ketika manusia sedang menunggu terbitnya keduanya (matahari dan bulan) dari timur, tiba-tiba keduanya telah terbit dari belakang mereka, dari barat, dalam keadaan hitam pekat seperti dua wadah yang terbuat dari kulit. Tidak ada cahaya bagi matahari dan tidak ada sinar bagi bulan, seperti keduanya ketika gerhana sebelumnya. Maka berteriak-teriaklah penduduk dunia, para ibu lupa akan anak-anak mereka, dan orang-orang yang saling mencintai lupa akan buah hati mereka, setiap jiwa disibukkan dengan apa yang menimpanya. Adapun orang-orang shalih dan orang-orang yang berbakti, maka tangisan mereka pada hari itu bermanfaat bagi mereka, dan hal itu akan dicatat sebagai ibadah bagi mereka. Adapun orang-orang fasik dan orang-orang jahat, maka tangisan mereka pada hari itu tidak bermanfaat bagi mereka, dan hal itu akan dicatat sebagai kerugian bagi mereka. Kemudian keduanya (matahari dan bulan) naik seperti dua ekor unta yang berdampingan, masing-masing berusaha untuk mendahului yang lain, hingga ketika keduanya sampai ke tengah langit, Jibril datang lalu memegang tanduk keduanya kemudian mengembalikannya ke barat, tidak untuk menenggelamkannya di tempat terbenamnya dari mata air-mata air itu, tetapi menenggelamkannya di Pintu Taubat."

`Umar bin Al-Khaththab berkata, "Aku dan keluargaku sebagai tebusanmu, wahai Rasulullah! Apakah Pintu Taubat itu?" Beliau menjawab, "Wahai `Umar, Allah telah menciptakan pintu untuk taubat di balik tempat terbenamnya matahari, kedua daun pintunya terbuat dari emas, dihiasi dengan mutiara dan permata, jarak antara kedua daun pintu itu adalah perjalanan empat puluh tahun bagi pengendara yang cepat. Pintu itu terbuka sejak Allah menciptakan makhluk-Nya hingga pagi hari pada malam itu ketika matahari dan bulan terbit dari tempat terbenamnya. Tidak ada seorang pun dari hamba-hamba Allah yang bertaubat dengan taubat nasuha sejak Adam hingga pagi hari pada malam itu kecuali taubatnya akan masuk ke dalam pintu itu, kemudian diangkat kepada Allah." Mu`adz bin Jabal berkata, "Ayah dan ibuku sebagai tebusanmu, wahai Rasulullah! Apakah taubat nasuha itu?" Beliau menjawab, "Yaitu orang yang berbuat dosa menyesali dosa yang menimpanya, lalu ia meminta maaf kepada Allah kemudian tidak mengulanginya lagi, sebagaimana susu tidak akan kembali ke ambingnya." Ia (Abu Dzar) berkata, "Maka Jibril mengembalikan kedua daun pintu itu lalu menutupnya rapat-rapat seolah-olah tidak pernah ada celah sedikitpun di antara keduanya. Maka apabila Pintu Taubat telah tertutup, tidak akan diterima lagi taubat setelah itu, dan tidak akan bermanfaat lagi amal shalih yang dikerjakan dalam Islam kecuali bagi orang yang sebelumnya telah berbuat baik, maka (pahala dan dosa) akan terus mengalir bagi mereka setelah itu sebagaimana (pahala dan dosa) terus mengalir bagi mereka sebelumnya." Ia (Abu Dzar) berkata, "Maka itulah firman Allah, "Pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Rabbmu tidaklah berguna lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau (belum) berusaha berbuat kebaikan dalam masa imannya." (QS. Al-An`am: 158).

Ubay bin Ka`ab berkata, "Ayah dan ibuku sebagai tebusanmu, wahai Rasulullah! Lalu bagaimana dengan matahari dan bulan setelah itu? Dan bagaimana dengan manusia dan dunia?" Beliau menjawab, "Wahai Ubay, sesungguhnya matahari dan bulan setelah itu akan dipakaikan cahaya dan sinar, keduanya terbit dan terbenam atas manusia sebagaimana sebelumnya. Adapun manusia, mereka melihat apa yang mereka lihat dari dahsyatnya tanda (kekuasaan Allah) itu, lalu mereka bersemangat terhadap dunia hingga mereka mengalirkan sungai-sungai di dalamnya, menanam pohon-pohon di dalamnya, dan membangun bangunan-bangunan di dalamnya. Adapun dunia, seandainya seseorang mengeluarkan anak kuda, ia tidak akan sempat menungganginya sejak terbitnya matahari dari barat hingga hari ditiupnya sangkakala."

Hudzaifah bin Al-Yaman berkata, "Aku dan keluargaku sebagai tebusanmu, wahai Rasulullah! Lalu bagaimana keadaan mereka ketika sangkakala ditiup?" Beliau menjawab, "Wahai Hudzaifah, demi Dzat yang jiwanya berada di tangan-Nya, sungguh kiamat akan terjadi dan sangkakala akan ditiup, sementara seseorang telah membuat kolamnya namun ia tidak sempat meminum darinya, dan sungguh kiamat akan terjadi sementara baju berada di antara dua orang, namun keduanya tidak sempat melipatnya dan tidak sempat saling menjual-belikannya, dan sungguh kiamat akan terjadi sementara seseorang telah mengangkat suapannya ke mulutnya namun ia tidak sempat memakannya, dan sungguh kiamat akan terjadi sementara seseorang telah memerah susu ternaknya namun ia tidak sempat meminumnya." Kemudian Rasulullah membaca ayat ini, "Dan sungguh, (hari kiamat) itu pasti akan datang kepada mereka dengan tiba-tiba, sedang mereka tidak menyadarinya." (QS. Az-Zumar: 47).

Maka apabila sangkakala telah ditiup, dan kiamat telah terjadi, dan Allah telah memisahkan antara penduduk surga dan penduduk neraka, namun mereka belum memasukinya, Allah memanggil matahari dan bulan, lalu keduanya didatangkan dalam keadaan hitam pekat, telah terkena gempa dan goncangan. Keduanya gemetar karena dahsyatnya hari itu dan takut kepada Ar-Rahman, hingga ketika keduanya berada di hadapan `Arsy, keduanya bersujud kepada Allah, lalu keduanya berkata, "Wahai Tuhan kami, Engkau telah mengetahui ketaatan kami dan kesungguhan kami dalam beribadah kepada-Mu, dan kecepatan kami untuk melaksanakan perintah-Mu pada hari-hari dunia. Maka janganlah Engkau menyiksa kami karena orang-orang musyrik menyembah kami, karena kami tidak mengajak untuk menyembah kami dan tidak lalai dari beribadah kepada-Mu!" Maka Tuhan berfirman, "Kalian benar. Dan Aku telah menetapkan atas diri-Ku untuk memulai dan mengulangi. Dan Aku akan mengembalikan kalian kepada apa yang Aku ciptakan kalian darinya. Kembalilah kalian kepada apa yang Aku ciptakan kalian darinya." Keduanya berkata, "Wahai Tuhan kami, dari apakah Engkau menciptakan kami?" Dia berfirman, "Aku menciptakan kalian dari cahaya `Arsy-Ku, maka kembalilah kalian kepadanya." Maka keluarlah dari masing-masing keduanya cahaya yang menyilaukan mata, lalu bercampur dengan cahaya `Arsy. Itulah firman Allah, "Dia menciptakan (makhluk) dari permulaan, dan menghidupkannya (kembali)." (QS. Al-Buruj: 13).

`Ikrimah berkata, "Maka aku pergi bersama orang-orang yang (Ibnu `Abbas) ceritakan hadits tersebut kepada mereka, hingga kami mendatangi Ka`ab, lalu kami beritahukan kepadanya apa yang terjadi dari kemarahan Ibnu `Abbas karena haditsnya, dan apa yang (Ibnu `Abbas) ceritakan dari Rasulullah . Maka Ka`ab pun pergi bersama kami hingga kami mendatangi Ibnu `Abbas. Ka`ab berkata, `Telah sampai kepadaku apa yang terjadi dari kemarahanmu karena haditsku, aku memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya. Sesungguhnya aku hanya bercerita dari kitab yang telah usang yang telah banyak berpindah tangan, aku tidak tahu apa yang telah diubah oleh orang-orang Yahudi di dalamnya. Dan engkau bercerita dari kitab yang baru, yang masih dekat masanya dengan Ar-Rahman dan dari penghulu para nabi dan sebaik-baik nabi, maka aku ingin engkau menceritakan kepadaku hadits itu agar aku menghafalnya darimu, dan jika aku telah menceritakannya, maka (hadits itu) akan menggantikan haditsku yang pertama.`"

`Ikrimah berkata, "Maka Ibnu `Abbas mengulangi hadits tersebut, dan aku menghafalnya dalam hatiku bagian demi bagian, dan ia tidak menambah dan tidak mengurangi, tidak mendahulukan dan tidak mengakhirkan. Hal itu menambah kecintaanku kepada Ibnu `Abbas dan menambah hafalanku terhadap hadits tersebut."

Di antara yang diriwayatkan dari Salaf dalam hal ini adalah hadits yang diceritakan oleh Ibnu Humayd kepada kami, ia berkata: Jarir menceritakan kepada kami, dari `Abdil `Aziz bin Rufai`, dari Abu Ath-Thufayl, ia berkata: Ibnu Al-Kawwa` berkata kepada `Ali, "Wahai Amirul Mukminin, apakah noda ini yang ada pada bulan?" Maka ia (`Ali) berkata, "Celakalah engkau! Tidakkah kamu membaca Al-Qur`an, `Maka Kami hapuskan tanda malam.` (QS. Al-Isra: 12) Inilah penghapusannya."

Abu Kurayb menceritakan kepada kami, ia berkata: Thalaq menceritakan kepada kami, dari Zaidah, dari `Ashim, dari `Ali bin Rabi`ah, ia berkata: Ibnu Al-Kawwa` bertanya kepada `Ali, "Apakah warna hitam ini yang ada pada bulan?" `Ali menjawab, "`Maka Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang,` (QS. Al-Isra: 12) itulah penghapusannya."

Ibnu Basyar menceritakan kepada kami, ia berkata: `Abdurrahman menceritakan kepada kami, ia berkata: Isra`il menceritakan kepada kami, dari Abu Ishaq, dari `Ubaid bin Umair, ia berkata: Aku pernah bersama `Ali, lalu Ibnu Al-Kawwa` bertanya kepadanya tentang warna hitam yang ada pada bulan, maka ia (`Ali) menjawab, "Itu adalah tanda malam yang telah dihapus."

Ibnu Abi Asy-Syawarib menceritakan kepada kami, ia berkata: Yazid bin Zurai` menceritakan kepada kami, ia berkata: `Imran bin Hudair menceritakan kepada kami, dari Rafi` Abu Katsir, ia berkata: `Ali bin Abi Thalib berkata, "Bertanyalah tentang apa saja yang kalian kehendaki!" Maka Ibnu Al-Kawwa` berdiri lalu berkata, "Apakah warna hitam yang ada pada bulan?" `Ali berkata, "Semoga Allah memerangimu! Mengapa kamu tidak bertanya tentang urusan agamamu dan akhiratmu?!" Kemudian ia berkata, "Itu adalah penghapusan malam."

Zakaria bin Yahya bin Aban Al-Mishri menceritakan kepada kami, ia berkata: Ibnu `Ufair menceritakan kepada kami, ia berkata: Ibnu Luhai`ah menceritakan kepada kami, dari Huyay bin `Abdullah, dari Abu `Abdirrahman, dari `Abdullah bin `Amr bin Al-`Ash, bahwa seseorang berkata kepada `Ali, "Apakah warna hitam yang ada pada bulan?" Ia (`Ali) menjawab, "Sesungguhnya Allah berfirman, `Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang.`" (QS. Al-Isra: 12).  

Muhammad bin Sa`d menceritakan kepada kami, ia berkata: Ayahku menceritakan kepadaku, ia berkata: Pamanku menceritakan kepadaku, ia berkata: Ayahku menceritakan kepadaku, dari ayahnya, dari Ibnu `Abbas, tentang firman Allah, "Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda malam," (QS. Al-Isra: 12) ia berkata, "Yaitu warna hitam pada malam."  

Al-Qasim menceritakan kepada kami, ia berkata: Al-Husain menceritakan kepada kami, ia berkata: Hajjaj menceritakan kepada kami, dari Ibnu Juraij, ia berkata: Ibnu `Abbas berkata, "Bulan dahulu bercahaya seperti matahari. Bulan adalah tanda malam dan matahari adalah tanda siang. "Maka Kami hapuskan tanda malam," (QS. Al-Isra: 12) ia berkata, "Yaitu warna hitam yang ada pada bulan, seperti itulah Allah menciptakannya."  

Al-Qasim menceritakan kepada kami, ia berkata: Al-Husain menceritakan kepadaku, ia berkata: Hajjaj menceritakan kepadaku, dari Ibnu Juraij, dari Mujahid, tentang firman Allah, "Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda," (QS. Al-Isra: 12) ia berkata, "Malam dan siang, seperti itulah Allah menciptakan keduanya."

Ibnu Juraij berkata, "Dan `Abdullah bin Katsir mengabarkan kepada kami, ia berkata: "Maka Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang," (QS. Al-Isra: 12) ia berkata, "Yaitu kegelapan malam dan terangnya siang."

Bisyr bin Mu`adz menceritakan kepada kami, ia berkata: Yazid bin Zurai` menceritakan kepada kami, ia berkata: Sa`id menceritakan kepada kami, dari Qatadah, tentang firman Allah, "Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda malam," (QS. Al-Isra: 12) "Kami dahulu bercerita bahwa penghapusan tanda malam adalah warna hitam yang ada pada bulan, `dan Kami jadikan tanda siang itu terang` (QS. Al-Isra: 12), (yaitu) bercahaya. Allah menciptakan matahari lebih bercahaya dan lebih besar daripada bulan."  

Muhammad bin `Amr menceritakan kepada kami, ia berkata: Abu `Ashim menceritakan kepada kami, ia berkata: `Isa menceritakan kepada kami, dan Al-Harits menceritakan kepadaku, ia berkata: Al-Hasan menceritakan kepada kami, ia berkata: Warqa` menceritakan kepada kami, semuanya dari Ibnu Abi Najih, dari Mujahid, tentang firman Allah, "Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda," (QS. Al-Isra: 12) ia berkata, "Yaitu malam dan siang, seperti itulah Allah menjadikannya."  

Abu Ja`far berkata: "Pendapat yang benar dalam hal ini menurut kami adalah bahwa Allah menciptakan matahari untuk siang dan bulan untuk malam sebagai dua tanda, lalu Dia menjadikan tanda siang, yaitu matahari, sebagai penerang yang digunakan untuk melihat, dan Dia menghapus tanda malam, yaitu bulan, dengan warna hitam yang ada padanya.

Boleh jadi Allah menciptakan keduanya sebagai dua matahari dari cahaya `Arsy-Nya, kemudian Dia menghapus cahaya bulan dengan malam seperti perkataan orang yang telah kami sebutkan perkataannya, maka hal itu menjadi sebab perbedaan keadaan antara keduanya.

Dan boleh jadi cahaya matahari berasal dari pakaian yang dipakainya dari cahaya `Arsy, dan cahaya bulan berasal dari pakaian yang dipakainya dari cahaya Kursi.

Jika sanad salah satu dari dua hadits yang telah kusebutkan itu sahih, niscaya kami akan berpegang padanya. Akan tetapi pada sanad keduanya terdapat pandangan (yang berbeda), maka kami tidak berani memastikan kebenaran berita yang ada di dalamnya tentang sebab perbedaan keadaan antara matahari dan bulan. Hanya saja kami yakin bahwa Allah membedakan antara sifat keduanya dalam hal cahaya karena Dia lebih mengetahui kemaslahatan makhluk-Nya dengan perbedaan keadaan keduanya. Maka Dia membedakan antara keduanya, Dia menjadikan salah satunya bercahaya yang digunakan untuk melihat, dan yang lainnya cahayanya dihapus.

Dan kami hanya menyebutkan tentang matahari dan bulan sebatas yang telah kami sebutkan dalam kitab ini, meskipun kami telah mengabaikan penyebutan banyak hal tentang keduanya dan tentang berita-berita keduanya, begitu pula kami mengabaikan penyebutan awal penciptaan Allah atas langit dan bumi serta sifatnya, dan semua yang kami tinggalkan penyebutannya dari semua makhluk Allah dalam kitab ini. Karena tujuan kami dalam kitab ini adalah menyebutkan apa yang telah kami sampaikan sebelumnya, yaitu tentang penyebutan waktu-waktu dan sejarah raja-raja, nabi-nabi, dan rasul-rasul, sebagaimana yang telah kami jelaskan di awal kitab ini. Dan penanggalan dan waktu-waktu hanyalah ditentukan dengan malam dan siang, yang keduanya merupakan kadar waktu perputaran matahari dan bulan pada orbitnya, sebagaimana yang telah kami sebutkan dalam hadits-hadits yang kami riwayatkan dari Rasulullah . Dan apa yang ada sebelum penciptaan Allah atas keduanya (matahari dan bulan) dari makhluk-Nya adalah bukan dalam waktu, bukan dalam jam, bukan malam dan bukan siang.

Dan karena kami telah menjelaskan lamanya masa antara awal mula Allah memulai menciptakan apa yang Dia kehendaki dari makhluk-Nya hingga selesainya Dia menciptakan mereka semua dari tahun-tahun dunia dan lamanya waktu-waktunya dengan bukti-bukti yang kami kutip dari atsar dan hadits-hadits, dan kami telah menjelaskan perkataan tentang lamanya masa setelah Dia selesai menciptakan semuanya hingga kehancuran semuanya dengan dalil-dalil yang kami kemukakan untuk menunjukkan kebenaran hal itu dari hadits-hadits yang datang dari Rasulullah , para sahabat, dan ulama umat lainnya. Dan tujuan dalam kitab ini adalah menyebutkan apa yang telah kami jelaskan sebelumnya, yaitu tentang sejarah raja-raja yang dzalim yang mendurhakai Tuhannya dan raja-raja yang taat kepada Tuhannya, serta zaman para rasul dan nabi-nabi. Dan kami telah menjelaskan hal-hal yang dengannya penanggalan menjadi benar dan waktu-waktu dan jam-jam diketahui, yaitu matahari dan bulan. Dengan salah satunya diketahui waktu-waktu malam dan jam-jamnya, dan dengan yang lainnya diketahui waktu-waktu siang dan jam-jamnya.

Maka sekarang mari kita bicarakan tentang orang yang pertama kali Allah berikan kerajaan dan Dia berikan nikmat kepadanya, lalu ia mengkufuri nikmat-Nya, mengingkari ketuhanan-Nya, durhaka kepada Tuhannya dan menyombongkan diri, maka Allah mencabut nikmat-Nya darinya, menghinakannya dan merendahkannya. Kemudian kita akan menjelaskan orang-orang yang mengikuti jejaknya dan meniru perbuatannya, maka Allah menimpakan azab-Nya kepadanya dan menjadikannya termasuk golongannya, dan menggabungkannya dengannya dalam kehinaan dan kerendahan. Dan kita akan menyebutkan orang-orang yang sezaman dengannya atau setelahnya dari raja-raja yang taat kepada Tuhannya yang perbuatan-perbuatannya terpuji, atau dari para rasul dan nabi-nabi, insya Allah.

Maka yang pertama dan yang menjadi pemimpin mereka dalam hal itu, serta ketua dan pemimpin mereka adalah Iblis, semoga Allah melaknatnya.

Dan Allah telah menciptakannya dalam keadaan sebaik-baiknya, memuliakannya, mengagungkannya, dan memberinya kekuasaan atas langit dunia dan bumi, sebagaimana yang disebutkan. Dan dengan itu semua, Dia menjadikannya sebagai penjaga surga. Lalu ia menyombongkan diri terhadap Tuhannya, mengaku sebagai tuhan, dan mengajak orang-orang yang berada di bawah kekuasaannya -sebagaimana yang disebutkan- untuk beribadah kepadanya. Maka Allah mengubahnya menjadi setan yang terkutuk, menjadikan jelek rupanya, mencabut apa yang ada di sekitarnya, melaknatnya dan mengusirnya dari langit-langit-Nya di dunia, kemudian Dia menjadikan tempat tinggalnya dan tempat tinggal para pengikut dan golongannya di akhirat adalah neraka Jahanam. Kita berlindung kepada Allah dari murka-Nya, dan dari perbuatan yang mendekatkan kepada murka-Nya, dan dari api neraka setelah kematian.

Dan kami akan memulai dengan menyebutkan beberapa hadits yang datang dari para Salaf tentang kemuliaan yang Allah berikan kepadanya sebelum ia menyombongkan diri kepada-Nya dan mengaku sebagai sesuatu yang bukan haknya. Kemudian kami akan menjelaskan apa yang terjadi pada masa kekuasaan dan kerajaannya hingga hilangnya semua itu darinya, dan sebab yang karenanya hilang darinya apa yang ada padanya dari nikmat Allah dan kebaikan anugerah-Nya, dan hal-hal lainnya dari urusannya secara singkat, insya Allah.