41. Kisah Asa bin Abia dan Zirah, Raja India
menceritakan kepada kami, ia berkata: Ismail bin `Abdil Karim menceritakan kepada kami, ia berkata: `Abdus Shamad bin Ma`qil menceritakan kepada kami bahwa ia mendengar berkata, "Ada seorang raja Bani Israil yang bernama Asa bin Abia. Ia adalah orang yang shalih, namun ia pincang. Ada seorang raja India yang bernama Zirah, ia adalah raja yang dzalim dan jahat, ia mengajak manusia untuk menyembahnya. Abia adalah penyembah berhala. Ia memiliki dua berhala yang ia sembah selain Allah dan ia mengajak manusia untuk menyembah keduanya hingga ia menyesatkan kebanyakan Bani Israil. Ia menyembah berhala hingga ia wafat.
Kemudian anaknya, Asa, menjadi raja setelahnya. Ketika ia telah menjadi raja atas mereka, ia mengutus seorang penyeru untuk menyerukan, "Ketahuilah bahwa kekufuran telah mati dan (begitu pula) para pengikutnya, dan keimanan telah hidup dan (begitu pula) para pengikutnya. Berhala-berhala dan penyembahan kepada mereka telah jatuh, dan ketaatan kepada Allah dan amal-amal (shalih) telah muncul. Tidak ada orang kafir dari Bani Israil yang akan berani lagi menunjukkan kekufurannya setelah hari ini di wilayah kekuasaanku dan di masaku, kecuali aku akan memeranginya. Sesungguhnya banjir tidak akan menenggelamkan dunia dan penduduknya, dan tidak akan terjadi gempa bumi yang menghancurkan negeri-negeri, dan tidak akan diturunkan hujan batu dan api dari langit kecuali karena meninggalkan ketaatan kepada Allah dan melakukan maksiat kepada-Nya. Maka karena itu, kita tidak boleh membiarkan ada maksiat kepada Allah yang dilakukan, dan kita tidak boleh meninggalkan ketaatan kepada Allah kecuali kita melakukannya dengan sungguh-sungguh, hingga kita bersihkan bumi dari kenajisannya, dan kita sucikan ia dari kotorannya, dan kita perangi orang yang menyelisihi kita dalam hal itu dengan perang dan pengusiran dari negeri kita."
Ketika kaumnya mendengar hal itu, mereka ribut dan menolak. Mereka mendatangi ibu Asa sang raja, lalu mereka mengadukan perbuatan anaknya kepada mereka dan kepada tuhan-tuhan mereka, dan ajakannya kepada mereka untuk meninggalkan agama mereka dan masuk ke dalam penyembahan kepada Tuhan mereka. Maka ibu Asa pun berjanji kepada mereka bahwa ia akan berbicara dengannya (Asa) dan mengembalikannya untuk menyembah berhala-berhala ayahnya.
Ketika sang raja sedang duduk bersama para pemuka kaumnya, para pemimpin mereka, dan orang-orang yang taat kepadanya, datanglah ibu sang raja. Sang raja berdiri untuknya dari tempat duduknya dan ia memerintahkannya untuk duduk di sana sebagai bentuk penghormatan kepadanya dan penghargaan untuknya. Namun ia menolak dan berkata, "Aku bukan ibumu jika engkau tidak memenuhi apa yang aku ajak (engkau lakukan) dan tidak menyerahkan ketaatanmu ke tanganku hingga engkau melakukan apa yang aku perintahkan dan memenuhi perintahku. Jika engkau taat kepadaku, engkau akan mendapatkan petunjuk dan mendapatkan keberuntunganmu. Dan jika engkau mendurhakaiku, maka engkau akan kehilangan keberuntunganmu dan menzalimi dirimu sendiri. Sesungguhnya telah sampai kepadaku, wahai anakku, bahwa engkau telah memulai (pemerintahanmu) dengan hal yang besar bagi kaummu, engkau mengajak mereka untuk menyelisihi agama mereka, mengingkari tuhan-tuhan mereka, dan berpaling dari apa yang telah dilakukan oleh ayah-ayah mereka. Engkau telah membuat hal yang baru dan menunjukkan bid`ah di tengah-tengah mereka. Engkau menginginkan hal itu -sebagaimana yang engkau katakan- untuk mengagungkan kedudukanmu, menunjukkan kekuasaanmu, dan memperkuat kekuasaanmu. Dan engkau telah melakukan kesalahan, wahai anakku, dan engkau telah mengambil (keputusan) yang buruk. Engkau mengajak semua orang untuk memerangimu, dan engkau menantang mereka untuk berperang sendirian. Engkau menginginkan hal itu agar engkau menjadikan orang-orang merdeka menjadi budak-budakmu dan orang-orang lemah menjadi kuat untukmu. Engkau telah bertindak bodoh dengan pendapat para ulama, menyelisihi orang-orang bijak, dan mengikuti pendapat orang-orang bodoh. Demi hidupku, tidak ada yang mendorongmu untuk melakukan hal itu, wahai anakku, kecuali banyaknya kecerobohanmu, mudanya usiamu, dan sedikitnya ilmumu. Jika engkau membantah perkataanku dan tidak mengetahui hakku, maka engkau bukan keturunan ayahmu, dan tidak pantas kerajaan untuk orang seperti dirimu. Wahai anakku, dengan apa engkau memberi petunjuk kepada kaummu? Apakah engkau diberi huruf-huruf (mukjizat) seperti yang diberikan kepada Musa untuk melawan Fir`aun, sehingga ia menenggelamkannya dan menyelamatkan kaumnya dari kegelapan? Atau apakah engkau diberi kekuatan seperti yang diberikan kepada Dawud, sehingga ia membunuh singa untuk kaumnya, mengejar serigala lalu merobek mulutnya, dan membunuh Jalut, si raksasa, sendirian? Atau apakah engkau diberi kerajaan dan hikmah yang lebih baik daripada yang diberikan kepada Sulaiman bin Dawud, pemimpin orang-orang bijak, sehingga hikmahnya menjadi perumpamaan bagi orang-orang yang datang setelahnya?! Wahai anakku, tidak ada kebaikan yang datang kepadamu kecuali akulah orang yang paling bahagia dengannya. Dan jika terjadi keburukan, maka akulah orang yang paling sengsara dengan kesengsaraanmu."
Maka ketika sang raja mendengarnya, ia sangat marah dan dadanya sesak, lalu ia berkata kepadanya (ibunya), "Wahai ibuku, tidak pantas bagiku untuk makan di satu meja bersama kekasihku dan musuhku, begitu pula tidak pantas bagiku untuk menyembah selain Tuhanku. Penuhilah perintahku! Jika engkau taat kepadaku, engkau akan mendapatkan petunjuk, dan jika engkau meninggalkannya, engkau akan tersesat, yaitu agar engkau menyembah Allah dan mengingkari semua tuhan selain-Nya. Tidak ada seorang pun yang menolak hal ini kepadaku kecuali ia adalah musuh Allah, dan aku akan membantunya, karena aku adalah hamba-Nya."
Ia (ibunya) berkata, "Aku tidak akan meninggalkan berhala-berhalaku dan agama ayah-ayahku dan kaumku, dan aku tidak akan meninggalkannya karena perkataanmu, dan aku tidak akan menyembah Tuhan yang engkau ajak aku untuk menyembah-Nya."
Maka sang raja berkata kepadanya saat itu, "Wahai ibuku, sesungguhnya perkataanmu ini telah memutuskan hubungan antara aku dan engkau."
Kemudian raja memerintahkan agar ia (ibunya) dikeluarkan dan diasingkan. Lalu ia berpesan kepada kepala pengawal dan penjaga pintunya agar membunuhnya jika ia datang ke tempatnya (Asa).
Ketika suku-suku yang ada di sekitarnya mendengar hal itu darinya, muncullah rasa takut dalam hati mereka, maka mereka pun taat kepadanya. Putuslah semua tipu daya antara mereka dan ia (Asa). Mereka berkata, "Ia telah melakukan ini kepada ibunya, lalu bagaimana dengan kita jika kita menyelisihi perintahnya dan tidak memenuhi agamanya?" Maka mereka pun mengatur segala macam tipu daya, namun Allah melindunginya (Asa) dan menghancurkan tipu daya mereka.
Maka ketika mereka tidak sabar lagi dan tidak tahan lagi meninggalkan agama mereka, mereka sepakat untuk melarikan diri dari negerinya dan tinggal di negeri lain. Maka mereka pun keluar menuju Zirah, raja India, untuk meminta bantuannya agar ia membantu mereka melawan Asa dan orang-orang yang mengikutinya. Ketika mereka telah sampai kepada Zirah, mereka bersujud kepadanya. Ia (Zirah) bertanya kepada mereka, "Siapa kalian?" Mereka menjawab, "Kami adalah hamba-hambamu." Ia (Zirah) bertanya, "Hamba-hambaku yang mana?" Mereka menjawab, "Kami berasal dari negerimu, negeri Syam. Kami dahulu memiliki seorang raja, hingga muncul di tengah-tengah kami seorang raja yang masih muda, bodoh, dan jahat. Ia mengubah agama kami, menghina pendapat kami, mengkufuri ayah-ayah kami, dan ia tidak peduli dengan kemarahan kami. Maka kami datang kepadamu untuk memberitahukan hal itu kepadamu, engkau lebih berhak atas kerajaan kami, dan kami adalah para pemimpinnya. (Negeri itu) adalah negeri yang banyak hartanya, lemah penduduknya, tentram kehidupannya, dan banyak hasil buminya. Di dalamnya terdapat harta karun dan (di dalamnya) terdapat kerajaan tiga puluh raja. Mereka adalah orang-orang yang Yusya` bin Nun, penerus Musa, berjalan bersama mereka di lautan, ia dan kaumnya. Maka kami dan negeri kami adalah milikmu, dan negeri kami adalah negerimu. Tidak ada seorang pun di dalamnya yang akan melawanmu. Mereka akan menyerahkan diri kepadamu tanpa peperangan, dengan harta dan jiwa mereka dengan damai."
Zirah berkata kepada mereka, "Demi hidupku, aku tidak akan mengabulkan apa yang kalian minta, dan aku tidak akan memenuhi permintaan untuk memerangi suatu kaum yang mungkin mereka lebih taat kepadaku daripada kalian, hingga aku mengutus orang-orang yang amanah dari kaumku (untuk menyelidiki). Jika keadaannya sesuai dengan apa yang kalian katakan di hadapanku, maka hal itu akan bermanfaat bagi kalian di sisiku, dan aku akan menjadikan kalian raja-raja atasnya. Dan jika perkataan kalian dusta, maka aku akan menimpakan kepada kalian hukuman yang pantas bagi orang yang mendustaiku."
Kaum itu berkata, "Engkau telah berbicara dengan adil dan memutuskan dengan benar, dan kami ridha dengan hal itu."
Maka ia pun memerintahkan agar makanan diberikan kepada mereka. Ia memilih orang-orang yang amanah dari kaumnya untuk ia utus sebagai mata-mata. Ia berpesan kepada mereka, menakut-nakuti dan memperingatkan mereka dengan hukumannya jika mereka berdusta kepadanya, dan ia menjanjikan kebaikan kepada mereka jika mereka berkata jujur kepadanya.
Zirah berkata, "Aku mengutus kalian karena amanah kalian, perhatian kalian terhadap agama kalian, dan bagusnya pendapat kalian tentang kaum kalian, untuk menyelidiki untukku suatu negeri dari negeri-negeri kekuasaanku, mencari tahu tentang keadaannya, dan memberitahukan kepadaku tentang penduduknya, rajanya, pasukannya, jumlahnya, jumlah airnya, jalan-jalannya, jalan-jalannya, pintu masuk dan keluarnya, kemudahan dan kesulitannya, hingga aku seolah-olah melihat dan mengetahuinya, dan hadir di sana dan mengetahuinya. Bawalah bersama kalian dari harta benda berupa yaqut, marjan, dan pakaian apa yang akan membuat mereka tertarik ketika melihatnya dan akan mereka beli dari kalian ketika mereka melihatnya."
Maka ia (Zirah) pun memberikan kepada mereka harta bendanya hingga mereka mengambilnya. Ia mempersiapkan mereka untuk perjalanan darat dan laut mereka. Orang-orang yang telah datang kepadanya (utusan-utusan Bani Israil) itu menunjukkan jalan-jalan itu kepada mereka (mata-mata Zirah) dan menunjukkan kepada mereka tujuan-tujuannya. Maka mereka pun berangkat seperti para pedagang hingga mereka sampai di pantai. Kemudian mereka berlayar hingga mereka berlabuh di pantai Iliya (Baitul Maqdis), lalu mereka berjalan hingga mereka masuk ke dalamnya.
Kemudian mereka meninggalkan barang-barang berat mereka di sana dan menunjukkan barang-barang dan dagangan mereka, lalu mereka mengajak manusia untuk membeli dari mereka. Namun, barang-barang mereka tidak laku dan perdagangan mereka merugi, sehingga mereka memberikan barang yang banyak dengan harga yang sedikit agar mereka tidak diusir dari kota itu, hingga mereka mengetahui berita-berita mereka (penduduk Iliya) dan memastikan keadaan mereka, serta mendapatkan apa yang diperintahkan oleh raja mereka tentang berita-berita mereka.
Raja Asa telah memerintahkan para wanita Bani Israil agar tidak ada wanita yang tidak bersuami yang menyerupai wanita yang bersuami kecuali ia akan dibunuh atau diasingkan dari negerinya ke pulau-pulau di lautan. Sesungguhnya Iblis tidak pernah menyusup ke dalam agama dengan tipu daya yang lebih hebat daripada wanita. Maka para wanita yang tidak bersuami tidak akan keluar kecuali dengan memakai cadar dan pakaian lusuh agar mereka tidak dikenali. Maka ketika orang-orang yang amanah ini menjual barang-barang mereka dengan harga seratus dirham untuk satu dirham, para wanita Bani Israil pun membeli secara sembunyi-sembunyi pada malam hari tanpa diketahui oleh seorang pun dari orang-orang seagama mereka, hingga mereka menghabiskan barang-barang (mata-mata Zirah) itu dan membeli kebutuhan mereka dengannya, dan mereka mendapatkan berita tentang kota mereka (Iliya), benteng-benteng mereka, dan jumlah sumber air mereka.
Mereka (mata-mata Zirah) menyembunyikan barang-barang terbaik mereka dan perhiasan mereka dari mutiara, marjan, dan yaqut sebagai hadiah untuk raja (Asa). Orang-orang yang amanah itu bertanya kepada orang-orang yang mereka temui dari penduduk kota itu tentang berita raja (Asa) dan keadaannya, karena ia tidak membeli apa pun dari mereka. Mereka berkata, "Mengapa raja tidak membeli apa pun dari kita?! Jika ia kaya, maka kami memiliki barang-barang berharga, kami akan memberinya apa pun yang ia mau yang belum pernah ada di tempat penyimpanan hartanya. Dan jika ia miskin, apa yang menghalanginya untuk datang kepada kita, lalu kita akan memberinya apa yang ia mau tanpa bayaran!"
Orang-orang yang hadir dari penduduk kota itu berkata kepada mereka, "Sesungguhnya ia memiliki kekayaan, tempat penyimpanan harta, dan berbagai macam barang yang tidak ada bandingannya. Ia telah menghabiskan harta benda yang dibawa oleh Musa dari Mesir, perhiasan yang diambil oleh Bani Israil, dan apa yang dikumpulkan oleh Yusya` bin Nun, penerus Musa, serta apa yang dikumpulkan oleh Sulaiman, pemimpin orang-orang bijak dan raja-raja, dari kekayaan yang banyak dan bejana-bejana yang tidak ada bandingannya."
Orang-orang yang amanah itu berkata, "Lalu bagaimana jika ia berperang? Dengan apa ia menjadi kuat? Dan siapa pasukannya? Menurut kalian, jika ada raja yang menyerangnya dan memecah belah kerajaannya, bagaimana jika ia memeranginya? Berapa jumlah pasukan dan tentaranya? Dengan kuda dan pasukan berkuda apakah ia mengalahkannya? Apakah karena banyaknya pasukan dan tempat penyimpanan hartanya hingga muncul rasa takut dalam hati manusia kepadanya?"
Maka orang-orang itu pun menjawab mereka, "Sesungguhnya pasukan Raja Asa sedikit dan kekuatannya lemah. Hanya saja ia memiliki teman, jika ia memanggilnya dan meminta bantuannya untuk memindahkan gunung-gunung, niscaya ia akan memindahkannya. Jika ia bersama temannya, maka tidak ada sesuatu pun dari makhluk yang dapat melawannya."
Orang-orang yang amanah itu bertanya kepada mereka, "Siapa teman Asa? Berapa jumlah pasukannya? Bagaimana cara melawan dan memeranginya? Berapa jumlah pasukan dan kapalnya? Dan di manakah tempat tinggal dan tempatnya berada?"
Maka orang-orang itu menjawab, "Adapun tempat tinggalnya, maka ia berada di atas langit-langit yang tinggi, bersemayam di atas `Arsy-Nya. Jumlah pasukannya tidak terhitung. Semua makhluk adalah hamba-Nya. Jika ia memerintahkan lautan, niscaya ia akan menghantam daratan. Dan jika ia memerintahkan sungai-sungai, niscaya mereka akan masuk ke dalam tanah. Tidak terlihat dan tidak diketahui tempatnya berada. Ia adalah teman Asa dan penolongnya."
Maka orang-orang yang amanah itu menulis semua yang mereka dengar tentang Asa dan keadaannya. Sebagian dari orang-orang yang amanah itu masuk menemuinya (Asa), lalu mereka berkata, "Wahai raja, sesungguhnya kami memiliki hadiah yang ingin kami berikan kepadamu dari barang-barang berharga di negeri kami. Atau engkau boleh membelinya dari kami, lalu kami akan menjualnya dengan harga murah untukmu."
Ia (Asa) berkata kepada mereka, "Bawalah kepadaku agar aku melihatnya."
Maka ketika mereka membawanya kepadanya, ia berkata kepada mereka, "Apakah ini akan kekal bagi pemiliknya dan pemiliknya akan kekal untuknya?"
Mereka menjawab, "Bahkan ini akan hancur dan pemiliknya (juga) akan hancur."
Maka Asa berkata kepada mereka, "Aku tidak membutuhkannya. Aku hanya menginginkan apa yang akan tetap indah bagi pemiliknya, tidak akan hilang dan pemiliknya pun tidak akan hilang darinya."
Maka mereka pun keluar darinya, dan hadiah mereka dikembalikan kepada mereka. Lalu mereka pergi dari Baitul Maqdis menuju Zirah, raja India, raja mereka. Ketika mereka telah sampai kepadanya, mereka membuka surat berisi berita mereka dan memberitahukannya tentang apa yang telah mereka dapatkan dari raja mereka. Dan mereka memberitahukannya tentang teman Asa. Maka ketika Zirah mendengar perkataan mereka, ia meminta mereka bersumpah demi keagungannya dan demi matahari dan bulan yang ia sembah dan kepada keduanya ia shalat, agar mereka tidak menyembunyikan sedikit pun dari apa yang mereka lihat di Bani Israil. Maka mereka pun berkata jujur kepadanya.
Maka ketika mereka telah selesai dari berita mereka dan berita tentang Asa, raja mereka, dan temannya, Zirah berkata kepada mereka, "Sesungguhnya Bani Israil ketika mereka mengetahui bahwa kalian adalah mata-mata dan kalian telah mengetahui kelemahan mereka, mereka menyebutkan kepada kalian tentang teman Asa, padahal mereka berdusta. Mereka ingin menakut-nakuti kalian. Sesungguhnya teman Asa tidak akan sanggup melawan lebih dari satu orang dari pasukanku, tidak ada yang lebih lengkap daripada perlengkapanku, tidak ada yang lebih keras hatinya dan lebih berani dalam berperang daripada kaumku. Jika ia (Asa) menemuiku dengan membawa seribu (pasukan), aku akan menemuinya dengan membawa lebih dari itu."
Kemudian Zirah, pada saat itu, menulis surat kepada semua orang yang berada di bawah kekuasaannya agar mereka mempersiapkan pasukan dari setiap daerah dengan perlengkapan mereka. Ia meminta bantuan Ya`juj dan Ma`juj, Turk, dan Persia, serta bangsa-bangsa lain yang taat kepada Zirah. Ia menulis,
"Dari Zirah, orang yang kuat dari India, raja bumi, kepada orang-orang yang menerima suratku,
Amma ba`du. Sesungguhnya aku memiliki tanah yang hasil panennya telah dekat dan buahnya telah ranum. Aku ingin kalian mengutus kepadaku para pekerja untuk mengambil apa yang telah mereka panen darinya. Mereka adalah kaum yang telah memisahkan diri dariku dan menguasai sebagian daerah kekuasaanku, dan mereka mengalahkan orang-orang yang berada di bawah kekuasaan mereka dari hamba-hamba sahayaku. Dan orang-orang yang bangkit bersamaku untuk melawan mereka akan mendapatkan (hadiah). Jika kalian kekurangan kekuatan, maka aku memiliki kekuatan (untuk kalian). Sesungguhnya tempat penyimpanan hartaku tidak akan pernah habis."
Maka mereka pun berkumpul kepadanya dari segala penjuru dan membantunya dengan kuda, pasukan berkuda, pasukan berjalan kaki, dan peralatan perang. Ketika mereka telah berkumpul di sisinya, ia memberikan kepada mereka senjata dan perlengkapan dari tempat penyimpanan hartanya. Kemudian ia memerintahkan agar mereka dihitung jumlahnya dan diatur barisan mereka. Jumlah mereka mencapai satu juta seratus ribu orang, selain penduduk negerinya.
Ia memerintahkan agar disiapkan seratus kereta. Ia menggandengkan bagal-bagal, setiap empat ekor bagal disatukan untuk (menarik) satu kereta dan satu tenda. Di dalam setiap tenda terdapat seorang gadis, dan setiap kereta (dilayani) oleh sepuluh orang pelayan dan lima ekor gajah dari gajah-gajahnya. Jumlah setiap pasukannya mencapai seratus ribu orang. Ia menjadikan pasukan khususnya yang menemaninya (berjumlah) seratus orang dari para pemimpin mereka. Ia mengangkat para pemimpin di setiap pasukan. Ia berpidato dan mendorong mereka untuk berperang. Ketika ia melihat mereka dan berjalan di tengah-tengah mereka, ia merasa bangga dan keadaannya semakin mulia di mata orang-orang yang hadir. Kemudian Zirah berkata, "Di manakah teman Asa? Apakah ia dapat melindunginya dariku? Atau siapa yang sanggup mengalahkanku? Jika Asa dan temannya melihat aku dan pasukanku, niscaya mereka tidak akan berani untuk melawanku, karena aku memiliki seribu pasukan untuk setiap satu orang dari pasukannya. Aku akan menjadikan Asa masuk ke negeriku sebagai tawanan, dan aku akan membawa kaumnya sebagai tawanan bersama pasukanku."
Maka Zirah pun meremehkan Asa dan mengatakan tentangnya apa yang tidak pantas.
Berita tentang perbuatan Zirah dan pasukannya yang berkumpul untuk melawannya sampai kepada Asa. Maka ia pun berdoa kepada Tuhannya, "Ya Allah, Engkaulah yang dengan kekuatan-Mu menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya hingga semua itu berada dalam genggaman-Mu. Engkau adalah Dzat yang memiliki kasih sayang yang lembut dan kemurkaan yang keras. Aku memohon kepada-Mu agar Engkau tidak mengingat dosa-dosa kami di antara kami dan Engkau, dan agar Engkau tidak menghukum kami dan membalas kami atas maksiat kami kepada-Mu, akan tetapi ingatlah kami dengan rahmat-Mu yang Engkau jadikan untuk semua makhluk. Lihatlah kelemahan kami dan kekuatan musuh kami, lihatlah sedikitnya jumlah kami dan banyaknya jumlah musuh kami, lihatlah apa yang kami alami dari kesempitan dan kesedihan, dan lihatlah apa yang dirasakan oleh musuh kami dari kegembiraan dan ketenangan. Tenggelamkanlah Zirah dan pasukannya di lautan dengan kekuatan yang dengannya Engkau menenggelamkan Fir`aun dan pasukannya, dan Engkau selamatkan Musa dan kaumnya! Dan aku memohon kepada-Mu agar Engkau timpakan azab-Mu kepada Zirah dan kaumnya dengan tiba-tiba!"
Maka Asa melihat dalam mimpi -dan Allah lebih mengetahui-, "Sesungguhnya Aku telah mendengar doamu dan ia telah sampai kepada-Ku. Dan Aku berada di atas `Arsy-Ku. Dan jika Aku menenggelamkan Zirah, orang India, dan kaumnya, maka Bani Israil dan orang-orang yang bersama mereka tidak akan mengetahui bagaimana Aku melakukannya terhadap mereka. Akan tetapi, Aku akan menunjukkan kepada Zirah dan kaumnya kekuatan-Ku untukmu dan untuk orang-orang yang mengikutimu, hingga Aku mencukupkanmu dari mereka dan memberikan kepadamu harta rampasan mereka, dan Aku menyerahkan pasukan mereka ke tangan kalian, hingga musuh-musuhmu mengetahui bahwa teman Asa tidak dapat dilawan, pasukannya tidak dapat dikalahkan, dan orang yang taat kepadanya tidak akan kecewa. Aku akan memberinya waktu hingga ia menyelesaikan urusannya, kemudian Aku akan membawanya kepadamu sebagai hamba sahaya, dan pasukannya akan menjadi milikmu dan kaummu."
Zirah dan orang-orang yang bersamanya berangkat hingga mereka sampai di pantai Tarsyisy. Tidak sampai satu hari mereka berkemah di sana, (namun mereka telah) mengeringkan sungai-sungainya dan melenyapkan padang-padang rumputnya, hingga burung-burung berjatuhan menimpa mereka dan binatang-binatang buas tidak dapat melarikan diri dari mereka. Mereka terus berjalan hingga mereka berjarak dua hari perjalanan dari Iliya (Baitul Maqdis). Kemudian Zirah membagi pasukannya dari sana menuju Iliya. Negeri itu dipenuhi oleh mereka: gunung-gunungnya dan lembah-lembahnya. Hati penduduk Syam dipenuhi rasa takut kepada mereka, dan mereka menyaksikan kehancuran mereka.
Raja Asa mendengar tentang mereka, lalu ia mengutus pasukan terdepan dari kaumnya dan ia memerintahkan mereka untuk memberitahukan kepadanya tentang jumlah dan keadaan mereka (pasukan Zirah). Maka orang-orang yang diutus oleh Asa pun berangkat hingga mereka melihat mereka dari puncak bukit. Kemudian mereka kembali kepada Asa dan memberitahukan kepadanya, "Mata Bani Adam belum pernah melihat dan telinga mereka belum pernah mendengar seperti mereka (pasukan Zirah) dan seperti gajah-gajah, kuda-kuda, dan pasukan berkuda mereka. Kami tidak mengira bahwa ada manusia yang seperti mereka dalam hal banyaknya jumlah dan perlengkapan (perang). Akal kami tidak mampu menghitung mereka dan siasat kami tidak mampu melawan mereka. Telah putus harapan kami antara kami dan mereka."
Maka ketika penduduk kota (Iliya) mendengar hal itu, mereka merobek pakaian mereka, menaburkan debu di atas kepala mereka, dan meratap di jalan-jalan dan pasar-pasar mereka. Sebagian mereka mengucapkan selamat tinggal kepada sebagian yang lain. Kemudian mereka pergi menemui raja (Asa) dan berkata, "Kami akan keluar semua untuk menghadapi mereka dan melawan mereka, semoga mereka mengasihani kita dan membiarkan kita tinggal di negeri kita."
Raja Asa berkata kepada mereka, "Aku berlindung kepada Allah dari menyerahkan diri kita kepada orang-orang kafir dan menyerahkan Baitullah dan kitab-Nya kepada orang-orang fasik."
Mereka berkata, "Maka carikanlah siasat untuk kita dan mintalah kepada temanmu dan Tuhanmu yang engkau janjikan kepada kita akan pertolongan-Nya, dan engkau mengajak kita untuk beriman kepada-Nya. Jika ia menghilangkan musibah ini dari kita, (kami akan beriman kepada-Nya). Jika tidak, kami akan menyerahkan diri kepada musuh kita, semoga kita selamat dari pembunuhan."
Asa berkata kepada mereka, "Tidak akan mungkin (mendapatkan pertolongan) Tuhanku kecuali dengan merendahkan diri, berdoa, dan tunduk."
Mereka berkata, "Maka berdoalah kepada-Nya! Semoga ia mengabulkan doamu, lalu ia mengasihani kelemahan kita. Sesungguhnya teman tidak akan membiarkan temannya dalam keadaan seperti ini."
Maka Asa pun masuk ke tempat shalatnya, ia melepas mahkotanya dari kepalanya, melepaskan pakaiannya, mengenakan pakaian kasar, dan duduk di atas abu. Kemudian ia menengadahkan tangannya untuk berdoa kepada Tuhannya dengan hati yang sedih, permohonan yang banyak, dan air mata yang berlinang. Ia berkata, "Ya Allah, Tuhan langit yang tujuh dan Tuhan `Arsy yang agung, Tuhannya Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya`qub, dan suku-suku (Bani Israil), Engkau adalah Dzat yang tersembunyi dari makhluk-Mu di mana pun Engkau kehendaki. Tidak dapat diketahui tempat-Mu dan tidak dapat ditahan keagungan-Mu. Engkau adalah Dzat yang Maha Hidup yang tidak tidur, dan Yang Maha Kekal yang tidak akan binasa karena malam dan siang. Aku memohon kepada-Mu dengan permohonan yang Ibrahim, kekasih-Mu, memohon kepada-Mu, lalu Engkau padamkan api untuknya dan Engkau masukkan ia ke dalam golongan orang-orang yang berbakti. Dan dengan doa yang Musa, orang yang Engkau selamatkan, berdoa kepada-Mu, lalu Engkau selamatkan Bani Israil dari kegelapan dan Engkau bebaskan mereka dari perbudakan dengannya, dan Engkau jalankan mereka di darat dan laut, dan Engkau tenggelamkan Fir`aun dan orang-orang yang mengikutinya. Dan dengan permohonan yang Dawud, hamba-Mu, memohon kepada-Mu, lalu Engkau angkat derajatnya dan Engkau berikan kepadanya setelah kelemahan, kekuatan, dan Engkau menangkannya atas Jalut, si raksasa, dan Engkau kalahkan ia. Dan dengan permohonan yang Sulaiman, nabi-Mu, memohon kepada-Mu, lalu Engkau berikan kepadanya hikmah, Engkau anugerahkan kepadanya kemuliaan, dan Engkau jadikan ia berkuasa atas semua makhluk. Engkaulah yang menghidupkan orang-orang mati dan menghancurkan dunia, dan Engkau tetap hidup sendiri, Maha Kekal yang tidak akan binasa dan Maha Baru yang tidak akan usang. Aku memohon kepada-Mu, wahai Tuhanku, agar Engkau mengasihani aku dengan mengabulkan doaku, karena aku adalah orang yang pincang dan miskin, dari hamba-hamba-Mu yang paling lemah dan paling sedikit tipu dayanya. Telah menimpa kami musibah yang besar dan pasukan yang kuat, tidak ada yang sanggup menghilangkannya selain Engkau, dan tidak ada daya dan kekuatan bagi kami kecuali dengan-Mu. Maka kasihanilah kelemahan kami dengan apa yang Engkau kehendaki, karena Engkau mengasihani siapa yang Engkau kehendaki dengan apa yang Engkau kehendaki."
Para ulama Bani Israil berdoa di luar, mereka berkata, "Ya Allah, kabulkanlah doa hamba-Mu hari ini, karena ia telah bergantung hanya kepada-Mu, dan janganlah Engkau biarkan ia (dikalahkan) oleh musuhnya, dan ingatlah cintanya kepada-Mu dan ia meninggalkan ibunya dan semua makhluk kecuali orang yang taat kepada-Mu."
Maka Allah pun menjadikan Asa tertidur dalam keadaan sujud di tempat shalatnya. Kemudian datanglah kepadanya utusan dari Allah -dan Allah lebih mengetahui-, ia berkata, "Wahai Asa, sesungguhnya kekasih tidak akan membiarkan kekasihnya (dalam kesulitan). Dan Allah berfirman, `Aku telah menjadikanmu dicintai oleh-Ku dan Aku wajib menolongmu. Maka Akulah yang akan mencukupkanmu dari musuhmu. Sesungguhnya tidak akan hina orang yang bertawakal kepada-Ku dan tidak akan lemah orang yang bertakwa kepada-Ku. Engkau mengingat-Ku di waktu senang, maka Aku akan melindungimu di waktu susah. Engkau berdoa kepada-Ku dalam keadaan aman, maka Aku akan melindungimu dalam keadaan takut. Allah Yang Mahakuat berfirman, `Aku bersumpah, seandainya langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya menipumu, niscaya Aku akan menjadikan untukmu jalan keluar dari semuanya. Akulah yang akan mengutus sebagian pasukan-Ku untuk membunuh musuh-musuh-Ku. Sesungguhnya Aku bersamamu, dan tidak ada seorang pun yang akan sampai kepadamu dan kepada orang-orang yang bersamamu.`"
Maka Asa pun keluar dari tempat shalatnya sambil memuji Allah dengan wajah yang berseri-seri. Ia memberitahukan kepada mereka tentang apa yang dikatakan kepadanya. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka membenarkannya. Adapun orang-orang munafik, maka mereka mendustakannya, dan sebagian mereka berkata kepada sebagian yang lain, "Sesungguhnya Asa masuk dalam keadaan pincang dan keluar dalam keadaan pincang (juga). Jika ia benar bahwa Allah telah mengabulkan doanya, niscaya kakinya telah sembuh. Akan tetapi, ia menipu dan memberi harapan palsu kepada kita hingga perang terjadi, lalu kita binasa!"
Ketika sang raja sedang menceritakan kepada mereka tentang apa yang Allah lakukan terhadap mereka, datanglah utusan-utusan dari Zirah. Mereka masuk ke Iliya (Baitul Maqdis) dengan membawa surat-surat dari Zirah kepada Asa. Di dalamnya terdapat cercaan untuknya dan kaumnya, serta pengingkaran terhadap Allah. Ia menulis di dalamnya, "Ajaklah temanmu yang dengannya engkau menyesatkan kaummu, agar ia berduel denganku bersama pasukannya, dan agar ia menunjukkan kepadaku," dengan maksud bahwa ia mengetahui bahwa ia (teman Asa) dan selainnya tidak akan sanggup melawannya, "karena aku adalah Zirah, orang India, sang raja."
Maka ketika Asa membaca surat-surat yang dibawa kepadanya, kedua matanya berlinang air mata. Kemudian ia masuk ke tempat shalatnya dan membuka surat-surat itu di hadapan Allah, lalu ia berkata, "Ya Allah, tidak ada sesuatu pun yang lebih aku cintai daripada bertemu dengan-Mu, namun aku takut cahaya ini yang telah Engkau tampakkan di masaku ini akan padam. Surat-surat ini telah datang dan Engkau telah mengetahui apa yang ada di dalamnya. Jika Engkau yang dimaksud di dalamnya, niscaya hal itu mudah. Akan tetapi, hamba-Mu, Zirah, menentang-Mu dan menyerang-Mu, ia berbuat sombong tanpa (alasan untuk) sombong, dan ia berkata dusta, sedangkan Engkau Maha Melihat dan Maha Menyaksikan hal itu."
Maka Allah mewahyukan kepada Asa -dan Allah lebih mengetahui-, "Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat-Ku dan tidak ada penundaan bagi janji-Ku, dan tidak ada perubahan bagi perintah-Ku. Maka keluarlah engkau dari tempat shalatmu, lalu perintahkan pasukan berkudamu agar berkumpul, kemudian keluarlah bersama mereka dan orang-orang yang mengikutimu hingga kalian berhenti di dataran tinggi."
Maka Asa pun keluar lalu memberitahukan kepada mereka tentang apa yang dikatakan kepadanya (oleh Allah). Maka keluarlah dua belas orang pemimpin mereka, setiap pemimpin bersama sekelompok kaumnya. Ketika mereka telah keluar dan mengucapkan selamat tinggal kepada keluarga mereka, mereka tidak akan kembali lagi ke dunia. Lalu mereka berhenti untuk (mengamati) Zirah di dataran tinggi, lalu mereka melihat Zirah dan pasukannya dari sana. Ketika Zirah melihat mereka, ia menggelengkan kepalanya untuk mengejek mereka, dan ia berkata, "Aku telah berangkat dari negeriku dan menghabiskan uangku hanya untuk orang-orang seperti ini!" Kemudian ia memanggil orang-orang yang telah menceritakan tentang Asa dan kaumnya kepadanya, lalu ia berkata, "Kalian telah berdusta kepadaku dan mengatakan bahwa jumlah kaum kalian banyak!" Lalu ia memerintahkan agar mereka dan orang-orang yang amanah yang telah ia utus untuk memberitahukan berita tentang mereka dibunuh, maka mereka semua pun dibunuh. Asa banyak berdoa dan memohon kepada Tuhannya. Ia berkata, "Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan terhadap orang-orang ini? Dan aku tidak tahu apa dampak dari sedikitnya jumlah mereka terhadap banyaknya jumlah kita?! Aku meremehkan mereka untuk (diajak) berperang, dan aku (sebenarnya) tidak ingin memerangi mereka."
Maka Zirah mengutus (seseorang) kepada Asa, lalu ia berkata kepadanya, "Di manakah temanmu yang engkau janjikan kepada kami, dan engkau mengatakan bahwa ia akan menyelamatkanmu dari apa yang akan menimpa kalian dari serangan-seranganku?! Apakah kalian akan menyerahkan diri kepadaku lalu aku melaksanakan hukumanku atas kalian, atau kalian ingin melawanku?!"
Maka Asa menjawabnya, "Wahai orang yang celaka, sesungguhnya engkau tidak tahu apa yang engkau katakan dan engkau tidak mengerti. Apakah engkau ingin mengalahkan Tuhanmu dengan kelemahanmu, atau engkau ingin melawan-Nya dengan sedikitnya jumlahmu? Ia adalah Dzat yang paling mulia dan paling agung, dan yang paling berkuasa dan paling mengalahkan. Hamba-hamba-Nya lebih rendah dan lebih lemah di sisi-Nya daripada (dapat) melihat-Nya secara langsung. Ia bersamaku di tempatku ini, dan tidak ada seorang pun yang akan dikalahkan jika Allah bersamanya. Maka bersungguh-sungguhlah, wahai orang yang celaka, dengan sungguh-sungguhmu hingga engkau tahu apa yang akan menimpamu."
Maka ketika pasukan Zirah telah berbaris dan menempati posisi mereka, Zirah memerintahkan para pemanah dari kaumnya untuk memanah mereka dengan panah mereka. Maka Allah mengutus para malaikat dari setiap langit -dan Allah lebih mengetahui- untuk menolong Asa dan kaumnya dan membantunya. Dan Asa menempatkan mereka pada posisi mereka.
Maka ketika mereka (pasukan Zirah) memanah dengan panah mereka, orang-orang musyrik menghalangi cahaya matahari dan bumi, seperti awan yang muncul. Maka para malaikat memindahkannya (awan itu) dari Asa dan kaumnya, kemudian para malaikat melemparkannya ke pasukan Zirah, sehingga setiap orang dari mereka terkena panahnya sendiri yang ia lepaskan. Maka semua pemanah mereka terbunuh dengan panah-panah itu, sementara Asa dan kaumnya terus-menerus memuji Allah dan bertasbih kepada-Nya. Dan para malaikat itu terlihat oleh mereka -dan Allah lebih mengetahui-.
Maka ketika Zirah, si celaka, melihatnya, rasa takut masuk ke dalam hatinya dan ia menjadi lemah. Ia berkata, "Sesungguhnya Asa sangat hebat tipu dayanya dan sihirnya sangat kuat. Begitu pula Bani Israil, mereka tidak pernah terkalahkan sihirnya oleh penyihir mana pun dan tipu daya mereka tidak pernah dapat ditandingi oleh orang yang berilmu. Mereka mempelajarinya (sihir) dari Mesir, dan dengannya mereka berjalan di lautan." Kemudian orang India itu berseru kepada kaumnya, "Hunuslah pedang-pedang kalian, lalu seranglah mereka dengan satu serangan!"
Maka mereka pun menghunus pedang-pedang mereka, lalu mereka menyerang para malaikat, namun para malaikat membunuh mereka. Tidak ada yang tersisa dari mereka kecuali Zirah, para istrinya, dan budak-budaknya.
Maka ketika Zirah melihat hal itu, ia melarikan diri bersama orang-orang yang bersamanya, sambil berkata, "Sesungguhnya Asa telah menang secara terang-terangan dan temannya telah membunuhku secara diam-diam. Aku melihat Asa dan orang-orang yang bersamanya hanya berdiri diam tidak ikut berperang, sedangkan peperangan terjadi di antara kaumku."
Ketika Asa melihat bahwa Zirah telah melarikan diri, ia berkata, "Ya Allah, sesungguhnya Zirah telah melarikan diri, dan jika Engkau tidak menghalanginya, niscaya pasukannya akan menyerang kami lagi."
Maka Allah mewahyukan kepada Asa, "Sesungguhnya engkau tidak membunuh orang-orang yang telah terbunuh dari mereka, tetapi Akulah yang membunuh mereka. Maka tetaplah di tempatmu, karena jika Aku biarkan engkau melawan mereka, niscaya mereka akan membunuh kalian semua. Sesungguhnya Zirah berada dalam genggaman-Ku, dan tidak ada seorang pun yang dapat menolongnya dari-Ku. Aku akan membawa Zirah ke tempat yang ia tidak dapat menghindar dan tidak dapat berpaling darinya. Dan Aku telah memberikan kepadamu dan kepada kaummu pasukannya dan apa yang ada di dalamnya dari perak, harta benda, dan hewan ternak. Inilah balasanmu karena engkau bertawakal kepada-Ku. Dan Aku tidak meminta balasan apa pun darimu atas pertolongan-Ku."
Zirah terus berjalan hingga ia sampai di laut, ia ingin melarikan diri dengan membawa seratus ribu (pasukan). Maka mereka pun menyiapkan kapal-kapal mereka, lalu mereka naik ke atasnya. Ketika mereka telah berlayar, Allah mengirimkan angin dari berbagai penjuru bumi dan lautan ke lautan itu. Ombaknya bergelombang dari segala arah, dan kapal-kapal itu saling bertabrakan hingga hancur. Maka Zirah dan orang-orang yang bersamanya pun tenggelam. Ombak menghempaskan mereka hingga penduduk negeri-negeri di sekitar mereka ketakutan, dan bumi pun berguncang.
Maka Asa mengutus (seseorang) untuk memberitahukan kepadanya berita tentang hal itu. Allah mewahyukan kepadanya -dan Allah lebih mengetahui-, "Turunlah engkau dan kaummu, penduduk negerimu, ambillah apa yang Allah berikan kepada kalian sebagai harta rampasan dengan kekuatan (dan pertolongan-Nya), dan jadilah orang-orang yang bersyukur atas hal itu, karena Aku telah menghalalkan bagi setiap orang yang mengambil apa pun dari pasukan ini apa yang ia ambil." Maka mereka pun turun sambil memuji dan mengagungkan Allah. Mereka memindahkan (harta rampasan) dari pasukan itu ke kota-kota mereka selama tiga bulan. Dan Allah lebih mengetahui.
Kemudian setelahnya (Asa), yang menjadi raja adalah Yehosyafath[3] bin Asa hingga ia wafat selama dua puluh lima tahun.
Kemudian `Atalya[4] -yang juga disebut dengan Gazlya-, anak perempuan `Amram, ibu Ahazia, menjadi ratu. Ia telah membunuh anak-anak raja Bani Israil, tidak ada yang tersisa dari mereka kecuali Yoas bin Ahazia, karena ia disembunyikan darinya (`Atalya). Kemudian Yoas dan pasukannya membunuhnya (`Atalya). Masa kekuasaannya adalah tujuh tahun.
Kemudian Yoas bin Ahazia menjadi raja hingga ia dibunuh oleh pasukannya. Ia adalah orang yang membunuh neneknya (`Atalya). Masa pemerintahannya adalah empat puluh tahun.
Kemudian Amazia bin Yoas menjadi raja hingga ia dibunuh oleh pasukannya selama dua puluh sembilan tahun.
Kemudian Uzia bin Amazia menjadi raja -dan terkadang Uzia disebut (juga) dengan Guzya- hingga ia wafat selama lima puluh dua tahun.
Kemudian Yotam[5] bin Uzia menjadi raja hingga ia wafat selama enam belas tahun.
Kemudian Ahaz[6] bin Yotam menjadi raja hingga ia wafat selama enam belas tahun.
Kemudian Hizkia[7] bin Ahaz menjadi raja hingga ia wafat. Dikatakan bahwa ia adalah orang yang bersama Asya`yaa, yang memberitahukan kepadanya (Hizkia) tentang berakhirnya usianya, maka ia pun berdoa kepada Tuhannya, lalu Dia menambahkan (usia)nya dan memberinya kesempatan (bertaubat). Dan ia memerintahkan Asya`yaa untuk memberitahukan hal itu kepadanya (Hizkia).
Adapun
, ia berkata, "Orang yang bersama Asya`yaa yang kisahnya adalah kisah ini, namanya adalah Shadiq."[1] Asa Raja Yudah pada 957 – 916 SM. KDS. GERTOUX. Halaman 22.
[2] Raja Zerah adalah raja Sera I atau dikenal dengan nama Tomai yang berkuasa dari 956 SM – 930 SM. Halaman 266. In The Country of The Blue Nile. C.F. Rey, F.R.G.S. 1927. Morie di dalam Raja Histoire de L`Éthiopie menyebutkan bahwa dia adalah anak dari Menelik (Ro-ke-Amen) atau `Abd Rakid anak dari Ratu Saba dan Nabi Sulaiman.
[3] Jehoshaphat Raja Yudah pada 916 – 891 SM. KDS. GERTOUX. Halaman 22.
[4] Athaliah Raja Yudah pada 885 – 879 SM. KDS. GERTOUX. Halaman 22. Disini Ibnu Thabari tidak menyebutkan raja diantara Athaliah dan Jehosaphat yaitu Jehoram yang berkuasa selama 8 tahun dari 893 – 895 SM.
[5]Jotham Raja Yudah pada 758 – 742 SM. KDS. GERTOUX. Halaman 22.
[6] Ahaz Raja Yudah pada 742 – 726 SM. KDS. GERTOUX. Halaman 22.
[7] Hizkia Raja Yudah pada 726 – 697 SM. KDS. GERTOUX. Halaman 22.