Daftar Kitab

42. Kisah Raja Bani Israil yang Bersama Nabi Asya`yaa, dan Sanherib


Ibnu Humayd menceritakan kepada kami, ia berkata: Salamah bin Al-Fadhl menceritakan kepada kami, ia berkata: Ibnu Ishaq menceritakan kepadaku, ia berkata: Di antara yang Allah turunkan kepada Musa dalam beritanya tentang Bani Israil, peristiwa-peristiwa mereka, dan apa yang akan mereka lakukan setelahnya, adalah firman Allah, "Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu: `Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar.`" -hingga- "Dan Kami jadikan neraka Jahanam bagi orang-orang kafir itu (sebagai) tempat kembali." (QS. Al-Isra`: 4-8) Maka Bani Israil pun berbuat kerusakan dan dosa, dan Allah memaafkan mereka, menyayangi mereka, dan berbuat baik kepada mereka. Di antara yang Allah turunkan kepada mereka karena dosa-dosa mereka adalah apa yang telah disampaikan kepada mereka dalam berita tentang mereka melalui lisan Musa.

Maka yang pertama kali menimpa mereka dari peristiwa-peristiwa itu adalah bahwa ada seorang raja dari mereka yang bernama Shadiqah[2]. Allah apabila mengangkat seseorang sebagai raja atas mereka, Dia akan mengutus seorang nabi untuk membimbing dan mengarahkannya. Maka (nabi itu) akan menjadi perantara antara ia (raja) dan Allah. Ia akan menyampaikan berita kepadanya tentang urusan mereka (Bani Israil), tidak menurunkan kitab-kitab kepada mereka. Mereka hanya diperintahkan untuk mengikuti Taurat dan hukum-hukum yang ada di dalamnya. (Para nabi itu) melarang mereka dari maksiat dan mengajak mereka kepada ketaatan yang telah mereka tinggalkan.

Maka ketika raja itu berkuasa, Allah mengutus bersamanya Asya`yaa bin Amshiya[3]. Dan hal itu terjadi sebelum diutusnya Isa, Zakaria, dan Yahya. Asya`yaa adalah orang yang memberi kabar gembira tentang (kedatangan) Isa dan Muhammad. Raja itu memerintah Bani Israil dan Baitul Maqdis selama beberapa waktu. Ketika masa pemerintahannya telah berakhir dan kerusakan di antara mereka telah banyak terjadi, sementara Asya`yaa bersamanya, Allah mengirimkan Sanherib, raja Babilonia, kepada mereka. Ia (Sanherib) membawa enam ratus ribu pasukan. Ia pun berangkat hingga ia sampai di sekitar Baitul Maqdis, sementara sang raja sedang sakit. Di kakinya terdapat luka. Maka datanglah Nabi Asya`yaa kepadanya, lalu berkata kepadanya, "Wahai raja Bani Israil, sesungguhnya Sanherib, raja Babilonia[4], telah datang menyerangmu, ia dan pasukannya, dengan enam ratus ribu pasukan. Manusia takut kepada mereka dan melarikan diri dari mereka."

Maka hal itu terasa berat bagi sang raja, lalu ia berkata, "Wahai Nabi Allah, apakah telah datang wahyu dari Allah kepadamu tentang apa yang telah terjadi agar engkau beritahukan kepada kami apa yang akan Allah lakukan kepada kami dan kepada Sanherib dan pasukannya?"

Nabi menjawab, "Belum ada wahyu yang disampaikan kepadaku tentang urusanmu."

Ketika mereka sedang dalam keadaan seperti itu, Allah mewahyukan kepada Nabi Asya`yaa, "Temuilah raja Bani Israil, lalu perintahkanlah ia agar ia berwasiat dan mengangkat siapa yang ia kehendaki dari keluarganya sebagai penggantinya." Maka Nabi Asya`yaa pun mendatangi Shadiqah, raja Bani Israil, lalu ia berkata kepadanya, "Sesungguhnya Tuhanmu telah mewahyukan kepadaku agar aku memerintahkanmu untuk berwasiat dan mengangkat siapa yang engkau kehendaki sebagai pengganti (raja) dari keluargamu, karena engkau akan mati."

Ketika Asya`yaa mengatakan hal itu kepada Shadiqah, ia menghadap kiblat, lalu shalat, bertasbih, berdoa, dan menangis. Ia berkata sambil menangis dan berdoa kepada Allah dengan hati yang tulus, bertawakal, sabar, dan berprasangka baik, "Ya Allah, Tuhannya semua tuhan dan Tuhannya semua ilah, Yang Mahasuci lagi Mahaagung, wahai Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Yang Maha Penyayang, Yang Maha Pengasih yang tidak mengantuk dan tidak tidur, ingatlah aku dengan amalku, perbuatanku, dan kebaikanku dalam memimpin Bani Israil, dan semua itu adalah dari-Mu. Engkau lebih mengetahui daripada diriku, rahasiaku dan apa yang tampak dariku. Hanya milik-Mu-lah aku." Dan Ar-Rahman mengabulkan doanya, karena ia adalah hamba yang shalih.

Maka Allah mewahyukan kepada Asya`yaa untuk memberitahukan kepada Shadiqah sang raja bahwa Tuhannya telah mengabulkan doanya, menerima (taubat)nya, dan mengasihaninya, dan Dia telah melihat tangisannya, dan Dia telah menambah usianya selama lima belas tahun, dan Dia telah menyelamatkannya dari musuhnya, Sanherib, raja Babilonia, dan pasukannya. Maka ketika ia (Asya`yaa) mengatakan hal itu kepadanya (Shadiqah), hilanglah rasa sakitnya, sirnalah kesedihan dan kesusahannya. Ia bersujud, lalu berkata, "Wahai Tuhanku dan Tuhan ayah-ayahku, kepada-Mu aku bersujud, bertasbih, mengagungkan, dan memuliakan. Engkaulah yang memberikan kerajaan kepada siapa yang Engkau kehendaki, dan mencabutnya dari siapa yang Engkau kehendaki, dan Engkau muliakan siapa yang Engkau kehendaki, dan Engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki, Yang Mengetahui hal yang gaib dan yang nyata. Engkaulah Yang Awal dan Yang Akhir, dan Yang Zahir dan Yang Bathin, dan Engkau Maha Penyayang dan Maha Mengabulkan doa orang-orang yang dalam kesulitan. Engkaulah yang telah mengabulkan doaku dan mengasihani permohonanku."

Ketika ia mengangkat kepalanya, Allah mewahyukan kepada Asya`yaa, "Katakanlah kepada Shadiqah sang raja agar ia memerintahkan seorang hamba dari hamba-hambanya untuk datang kepadanya dengan membawa air buah tin, lalu ia meletakkannya di lukanya, maka ia akan sembuh dan pada pagi harinya ia telah pulih." Maka ia pun melakukan hal itu, lalu ia pun sembuh.

Sang raja berkata kepada Asya`yaa sang nabi, "Mohonlah kepada Tuhanmu agar Dia memberitahukan kepada kita apa yang akan Dia lakukan terhadap musuh kita ini."

Maka Allah berfirman kepada Asya`yaa sang nabi, "Katakanlah kepadanya (raja), `Aku telah mencukupkanmu dari musuhmu dan menyelamatkanmu dari mereka. Dan sesungguhnya mereka akan mati semua pada pagi hari kecuali Sanherib dan lima orang juru tulisnya.`"

Maka ketika pagi harinya, datanglah seorang penyeru, lalu ia berteriak di depan pintu gerbang kota, "Wahai raja Bani Israil, sesungguhnya Allah telah mencukupkanmu dari musuhmu, maka keluarlah engkau, karena Sanherib dan orang-orang yang bersamanya telah mati."

Maka ketika sang raja keluar, ia mencari Sanherib, namun ia tidak menemukannya di antara orang-orang mati. Maka sang raja pun mengutus (seseorang) untuk mencarinya. Orang-orang yang mencarinya itu mendapati ia dan lima orang juru tulisnya -salah satunya adalah Bukhtanashshar di sebuah gua. Maka mereka pun membawa mereka dalam keadaan terikat. Kemudian mereka membawanya kepada raja Bani Israil. Ketika ia melihat mereka, ia bersujud sejak matahari terbit hingga waktu Ashar. Kemudian ia berkata kepada Sanherib, "Bagaimana menurutmu perbuatan Tuhan kami terhadap kalian? Bukankah Dia telah membunuh kalian dengan kekuatan dan kekuasaan-Nya, sedangkan kita dan kalian lengah?"

Sanherib menjawabnya, "Sungguh, telah sampai kepadaku berita tentang Tuhan kalian dan pertolongan-Nya kepada kalian, dan rahmat-Nya yang dengannya Dia merahmati kalian sebelum aku keluar dari negeriku, namun aku tidak menaati orang yang memberiku nasihat. Dan tidak ada yang menjerumuskanku ke dalam kecelakaan kecuali sedikitnya akalku. Seandainya aku mendengar atau mengerti, niscaya aku tidak akan menyerang kalian. Akan tetapi, kecelakaan telah menguasai aku dan orang-orang yang bersamaku."

Raja Bani Israil berkata, "Segala puji bagi Allah, Tuhan Yang Maha Perkasa, yang telah melindungi kami dari kalian dengan apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Tuhan kami tidak membiarkanmu dan orang-orang yang bersamamu karena kemuliaanmu di sisi-Nya, akan tetapi Dia hanya membiarkanmu dan orang-orang yang bersamamu untuk sesuatu yang lebih buruk bagimu dan orang-orang yang bersamamu, agar kalian semakin celaka di dunia dan tersiksa di akhirat, dan agar kalian memberitahukan kepada orang-orang setelah kalian tentang apa yang telah kalian lihat dari perbuatan Tuhan kami, dan agar kalian menjadi pelajaran bagi orang-orang setelah kalian. Jika tidak demikian, niscaya Dia tidak akan membiarkan kalian. Sungguh, darahmu dan darah orang-orang yang bersamamu lebih hina di sisi Allah daripada darah kutu jika engkau membunuhnya!"

Kemudian raja Bani Israil memerintahkan kepada pemimpin pengawalnya agar mereka mengikat leher mereka. Lalu ia mengelilingkan mereka (mengelilingi Baitul Maqdis) selama tujuh puluh hari. Setiap hari ia memberi mereka makan dua potong roti gandum untuk setiap orang dari mereka. Sanherib berkata kepada raja Bani Israil, "Pembunuhan lebih baik daripada apa yang engkau lakukan terhadap kami, maka lakukanlah apa yang engkau perintahkan."

Maka sang raja pun memerintahkan agar mereka dibawa ke penjara tempat pembunuhan. Maka Allah mewahyukan kepada Asya`yaa sang nabi, "Katakanlah kepada raja Bani Israil agar ia membebaskan Sanherib dan orang-orang yang bersamanya agar mereka menjadi pelajaran bagi orang-orang setelah mereka, agar ia memuliakan mereka dan membawanya hingga mereka sampai ke negeri mereka." Maka Nabi Asya`yaa pun menyampaikan hal itu kepada sang raja, lalu ia pun melakukannya.

Maka Sanherib dan orang-orang yang bersamanya pun keluar hingga mereka sampai di Babilonia. Ketika mereka telah sampai, ia mengumpulkan manusia, lalu ia memberitahukan kepada mereka bagaimana Allah telah berbuat terhadap pasukannya. Maka pendeta-pendetanya dan para penyihirnya berkata kepadanya, "Wahai raja Babilonia, kami telah memberitahukan kepadamu berita tentang Tuhan mereka dan nabi mereka, dan wahyu Allah kepada nabi mereka, namun engkau tidak menaati kami. Mereka adalah kaum yang tidak dapat dilawan oleh seorang pun dari Tuhan mereka."

Maka terjadilah apa yang mereka takutkan pada diri Sanherib. Kemudian Allah melindunginya (raja Bani Israil) darinya (Sanherib) sebagai pelajaran dan peringatan. Kemudian Sanherib hidup setelah itu selama tujuh tahun, lalu ia mati.

Sebagian ahli kitab mengatakan bahwa raja Bani Israil yang diserang oleh Sanherib ini adalah seorang yang pincang karena penyakit sciatica. Sanherib menginginkan kerajaannya karena (raja itu) sakit dan lemah. Sebelum Sanherib, telah datang menyerangnya seorang raja Babilonia yang bernama Laifar. Bukhtanashshar (Nebukadnezar), anak dari pamannya, adalah juru tulisnya. Allah mengirimkan angin yang menghancurkan pasukannya, dan ia selamat bersama juru tulisnya. Raja Babilonia ini dibunuh oleh anaknya sendiri. Bukhtanashshar marah karena (kematian) temannya (Laifar), lalu ia membunuh anak yang telah membunuh ayahnya. Kemudian setelah itu Sanherib datang menyerangnya. Ia (raja Bani Israil) tinggal di Nineveh bersama raja Azerbaijan saat itu, yang bernama Salman Al-A`sar. Sanherib dan Salman berselisih, lalu mereka berperang hingga pasukan keduanya binasa. Dan harta benda keduanya menjadi harta rampasan bagi Bani Israil.

Sebagian yang lain berkata, "Bahkan yang menyerang Hizkia, teman Asya`yaa, adalah Sanherib, raja Mosul." Ia mengatakan bahwa ketika ia mengepung Baitul Maqdis bersama pasukannya, Allah mengutus malaikat, lalu (malaikat itu) membunuh seratus delapan puluh lima ribu orang dari pasukannya dalam satu malam. Ia berkuasa hingga ia wafat selama dua puluh sembilan tahun.

Kemudian setelahnya -dikatakan- yang menjadi raja atas mereka adalah Manasye bin Hizkia hingga ia wafat selama lima puluh lima tahun[5].

Kemudian setelahnya, yang menjadi raja adalah Amon bin Manasye[6] hingga ia dibunuh oleh pasukannya selama dua belas tahun.

Kemudian setelahnya, yang menjadi raja adalah Yosia bin Amon hingga ia dibunuh oleh Fir`aun Nekho, raja Mesir, selama tiga puluh satu tahun.[7]

Kemudian (yang menjadi raja adalah) Yoyakim bin Yosia[8]. Fir`aun Nekho telah menyerangnya dan menawannya, lalu membawanya ke Mesir. Dan Fir`aun Nekho mengangkat Yoyakim bin Yoyakim[9] sebagai raja untuk menggantikan ayahnya, dan ia mewajibkan pajak atasnya untuk dibayarkan kepadanya. Maka Yoyakim pun memungutnya -sebagaimana yang mereka katakan- dari Bani Israil dan membawanya (kepada Fir`aun Nekho) -sebagaimana yang mereka katakan- selama dua belas tahun.

Kemudian setelahnya, yang menjadi raja atas mereka adalah Yoyakhin bin Yoyakim[10]. Nebukadnezar menyerangnya, lalu menawannya dan membawanya ke Babilonia setelah tiga bulan dari masa pemerintahannya. Ia mengangkat Zedekia, pamannya, sebagai raja untuk menggantikannya. Lalu ia (Zedekia) menyelisihinya (Nebukadnezar), maka ia (Nebukadnezar) pun menyerangnya dan menang atasnya. Ia mengikatnya dan membawanya ke Babilonia setelah ia menyembelih anaknya di hadapannya dan mencungkil kedua matanya, serta menghancurkan kota (Baitul Maqdis) dan Baitul Maqdis, dan menawan Bani Israil, lalu membawa mereka ke Babilonia. Mereka tinggal di sana hingga Koresh bin Cambyses bin Asb[11] mengembalikan mereka ke Baitul Maqdis, karena hubungan kekerabatan yang ada antara ia dan mereka. Ibunya adalah Isthar[12], anak perempuan Jawil -dan dikatakan (juga) Jawil- dari Bani Israil.

Maka seluruh masa kekuasaan Zedekia dengan tambahan tiga bulan yang di dalamnya Yoyakhin menjadi raja -sebagaimana yang dikatakan- adalah sebelas tahun tiga bulan.[13]

Kemudian kerajaan Baitul Maqdis dan Syam menjadi milik Hystaspes[14] bin Luhrāsf. Dan Nebukadnezar adalah gubernurnya atas semuanya.

Muhammad bin Ishaq menyebutkan -sebagaimana yang diceritakan oleh Ibnu Humayd kepada kami, ia berkata: Salamah menceritakan kepada kami darinya-, bahwa Shadiqah, raja Bani Israil yang telah kami ceritakan kisahnya, ketika Allah mewafatkannya, keadaan Bani Israil menjadi kacau dan mereka saling berebut kekuasaan hingga sebagian mereka membunuh sebagian yang lain karenanya, sedangkan nabi mereka, Asya`yaa, bersama mereka, namun mereka tidak mau kembali kepadanya dan tidak mau menerimanya (nasihatnya). Maka ketika mereka melakukan hal itu, Allah -sebagaimana yang sampai kepada kami- berfirman kepada Asya`yaa, "Berdirilah engkau di tengah-tengah kaummu, Aku akan mewahyukan (kepadamu) melalui lisanmu." Maka ketika ia telah berdiri, Allah menjadikan lisannya dapat berbicara dengan wahyu. Maka ia pun menasihati mereka, mengingatkan mereka, dan menakut-nakuti mereka dengan (ancaman) Allah, setelah ia menyebutkan nikmat-nikmat Allah kepada mereka dan bagaimana mereka menentang (perintah-Nya).

Ia (Ibnu Ishaq) berkata, "Maka ketika Asya`yaa telah selesai dari perkataannya kepada mereka, mereka menyerangnya -sebagaimana yang sampai kepadaku- untuk membunuhnya. Maka ia pun melarikan diri dari mereka. Ia bertemu dengan sebatang pohon, lalu pohon itu terbelah untuknya, maka ia pun masuk ke dalamnya. Setan mendapati ia, lalu ia memegang ujung bajunya dan menunjukkannya kepada mereka (orang-orang yang mengejarnya). Maka mereka pun meletakkan gergaji di tengahnya (pohon itu), lalu mereka menggergajinya hingga mereka memotongnya (pohon itu) dan memotongnya (Asya`yaa) di tengahnya."

Dan Muhammad bin Sahl Al-Bukhari telah menceritakan kepadaku kisah Asya`yaa dan kaumnya dari Bani Israil serta pembunuhan mereka terhadapnya. Ia berkata: Ismail bin `Abdil Karim menceritakan kepada kami, ia berkata: `Abdus Shamad bin Ma`qil menceritakan kepada kami, dari Wahb bin Munabbih.



[1] Sennacherib Raja Assyria (705 – 681 SM). KDS. GERTOUX. Halaman 49. Pengepungan Yerusalem terjadi pada tahun 712 SM.

[2] Raja Hezekiah (726 – 697 SM). KDS. GERTOUX. Halaman 22.

[3] Nabi Yesaya bin Amos. Misi kenabiannya dimulai pada zaman akhir raja Uzziah hingga zaman Hezekiah.

[4]Sebenarnya adalah raja Assyria, namun karena luasnya kekuasaannya sehingga mencakup Babylon, sehingga dalam konteks ini juga disebut sebagai raja Babylon.

[5] Raja Manasye Hezekiah 55 tahun (697 – 642 SM). KDS. GERTOUX. Halaman 22.

[6] Raja Amon berkuasa 2 tahun (642-640 SM). KDS. GERTOUX. Halaman 22

[7] Raja Yosia berkuasa 31 tahun (640-609 SM). KDS. GERTOUX. Halaman 22

[8] Raja Jehoachaz Yosia berkuasa 3 Bulan 609 SM. KDS. GERTOUX. Halaman 22

[9] Raja Jehoiaqim berkuasa 11  tahun (609-598 SM). KDS. GERTOUX. Halaman 22

[10] Raja Jehoiachin berkuasa selama 3 bulan yaitu 598 SM. KDS. GERTOUX. Halaman 22

[11] Koresh merupakan nama yang diambil dari Kūruš  dari bahasa Persia Kuno yang merupakan sebutan bagi raja Cyrus II Persia (550–530 SM). Ayah Kūruš  adalah Kambujiya atau Cambyses anak darfi Kūruš I.

[12] Disini terjadi kerancuan lagi mengenai Sosok Isthar yang merupakan istri dari raja Xerxes I (486 – 465 SM). 

[13] Zedekia berkuasa selama 11 Tahun (598 – 587 SM).. KDS. GERTOUX. Halaman 22

[14] Vištāspa anak dari Arsam anak dari Ariarames anak dari Teispes ana dari Haxāmaniš (Achaemenes).