34. Penyebutan Nasab Musa bin `Imran dan Berita-beritanya Serta Peristiwa-peristiwa yang Terjadi pada Masanya dan Masa Manushihr bin Mansyakhurnar Sang Raja
Kami telah menyebutkan anak-anak Ya`qub, Isra`il Allah, jumlah dan kelahiran mereka. Maka [1] meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Salamah bin al-Fadhl[2] meriwayatkan kepada kami, dari [3], ia berkata: Kemudian Lawi bin Ya`qub menikahi Nabitah putri Mari bin Yasykhar, lalu ia melahirkan untuknya `Arsyun bin Lawi, Marzi bin Lawi, Murdi bin Lawi, dan Qahits bin Lawi. Lalu Qahits bin Lawi menikahi Fahi putri Musin bin Batwil bin Ilyas.
Lalu ia melahirkan untuknya Yashar bin Qahits, lalu Yashar menikahi Syamits putri Banadit bin Barkiya bin Yaqsan bin Ibrahim, lalu ia melahirkan untuknya `Imran bin Yashar[4], dan Qarun bin Yashar. Lalu `Imran menikahi Yahib putri bin Barkiya bin Yaqsan bin Ibrahim, lalu ia melahirkan untuknya Harun bin `Imran dan Musa bin `Imran.
Dan selain
berkata: Usia Ya`qub bin Ishaq adalah seratus empat puluh tujuh tahun, dan Lawi dilahirkan untuknya ketika usianya telah mencapai delapan puluh sembilan tahun, dan Qahits dilahirkan untuk Lawi setelah usia Lawi mencapai empat puluh enam tahun, kemudian Yashar dilahirkan untuk Qahits, kemudian `Amram dilahirkan untuk Yashar—dan ia adalah `Imran—dan usia Yashar adalah seratus empat puluh tujuh tahun, dan `Imran dilahirkan untuknya setelah usianya mencapai enam puluh tahun, kemudian Musa dilahirkan untuk `Imran, dan ibunya adalah Yukhabid—dan dikatakan: Namanya adalah Bakhtah—dan istrinya adalah Shafura putri Yatrun, dan dia adalah Syu`aib Nabi shallallahu `alaihi wa sallam.Dan Musa melahirkan Jarsyun dan Ili`azar, dan ia keluar menuju
dalam keadaan takut saat usianya empat puluh satu tahun, dan ia berdakwah kepada agama Ibrahim, dan Allah menampakkan diri di Thur Sina` saat usianya delapan puluh tahun.Dan Firaun Mesir pada masanya adalah Qabus bin Mush`ab bin Mu`awiyah, sahabat Yusuf yang kedua, dan istrinya adalah Asiyah[5] putri Muzahim bin `Ubaid bin ar-Rayyan bin al-Walid, Firaun Yusuf yang pertama. Maka ketika Musa dipanggil, ia diberitahu bahwa Qabus bin Mush`ab telah meninggal, dan saudaranya, al-Walid bin Mush`ab, menggantikannya, dan ia lebih durhaka daripada Qabus, lebih kafir, dan lebih keji, dan ia diperintahkan agar ia dan saudaranya, Harun, datang kepadanya membawa risalah.
Ia berkata: Dan dikatakan bahwa al-Walid menikahi Asiyah putri Muzahim setelah saudaranya. Dan usia `Imran adalah seratus tiga puluh tujuh tahun, dan Musa dilahirkan ketika usia `Imran telah mencapai tujuh puluh tahun, kemudian Musa menjadi rasul kepada Firaun bersama Harun, dan sejak kelahiran Musa hingga ia keluar membawa Bani Israil dari Mesir adalah delapan puluh tahun, kemudian ia pergi ke padang pasir setelah menyeberangi laut, maka mereka tinggal di sana hingga mereka keluar bersama Yusya` bin Nun selama empat puluh tahun, maka jarak antara kelahiran Musa hingga wafatnya di padang pasir adalah seratus dua puluh tahun.
Adapun
, maka ia berkata—sebagaimana yang diriwayatkan kepada kami oleh , ia berkata: Salamah meriwayatkan kepada kami, dari , ia berkata: Allah menyegerakan kematian Yusuf, dan raja yang bersamanya, ar-Rayyan bin al-Walid, binasa, dan Firaun-Firaun dari kaum `Amaliq mewarisi kerajaan Mesir, maka Allah memperbanyak Bani Israil di sana, dan makam Yusuf ketika ia wafat—sebagaimana yang disebutkan kepadaku—berada di dalam peti dari marmer di salah satu sisi sungai Nil di dalam air. Maka Bani Israil tetap berada di bawah kekuasaan Firaun-Firaun itu, dan mereka masih memegang sisa-sisa agama mereka dari apa yang telah disyariatkan oleh Yusuf, Ya`qub, Ishaq, dan Ibrahim kepada mereka berupa Islam, mereka berpegang teguh kepadanya hingga masa Firaun Musa yang kepadanya Allah mengutus Musa. Dan tidak ada di antara mereka seorang Firaun pun yang lebih durhaka kepada Allah, lebih besar ucapannya, dan lebih lama masa kekuasaannya darinya.Dan namanya—sebagaimana yang mereka sebutkan kepadaku—adalah al-Walid bin Mush`ab[6], dan tidak ada seorang Firaun pun yang lebih keras kekejamannya[7], lebih keras hatinya[8], dan lebih buruk perlakuannya terhadap Bani Israil darinya, ia menyiksa mereka dan menjadikan mereka sebagai pelayan dan budak[9], dan ia membagi-bagi mereka dalam pekerjaan-pekerjaannya, maka ada golongan yang membangun, ada golongan yang menggarap tanah, dan ada golongan yang bercocok tanam untuknya, maka mereka berada dalam pekerjaan-pekerjaannya, dan siapa pun di antara mereka yang tidak bekerja dalam pekerjaan untuknya, maka ia harus membayar jizyah. Maka ia menimpakan kepada mereka sebagaimana yang difirmankan oleh Allah: "siksaan yang buruk", dan di antara mereka masih ada sisa-sisa dari perkara agama mereka yang tidak ingin mereka tinggalkan, dan Firaun itu[10] menikahi seorang wanita dari mereka yang bernama Asiyah putri Muzahim, dari wanita-wanita pilihan yang terpandang. Maka Firaun itu hidup lama[11] di antara mereka dalam keadaan menyiksa mereka, menimpakan siksaan yang buruk kepada mereka. Maka ketika Allah berkehendak untuk melepaskan mereka dan Musa telah mencapai usia dewasa, ia diberi risalah.
Ia berkata: Dan disebutkan kepadaku bahwa ketika masa Musa telah dekat, para ahli nujum dan peramal Firaun datang kepadanya, lalu mereka berkata: "Ketahuilah, sesungguhnya kami mendapati dalam ilmu kami bahwa seorang bayi dari Bani Israil telah dekat masanya untuk dilahirkan, ia akan merampas kerajaanmu, mengalahkanmu atas kekuasaanmu, mengusirmu dari negerimu, dan mengganti agamamu." Maka ketika mereka mengatakan hal itu kepadanya, ia memerintahkan agar setiap bayi laki-laki yang lahir dari Bani Israil dibunuh, dan ia memerintahkan agar para wanita dibiarkan hidup. Maka ia mengumpulkan para bidan dari wanita-wanita penduduk kerajaannya, lalu ia berkata kepada mereka: "Janganlah seorang bayi laki-laki pun dari Bani Israil lolos dari tangan kalian kecuali kalian membunuhnya," maka mereka pun melakukan hal itu. Dan Firaun itu menyembelih selain itu dari anak-anak laki-laki, dan memerintahkan agar para wanita hamil disiksa hingga mereka menggugurkan apa yang ada dalam perut mereka.
[12].
meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Salamah meriwayatkan kepada kami, dari , dari Abdullah bin Abi Najih, dari , ia berkata: Sungguh telah disebutkan kepadaku bahwa ia memerintahkan agar bambu dibelah hingga menjadi seperti pisau, kemudian dijejerkan sebagian ke sebagian yang lain, kemudian ia mendatangkan para wanita hamil dari Bani Israil lalu mendirikan mereka di atasnya, lalu ia memotong kaki-kaki mereka, hingga salah seorang dari mereka mengeluarkan janinnya lalu jatuh di antara kedua kakinya, lalu ia menginjaknya untuk melindungi dirinya dari potongan bambu itu dari kedua kakinya, karena saking beratnya penderitaan yang dialaminya, hingga ia bertindak berlebihan dalam hal itu, dan hampir memusnahkan mereka. Maka dikatakan kepadanya: "Engkau telah memusnahkan manusia, dan memutuskan keturunan, padahal mereka adalah pelayan dan pekerja-pekerjamu," maka ia memerintahkan agar anak-anak laki-laki dibunuh setahun dan dibiarkan hidup setahun. Maka Harun dilahirkan pada tahun anak-anak laki-laki dibiarkan hidup, dan Musa dilahirkan pada tahun anak-anak laki-laki dibunuh, maka Harun lebih tua darinya setahunAdapun as-Suddi, maka ia berkata sebagaimana yang diriwayatkan kepada kami oleh Musa bin Harun[13], ia berkata: ` Amru bin Hammad meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Asbath meriwayatkan kepada kami, dari as-Suddi dalam berita yang ia sebutkan dari Abu Malik[14] dan dari [15], dari —dan dari Murrah al-Hamdani[16], dari Ibnu Mas`ud[17]—dan dari sejumlah sahabat Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam, bahwa di antara peristiwa Firaun adalah bahwa ia melihat mimpi dalam tidurnya, yaitu api yang datang dari Baitul Maqdis hingga meliputi rumah-rumah Mesir, lalu api itu membakar orang-orang Qibthi dan membiarkan Bani Israil, serta menghancurkan rumah-rumah Mesir. Lalu ia memanggil para ahli sihir, para dukun, para peramal, dan para ahli nujum, lalu ia bertanya kepada mereka tentang mimpinya. Maka mereka berkata kepadanya, "Akan keluar dari negeri ini, tempat asal Bani Israil—yaitu Baitul Maqdis—seorang laki-laki yang di tangannyalah kehancuran Mesir." Maka ia memerintahkan agar Bani Israil tidak melahirkan anak laki-laki kecuali mereka harus menyembelihnya, dan tidak melahirkan anak perempuan kecuali dibiarkan. Dan ia berkata kepada orang-orang Qibthi, "Lihatlah budak-budak kalian yang bekerja di luar, maka masukkanlah mereka dan jadikanlah Bani Israil melakukan pekerjaan-pekerjaan kotor itu." Maka ia menjadikan Bani Israil melakukan pekerjaan-pekerjaan budak-budak mereka dan memasukkan budak-budak mereka.
Maka itulah saat Allah berfirman, "Sesungguhnya Fir`aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi", ia berkata, "Ia berlaku sombong di bumi, "dan menjadikan penduduknya berpecah-belah", yaitu Bani Israil ketika ia menjadikan mereka melakukan pekerjaan-pekerjaan kotor, "dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka." Maka ia menjadikan tidak ada seorang anak pun yang dilahirkan untuk Bani Israil kecuali disembelih, sehingga anak-anak kecil tidak tumbuh dewasa, dan Allah menimpakan kematian kepada para tua-tua Bani Israil, maka kematian itu menimpa mereka dengan cepat. Maka para pemuka orang-orang Qibthi menemui Fir`aun dan berbicara kepadanya, mereka berkata, "Sesungguhnya kaum ini telah ditimpa kematian, maka hampir saja pekerjaan itu akan menimpa budak-budak kita. Kita menyembelih anak-anak mereka sehingga anak-anak kecil tidak tumbuh dewasa, dan orang-orang tua binasa, maka alangkah baiknya jika engkau membiarkan sebagian dari anak-anak mereka hidup!" Maka ia memerintahkan agar mereka disembelih setahun dan dibiarkan setahun. Maka ketika tiba tahun yang di dalamnya mereka tidak disembelih, Harun dilahirkan, lalu ia dibiarkan. Maka ketika tiba tahun yang di dalamnya mereka disembelih, ibu Musa mengandung Musa. Maka ketika ia hendak melahirkannya, ia bersedih karena keadaannya, maka Allah mewahyukan kepadanya, "agar ia menyusuinya, dan apabila ia khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai Nil. Dan janganlah ia khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadanya, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul." Maka ketika ia melahirkannya, ia menyusuinya, kemudian ia memanggil seorang tukang kayu untuknya, lalu tukang kayu itu membuatkan untuknya sebuah peti, dan ia membuat kunci peti itu dari dalam, dan ia meletakkannya di dalam peti itu dan menaruhnya di sungai Nil, "dan ia berkata kepada saudara Musa[18], `Ikutilah dia`, maksudnya ikutilah jejaknya, "maka kelihatanlah olehnya Musa dari jauh, sedang mereka tidak mengetahuinya", bahwa ia adalah saudaranya. Maka ombak membawa peti itu, terkadang mengangkatnya, dan terkadang menurunkannya, hingga memasukkannya ke antara pepohonan di dekat rumah Fir`aun. Maka keluarlah budak-budak perempuan Asiyah[19] istri Fir`aun untuk mandi, lalu mereka menemukan peti itu, lalu mereka membawanya masuk kepada Asiyah, dan mereka mengira bahwa di dalamnya ada harta. Maka ketika Asiyah melihatnya, ia menaruh belas kasihan kepadanya dan mencintainya. Maka ketika ia memberitahukan hal itu kepada Fir`aun, Fir`aun hendak menyembelihnya, tetapi Asiyah terus menerus berbicara kepadanya hingga ia membiarkannya untuknya. Ia berkata, "Aku khawatir jangan-jangan anak ini dari Bani Israil, dan jangan-jangan dialah orang yang di tangannya kehancuran kita." Maka itulah firman Allah Ta`ala, "Maka dipungutlah ia oleh keluarga Fir`aun yang akibatnya dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka.[20]" Maka mereka mencari para ibu susu untuknya, tetapi ia tidak mau menyusu dari seorang wanita pun, dan para wanita berusaha untuk itu agar mereka dapat tinggal di sisi Fir`aun untuk menyusui. Tetapi ia menolak untuk menyusu. Maka itulah firman Allah, "Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusui(nya) sebelum itu; maka berkatalah" saudara perempuannya,1 "Maukah kamu aku tunjukkan kepadamu ahlul bait yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?"[21] Maka2 mereka menangkapnya, dan berkata, "Sesungguhnya engkau telah mengenal anak ini, maka tunjukkanlah kami kepada keluarganya." Ia berkata, "Aku tidak mengenalnya, tetapi aku hanya berkata, `Mereka dapat berlaku baik kepada raja.`" Dan ketika ibunya datang, ia mau menyusu dari payudaranya, maka hampir saja ia berkata, "Dia adalah anakku!" Tetapi Allah menahannya. Maka itulah firman Allah, "Hampir-hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan hatinya, supaya ia termasuk orang-orang yang percaya (kepada janji Allah)"[22]. Dan sesungguhnya Musa dinamakan Musa karena mereka menemukannya di air dan pepohonan, dan air dalam bahasa Qibthi adalah mu dan pepohonan adalah sya, maka itulah firman Allah `Azza wa Jalla, "Maka Kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang hatinya dan tidak berduka cita.[23]" Maka Fir`aun mengangkatnya sebagai anak, lalu ia dipanggil anak Fir`aun. Maka ketika anak itu telah dapat bergerak, ibunya memperlihatkannya kepada Asiyah sebagai seorang bayi, maka tatkala ia sedang menimangnya dan bermain dengannya, tiba-tiba ia memberikannya kepada Fir`aun, dan berkata, "Ambillah, ia sebagai penyejuk mata hati bagiku dan bagimu." Fir`aun berkata, "Ia sebagai penyejuk mata hati bagimu, tetapi tidak bagiku." Abdullah bin Abbas berkata, "Seandainya ia berkata, `Dan ia bagiku sebagai penyejuk mata hati,` niscaya ia akan beriman kepadanya, tetapi ia enggan." Maka ketika ia mengambilnya, Musa memegang jenggot Fir`aun dan mencabutinya. Maka Fir`aun berkata, "Bawa kepadaku para algojo, inilah orangnya!" Asiyah berkata, "Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia sebagai anak"[24], sesungguhnya ia adalah seorang bayi yang belum berakal, dan sesungguhnya ia melakukan ini karena ia masih bayi, dan engkau telah mengetahui bahwa tidak ada di antara penduduk Mesir seorang wanita pun yang lebih cantik dariku, aku akan meletakkan untuknya perhiasan dari batu yaqut, dan aku akan meletakkan untuknya bara api, maka jika ia mengambil batu yaqut, maka ia berakal, maka sembelihlah dia, dan jika ia mengambil bara api, maka sesungguhnya ia hanyalah seorang bayi." Maka Asiyah mengeluarkan batu yaqut miliknya, lalu ia meletakkan untuknya sebuah baskom berisi bara api, lalu datang dan meletakkan di tangannya sepotong bara api, lalu Musa meletakkannya di mulutnya, lalu bara api itu membakar lidahnya. Maka itulah yang difirmankan oleh Allah `Azza wa Jalla, "Dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku." Maka kekakuan itu hilang dari Musa karena hal itu. Dan Musa tumbuh dewasa, maka ia menaiki kendaraan-kendaraan Fir`aun, dan memakai pakaian seperti yang dipakai oleh Fir`aun, dan ia dipanggil Musa bin Fir`aun. Kemudian Fir`aun menaiki suatu kendaraan dan Musa tidak bersamanya, maka ketika Musa datang, dikatakan kepadanya, "Sesungguhnya Fir`aun telah menaiki kendaraan," lalu ia menaiki kendaraan untuk menyusulnya, lalu ia menjumpainya pada waktu tengah hari di sebuah daerah yang bernama Manf, lalu ia memasuki daerah itu pada tengah hari, dan pasar-pasarnya telah sepi dan tidak ada seorang pun di jalan-jalannya, dan itulah firman Allah `Azza wa Jalla, "Dan Musa masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah, maka didapatinya di dalam kota itu dua orang laki-laki yang berkelahi; yang seorang dari golongannya (Bani Israil)4 dan seorang (lagi) dari musuhnya (kaum Fir`aun).[25] Ia berkata, "Ini dari Bani Israil, dan ini dari musuhnya," ia berkata, "Dari kaum Qibthi, maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya, lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu. Musa berkata, `Ini adalah perbuatan syaitan,6 sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata (permusuhannya).`7 Musa berdo`a, `Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku.` Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.8 Musa berkata, `Ya Tuhanku, demi nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, aku sekali-kali tiada akan menjadi9 pembantu bagi orang-orang yang berdosa.` Karena itu, jadilah Musa di kota itu merasa takut menunggu-nunggu akibat perbuatannya," ia takut akan ditangkap, "maka tiba-tiba orang yang meminta pertolongan kepadanya kemarin berteriak meminta pertolongan kepadanya", ia berkata, "Ia meminta pertolongan kepadanya, "*Musa berkata kepadanya, `Sesungguhnya kamu benar-benar orang sesat yang nyata (kesesatannya).`" Kemudian10 Musa datang untuk menolongnya, maka tatkala Musa datang hendak memukul laki-laki yang sedang berkelahi dengan orang Israil itu, orang Israil itu berkata—dan ia takut kepada Musa akan memukulnya karena ia telah berkata kasar—"Wahai Musa, "Apakah kamu bermaksud hendak membunuhku, sebagaimana kamu kemarin telah membunuh seorang manusia? Kamu tidak bermaksud melainkan hendak menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang di negeri (ini), dan tiadalah kamu hendak menjadi salah seorang dari orang-orang yang mengadakan perdamaian."11
Maka Musa meninggalkannya, dan orang Qibthi itu pergi, lalu ia menyebarkan berita bahwa Musa-lah yang telah membunuh orang itu, maka Fir`aun mencarinya dan berkata, "Tangkaplah dia, karena sesungguhnya dialah orang yang kita cari." Dan ia berkata kepada orang-orang yang mencarinya, "Carilah dia di jalan-jalan kecil, karena sesungguhnya Musa adalah seorang pemuda yang tidak mengetahui jalan." Dan Musa mengambil jalan-jalan kecil itu, dan seorang laki-laki datang kepadanya dan memberitahukan kepadanya, "*Sesungguhnya pembesar-pembesar negeri sedang berunding tentang kamu untuk membunuhmu, maka keluarlah, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasihat kepadamu.` Maka keluarlah Musa dari kota itu dalam keadaan takut dan waspada, seraya berdo`a, `Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zhalim itu.`" Maka ketika Musa mengambil jalan-jalan kecil itu, datanglah kepadanya seorang malaikat yang menunggangi kuda dengan membawa tombak di tangannya, maka ketika Musa melihatnya, ia bersujud kepadanya karena takut, lalu malaikat itu berkata, "Janganlah engkau bersujud kepadaku, tetapi ikutilah aku," maka Musa mengikutinya, lalu malaikat itu menunjukkannya ke arah
, dan Musa berkata saat ia menghadap ke arah , "Mudah-mudahan Tuhanku memimpinku ke jalan yang benar", maka malaikat itu pergi bersamanya hingga membawanya sampai ke .Al-Abbas bin al-Walid meriwayatkan kepadaku, ia berkata: Yazid bin Harun meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Ashbagh bin Zaid al-Juhani [26]meriwayatkan kepada kami, ia berkata: meriwayatkan kepadaku, ia berkata: Sa`id bin Jubair meriwayatkan kepadaku, ia berkata: Aku bertanya kepada Abdullah bin Abbas tentang firman Allah kepada Musa, "dan Kami telah mencobamu dengan beberapa cobaan", maka aku bertanya kepadanya tentang cobaan-cobaan itu, apa sajakah itu? Maka ia berkata kepadaku, "Mulailah dari awal, wahai Ibnu Jubair, karena sesungguhnya hadits tentang itu panjang." Ia berkata: Maka ketika aku telah masuk waktu pagi, aku pergi menemui untuk menagih apa yang telah ia janjikan kepadaku. Ia berkata: Maka berkata, "Fir`aun dan para pemukanya berdiskusi tentang apa yang telah Allah janjikan kepada Ibrahim berupa menjadikan di antara keturunannya para nabi dan raja-raja. Maka sebagian dari mereka berkata, `Sesungguhnya Bani Israil menunggu-nunggu hal itu, mereka tidak ragu, dan sungguh mereka dahulu mengira bahwa orang itu adalah Yusuf bin Ya`qub, maka ketika ia telah wafat, mereka berkata, `Bukan seperti ini Allah menjanjikan kepada Ibrahim.`" Fir`aun berkata, "Lalu bagaimana pendapat kalian?" Ia berkata: Maka mereka berunding di antara mereka, dan bersepakat untuk mengutus orang-orang yang membawa pisau-pisau, mereka berkeliling di antara Bani Israil, maka mereka tidak mendapati seorang bayi laki-laki pun kecuali mereka menyembelihnya. Maka ketika mereka melihat bahwa orang-orang tua dari Bani Israil meninggal karena ajal mereka, dan bahwa anak-anak kecil disembelih, mereka berkata, "Kalian hampir saja memusnahkan Bani Israil, maka kalian akan menjadi orang-orang yang melakukan pekerjaan-pekerjaan dan pelayanan yang dahulu mereka lakukan untuk kalian. Maka bunuhlah setahun setiap bayi laki-laki, maka anak-anak mereka akan berkurang, dan biarkanlah setahun, jangan kalian bunuh seorang pun dari mereka, maka anak-anak kecil akan tumbuh menggantikan orang-orang tua yang meninggal, karena sesungguhnya mereka tidak akan bertambah banyak dengan orang-orang yang kalian biarkan hidup dari mereka sehingga kalian takut jumlah mereka akan melebihi kalian, dan tidak akan berkurang dengan orang-orang yang kalian bunuh." Maka mereka bersepakat atas hal itu. Maka ibu Musa mengandung Harun pada tahun yang di dalamnya bayi-bayi laki-laki tidak disembelih, maka ia melahirkannya secara terang-terangan dalam keadaan aman. Hingga ketika tiba tahun berikutnya, ia mengandung Musa, maka timbullah di dalam hatinya kegelisahan dan kesedihan—dan itulah di antara cobaan-cobaan itu, wahai Ibnu Jubair—karena apa yang masuk kepadanya di dalam perut ibunya dari apa yang diinginkan terhadapnya. Maka Allah mewahyukan kepadanya, "Janganlah engkau takut dan janganlah engkau bersedih hati; sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul." Dan Allah memerintahkannya apabila ia telah melahirkannya agar meletakkannya di dalam sebuah peti, kemudian melemparkannya ke sungai Nil. Maka ketika ia telah melahirkannya, ia melakukan apa yang diperintahkan kepadanya. Hingga ketika anaknya itu telah jauh darinya, Iblis datang kepadanya, lalu ia berkata dalam hatinya, "Apa yang telah aku lakukan terhadap anakku? Seandainya ia disembelih di sisiku, lalu aku menguburkannya dan mengkafaninya, niscaya hal itu lebih aku sukai daripada aku melemparkannya dengan tanganku sendiri ke ikan-ikan laut dan hewan-hewannya." Maka air membawa peti itu pergi hingga membawanya sampai ke tempat pengambilan air oleh budak-budak perempuan keluarga Fir`aun. Lalu mereka melihatnya dan mengambilnya. Mereka hampir saja membuka peti itu, lalu sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lain, "Sesungguhnya di dalam peti ini ada harta, dan sesungguhnya jika kita membukanya, maka istri Fir`aun tidak akan mempercayai kita tentang apa yang kita temukan di dalamnya." Maka mereka membawanya seperti keadaannya, mereka tidak menggerakkan sedikit pun darinya, hingga mereka menyerahkannya kepadanya. Maka ketika ia membukanya, ia melihat di dalamnya ada seorang bayi laki-laki, maka ditimpakanlah kepadanya rasa kasih sayang darinya yang tidak pernah ditimpakan sepertinya darinya kepada seorang pun dari manusia. "Dan berubahlah hati ibu Musa menjadi kosong" dari mengingat segala sesuatu, kecuali dari mengingat Musa.
Maka ketika para penyembelih mendengar tentang keadaannya, mereka mendatangi istri Fir`aun dengan membawa pisau-pisau mereka, mereka ingin menyembelihnya—dan itulah di antara cobaan-cobaan itu, wahai Ibnu Jubair—maka ia berkata kepada para penyembelih itu, "Pergilah kalian, karena sesungguhnya satu orang ini tidak akan menambah jumlah Bani Israil, maka aku akan menemui Fir`aun dan memohon kepadanya agar ia menyerahkannya kepadaku. Maka jika ia menyerahkannya kepadaku, maka kalian telah berbuat baik dan berbuat bagus, dan jika ia memerintahkan untuk menyembelihnya, maka aku tidak akan mencela kalian." Maka ketika ia membawa bayi itu kepada Fir`aun, ia berkata, "Ia adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya." Fir`aun berkata, "Ia adalah penyejuk mata hati bagimu, adapun aku maka aku tidak membutuhkannya." [Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda: Demi Dzat yang aku bersumpah dengan-Nya, seandainya Fir`aun mengakui bahwa bayi itu adalah penyejuk mata hati baginya sebagaimana istrinya mengakuinya, niscaya Allah akan memberinya petunjuk dengannya, sebagaimana Allah telah memberi petunjuk kepada istrinya, tetapi Allah mengharamkan hal itu baginya.]
Maka istri Fir`aun mengutus utusan ke sekitar wanita-wanita yang memiliki air susu untuk memilih seorang ibu susu untuknya. Maka setiap kali seorang wanita dari mereka mengambilnya untuk menyusuinya, ia tidak mau menyusu dari payudaranya, hingga istri Fir`aun khawatir ia akan menolak air susu dan mati, maka hal itu membuatnya sedih. Lalu ia memerintahkan agar bayi itu dibawa keluar ke pasar, tempat berkumpulnya orang-orang, ia berharap dapat menemukan untuknya seorang ibu susu yang mau ia susui. Tetapi ia tidak mau menyusu dari seorang pun. Dan ibu Musa berkata kepada saudara perempuannya, "Carilah dia dan ikutilah jejaknya, apakah engkau mendengar kabar tentangnya! Apakah anakku masih hidup ataukah telah dimakan oleh hewan-hewan laut dan ikan-ikannya?" Dan ia lupa apa yang telah Allah janjikan kepadanya. Maka saudara perempuan Musa melihatnya dari jauh sedangkan mereka tidak menyadarinya, lalu ia berkata karena gembira ketika mereka kesulitan mendapatkan ibu-ibu susu: "Maukah kamu aku tunjukkan kepadamu ahlul bait yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?" Maka1 mereka menangkapnya dan berkata, "Apa yang membuatmu tahu tentang kebaikan mereka kepadanya! Apakah engkau mengenalnya?" Hingga mereka meragukan hal itu— dan itulah di antara cobaan-cobaan itu, wahai Ibnu Jubair—maka ia berkata, "Kebaikan mereka kepadanya, dan kasih sayang mereka kepadanya, dan keinginan mereka untuk menjadi ibu susu raja, dan harapan akan manfaatnya." Maka mereka melepaskannya. Lalu ia pergi menemui ibunya dan memberitahukan kabar itu kepadanya. Lalu ibunya datang, dan ketika ia meletakkannya di pangkuannya, ia langsung menyusu ke payudaranya hingga kedua lambungnya penuh. Maka para pembawa berita pergi menemui istri Fir`aun untuk menyampaikan kabar gembira kepadanya bahwa mereka telah menemukan untuk anaknya seorang ibu susu. Maka ia mengutus utusan kepadanya, lalu ibu Musa dan bayi itu didatangkan. Maka ketika ia melihat apa yang dilakukan oleh bayi itu terhadapnya, ia berkata, "Tinggallah di sini bersamaku, engkau menyusui anakku ini, karena sesungguhnya aku belum pernah mencintai sesuatu melebihi cintaku kepadanya." Ia berkata: Maka ibu Musa berkata, "Aku tidak dapat meninggalkan rumahku dan anakku sehingga terlantar. Maka jika engkau berkenan untuk memberikannya kepadaku, lalu aku membawanya ke rumahku, maka ia akan bersamaku, aku tidak akan menyia-nyiakannya, maka lakukanlah. Dan jika tidak, maka aku tidak akan meninggalkan rumahku dan anakku." Dan ibu Musa teringat apa yang telah Allah janjikan kepadanya, maka ia bersikap sulit terhadap istri Fir`aun, dan ia yakin bahwa Allah `Azza wa Jalla akan menepati janji-Nya. Maka ia kembali membawa anaknya ke rumahnya pada hari itu. Maka Allah menumbuhkannya dengan pertumbuhan yang baik, dan menjaganya karena apa yang telah Dia tetapkan padanya. Maka Bani Israil tetap berkumpul di salah satu sisi kota, mereka merasa kuat dengannya dari kezhaliman dan kerja paksa yang menimpa mereka. Maka ketika ia telah tumbuh dewasa, istri Fir`aun berkata kepada ibu Musa, "Aku ingin engkau memperlihatkan Musa kepadaku." Maka ia menjanjikan kepadanya suatu hari untuk memperlihatkannya kepadanya. Lalu ia berkata kepada para pengasuh, ibu-ibu susu, dan para pembantunya, "Janganlah ada seorang pun dari kalian kecuali ia menyambut anakku dengan hadiah dan penghormatan, agar ia melihat hal itu, dan aku akan mengutus seorang yang terpercaya untuk mencatat apa yang dilakukan oleh setiap orang dari kalian." Maka hadiah, penghormatan, dan barang-barang berharga terus menerus menyambutnya sejak ia keluar dari rumah ibunya hingga ia masuk menemui istri Fir`aun. Maka ketika ia masuk menemuinya, ia memuliakannya, menghormatinya, dan bergembira dengannya, dan ia takjub dengan apa yang ia lihat berupa baiknya pengaruhnya terhadapnya. Lalu ia berkata, "Pergilah kalian bersamanya menemui Fir`aun, agar ia memuliakannya dan menghormatinya." Maka ketika mereka masuk bersamanya menemui Fir`aun, mereka meletakkannya di pangkuannya. Lalu Musa memegang jenggot Fir`aun hingga menariknya. Maka Fir`aun berkata, "Musuh Allah! Tidakkah engkau melihat apa yang telah Allah janjikan kepada Ibrahim bahwa ia akan mengalahkanmu dan menguasaimu!" Maka ia mengutus utusan kepada para penyembelih untuk menyembelihnya—dan itulah di antara cobaan-cobaan itu, wahai Ibnu Jubair—setelah setiap cobaan yang diujikan kepadanya dan diinginkan terhadapnya. Maka istri Fir`aun datang seraya berlari menemui Fir`aun, lalu ia berkata, "Apa yang tampak bagimu tentang anak ini yang telah engkau berikan kepadaku?" Ia berkata, "Tidakkah engkau melihatnya, ia mengira bahwa ia akan mengalahkanku dan menguasaiku!" Maka ia berkata, "Jadikanlah antara aku dan engkau suatu perkara yang dengannya kebenaran dapat diketahui. Datangkanlah dua potong bara api dan dua butir mutiara, lalu dekatkanlah keduanya kepadanya. Maka jika ia mengambil dua butir mutiara itu dan menjauhi dua potong bara api itu, maka engkau mengetahui bahwa ia berakal, dan jika ia mengambil dua potong bara api itu dan tidak menginginkan dua butir mutiara itu, maka ketahuilah bahwa tidak ada seorang pun yang akan mengutamakan dua potong bara api itu daripada dua butir mutiara itu sedangkan ia berakal." Maka hal itu didekatkan kepadanya, lalu ia mengambil dua potong bara api itu, lalu mereka mencabutnya dari tangannya karena khawatir akan membakar tangannya. Maka istri Fir`aun berkata, "Tidakkah engkau lihat!" Maka Allah memalingkannya darinya setelah ia berniat untuk membunuhnya, dan Allah akan menyempurnakan urusan-Nya padanya. Maka ketika ia telah mencapai usia dewasa dan termasuk di antara laki-laki, tidak ada seorang pun dari keluarga Fir`aun yang dapat berlaku zhalim atau melakukan kerja paksa kepada seorang pun dari Bani Israil, hingga mereka benar-benar merasa kuat. Maka pada suatu hari ketika ia sedang berjalan di salah satu sisi kota, tiba-tiba ia bertemu dengan dua orang laki-laki yang sedang berkelahi, salah satunya dari Bani Israil dan yang lainnya dari keluarga Fir`aun. Maka orang Israil itu meminta pertolongan kepadanya untuk mengalahkan orang Fir`aun itu. Maka Musa marah dan kemarahannya memuncak karena orang Fir`aun itu mengganggunya padahal ia mengetahui kedudukan Musa di kalangan Bani Israil dan pembelaannya terhadap mereka, dan orang-orang tidak mengetahui kecuali bahwa hal itu karena hubungan persusuan, selain ibu Musa, kecuali jika Allah `Azza wa Jalla memberitahukan kepada Musa tentang hal itu apa yang tidak Dia beritahukan kepada selainnya. Maka Musa memukul orang Fir`aun itu hingga membunuhnya, dan tidak ada yang melihat mereka berdua kecuali Allah `Azza wa Jalla dan orang Israil itu. Maka Musa berkata ketika ia telah membunuh orang itu, "Ini adalah perbuatan syaitan, sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata (permusuhannya)." Kemudian ia berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri, karena itu ampunilah aku. Maka Allah mengampuninya. Sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."2 Maka pada pagi harinya, ia berada di kota itu dalam keadaan takut sambil menunggu-nunggu berita, lalu ia mendatangi Fir`aun, lalu dikatakan kepadanya, "Sesungguhnya Bani Israil telah membunuh seorang laki-laki dari keluarga Fir`aun, maka ambillah hak kami untuk kami, dan jangan engkau memberi keringanan kepada mereka dalam hal itu." Maka ia berkata, "Carilah untukku pembunuhnya, dan orang yang bersaksi atasnya, karena tidaklah pantas untuk menghukum tanpa bukti dan kepastian." Maka mereka mencari hal itu untuknya. Maka ketika mereka sedang berkeliling dan tidak menemukan bukti, tiba-tiba Musa lewat keesokan harinya, lalu ia melihat orang Israil itu sedang berkelahi dengan orang Fir`aun, maka orang Israil itu meminta pertolongan kepadanya untuk mengalahkan orang Fir`aun itu. Maka Musa mendapatinya dan ia telah menyesali apa yang telah ia lakukan kemarin, dan ia tidak menyukai apa yang ia lihat, lalu Musa marah dan mengulurkan tangannya seraya hendak memukul orang Fir`aun itu, lalu ia berkata kepada orang Israil itu karena apa yang ia lakukan kemarin dan hari ini, "Sesungguhnya kamu benar-benar orang yang sesat lagi nyata (kesesatannya)."
Maka orang Israil itu melihat kepada Musa setelah ia mengatakan apa yang ia katakan, dan ternyata ia dalam keadaan marah seperti kemarahannya kemarin ketika ia membunuh orang Fir`aun itu. Maka ia takut setelah ia berkata kepadanya, "Sesungguhnya kamu benar-benar orang yang sesat lagi nyata (kesesatannya)," bahwa Musa bermaksud untuk membunuhnya—padahal Musa tidak bermaksud untuk membunuhnya, tetapi ia bermaksud untuk memukul orang Fir`aun itu—maka orang Israil itu takut lalu ia menghalangi orang Fir`aun itu seraya berkata, "Wahai Musa, "Apakah kamu bermaksud hendak membunuhku sebagaimana kamu kemarin telah membunuh seorang manusia?" Dan sesungguhnya ia mengatakan hal itu karena takut Musa bermaksud untuk membunuhnya. Maka keduanya berpisah. Lalu orang Fir`aun itu pergi menemui kaumnya dan memberitahukan kepada mereka apa yang ia dengar dari orang Israil itu berupa kabar, ketika ia berkata, "Apakah kamu bermaksud hendak membunuhku sebagaimana kamu kemarin telah membunuh seorang manusia?" Maka Fir`aun mengutus para algojo, dan Musa menempuh jalan utama, dan mereka mencarinya sedangkan mereka tidak takut ia akan lolos dari mereka. Dan ada seorang laki-laki dari pengikut Musa dari ujung kota, lalu ia menempuh jalan pintas hingga ia mendahului mereka menemui Musa, lalu ia memberitahukan kabar itu kepadanya, dan itulah di antara cobaan-cobaan itu, wahai Ibnu Jubair.
Kemudian hadits kembali kepada hadits as-Suddi, ia berkata: "Dan ketika Musa sampai ke sumber air negeri
, ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya)," ia berkata: Sejumlah besar orang yang sedang meminumkan (ternaknya).Abu `Ammar al-Marwazi meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Al-Fadhl bin Musa[27] meriwayatkan kepada kami, dari al-A`masy[28], dari al-Minhal bin `Amru, dari , ia berkata: Musa keluar dari Mesir menuju , dan jarak antara keduanya adalah perjalanan delapan malam—ia berkata: Dan dikatakan sekitar dari Kufah ke Bashrah—dan ia tidak memiliki makanan kecuali dedaunan, dan ia keluar dalam keadaan tidak beralas kaki, maka ia tidak sampai ke hingga telapak kakinya pecah-pecah.
[29] meriwayatkan kepada kami, ia berkata: meriwayatkan kepada kami, dari al-Minhal, dari , dari seperti itu.
meriwayatkan kepada kami, ia berkata: AththamHadits kembali kepada hadits as-Suddi, "dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya)." Ia berkata: Mencegah kambing-kambing mereka. Musa bertanya kepada keduanya, "Apa maksudmu (dengan berbuat begitu)?" Keduanya menjawab, "Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum penggembala-penggembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya."3 Maka Musa merasa iba kepada keduanya, lalu ia mendatangi sumur itu dan mencabut sebuah batu besar yang menutupi sumur itu, yang mana orang-orang dari penduduk
berkumpul untuk mengangkatnya, lalu Musa meminumkan untuk keduanya satu timba, lalu keduanya memberi minum kambing-kambing mereka, lalu keduanya kembali dengan cepat, dan biasanya keduanya meminumkan dari sisa-sisa air di kolam-kolam. Kemudian Musa berpaling ke bawah naungan sebatang pohon dari jenis samur, lalu ia berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku." Ia berkata: berkata, "Sungguh Musa telah berkata—dan seandainya seseorang mau, niscaya ia dapat melihat warna hijau ususnya karena sangat lapar—ia tidak memohon kepada Allah kecuali sesuap makanan."[30] bin Salm meriwayatkan kepada kami, dari `Anbasah[31], dari Abu Hushain[32], dari , dari tentang firman Allah `Azza wa Jalla, "Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri ", ia berkata: Ia sampai di sumber air itu dan sungguh dapat terlihat warna hijau rerumputan di dalam perutnya karena kurus. Lalu ia berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku", ia berkata: "Kekenyangan."
meriwayatkan kepada kami, ia berkata: HakkamHadits kembali kepada hadits as-Suddi. Maka ketika kedua wanita itu kembali kepada ayah mereka dengan cepat, ayah mereka bertanya kepada mereka, lalu keduanya memberitahukan kabar tentang Musa kepadanya. Maka ia mengutus salah seorang dari keduanya, lalu wanita itu datang kepadanya "berjalan dengan malu-malu, dan ia merasa malu kepadanya. Wanita itu berkata, `Sesungguhnya ayahku memanggilmu untuk memberi balasan sebagai imbalan atas (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami.`" Maka Musa berdiri bersamanya, dan berkata kepadanya, "Berjalanlah," maka wanita itu berjalan di hadapannya, lalu angin menerpanya, lalu Musa melihat pantatnya, maka Musa berkata kepadanya, "Berjalanlah di belakangku dan tunjukkanlah kepadaku jalan jika aku salah jalan." Maka ketika Musa menemui orang tua itu "dan menceritakan kepadanya kisah (mengenai dirinya). Orang tua itu berkata, `Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat dari orang-orang yang zhalim itu.` Salah seorang dari kedua wanita itu berkata,4 `Wahai ayahku, ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil5 untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya."6
Dan dia adalah wanita yang memanggilnya. Orang tua itu berkata, "Kekuatan ini telah engkau lihat ketika ia mencabut batu besar itu, lalu bagaimana dengan amanahnya, apa yang membuatmu tahu tentang hal itu?" Wanita itu berkata, "Sesungguhnya aku berjalan di depannya, tetapi ia tidak sudi untuk berkhianat kepadaku tentang diriku, dan ia memerintahkanku agar berjalan di belakangnya." Orang tua itu berkata kepadanya, "Sesungguhnya aku bermaksud hendak menikahkanmu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, dengan ketentuan bahwa engkau bekerja padaku"—hingga—"yang mana saja di antara kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan", baik delapan tahun atau sepuluh tahun, "dan Allah menjadi saksi atas apa yang kita ucapkan."
berkata, "Wanita yang memanggilnya adalah wanita yang dinikahi oleh Musa." Maka orang tua itu memerintahkan salah seorang dari kedua putrinya untuk membawakan tongkat untuknya, lalu putrinya itu membawakan untuknya sebuah tongkat, dan tongkat itu adalah tongkat yang dititipkan oleh seorang malaikat kepadanya dalam bentuk seorang laki-laki, lalu ia menyerahkannya kepadanya. Maka putri itu masuk dan mengambil tongkat itu, lalu ia membawanya kepada Musa. Maka ketika orang tua itu melihatnya, ia berkata kepadanya, "Bukan, bawakan untuknya tongkat yang lain." Maka ia membuangnya, lalu ia mengambil tongkat yang lain, tetapi yang terambil di tangannya hanyalah tongkat itu. Dan ia terus menerus mengembalikannya, tetapi setiap kali itu pula tidak ada yang keluar di tangannya selain tongkat itu. Maka ketika ia melihat hal itu, ia mengambilnya dan mengeluarkannya bersama Musa. Lalu orang tua itu melakukan penyambutan dan berkata, "Tongkat itu adalah titipan." Maka ia keluar untuk menyambut Musa, dan ketika ia menemuinya, ia berkata, "Berikanlah tongkat itu kepadaku." Musa berkata, "Ini adalah tongkatku." Maka ia menolak untuk memberikannya. Lalu keduanya berselisih, kemudian keduanya bersepakat untuk menjadikan orang pertama yang mereka jumpai sebagai penengah di antara mereka. Maka datanglah kepada mereka seorang malaikat yang sedang berjalan, lalu ia memutuskan perkara di antara mereka, lalu ia berkata, "Letakkanlah tongkat itu di tanah, maka barangsiapa yang dapat mengangkatnya, maka tongkat itu menjadi miliknya."
Maka orang tua itu berusaha mengangkatnya tetapi ia tidak sanggup, dan Musa mengambilnya dengan tangannya lalu mengangkatnya, maka orang tua itu menyerahkan tongkat itu kepadanya. Lalu Musa menggembala untuknya selama sepuluh tahun.
Abdullah bin Abbas berkata, "Musa lebih berhak untuk menepati janji."
Ahmad bin Muhammad ath-Thusi meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Al-Humaidi Abdullah bin az-Zubair meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Sufyan meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Ibrahim bin Yahya bin Abi Ya`qub meriwayatkan kepadaku, dari al-Hakam bin Aban, dari `Ikrimah, dari
, [bahwa Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda: "Aku bertanya kepada , `Manakah di antara kedua waktu yang ditentukan itu yang diselesaikan oleh Musa?` Ia menjawab, `Yang paling sempurna dan paling lengkap di antara keduanya.`"]meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Salamah meriwayatkan kepada kami, dari , dari Hakim bin Jubair, dari , ia berkata: Seorang Yahudi di Kufah berkata kepadaku—dan pada waktu itu aku sedang bersiap-siap untuk haji—: "Sesungguhnya aku melihatmu sebagai seorang laki-laki yang menuntut ilmu, beritahukanlah kepadaku, manakah di antara kedua waktu yang ditentukan itu yang diselesaikan oleh Musa?" Aku berkata, "Aku tidak tahu, tetapi sekarang aku akan menemui pemuka orang Arab—yaitu —maka aku akan bertanya kepadanya tentang hal itu." Maka ketika aku sampai di Makkah, aku bertanya kepada tentang hal itu dan memberitahukan kepadanya tentang perkataan orang Yahudi itu. Maka berkata, "Ia menyelesaikan yang paling lama dan paling baik di antara keduanya, sesungguhnya seorang nabi jika berjanji, maka ia tidak akan mengingkari." Sa`id berkata: "Lalu aku datang ke Irak, lalu aku menemui orang Yahudi itu dan memberitahukan kepadanya, maka ia berkata, `Ia benar, dan tidaklah Allah menurunkan kepada Musa seperti ini, dan Allah Maha Mengetahui.`"
Ibnu Waki` meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Yazid meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Ashbagh bin Zaid mengabarkan kepada kami, dari al-Qasim bin Abi Ayyub, dari
, ia berkata: Seorang laki-laki dari ahli Nasrani bertanya kepadaku, "Manakah di antara kedua waktu yang ditentukan itu yang diselesaikan oleh Musa?" Aku berkata, "Aku tidak tahu"—dan pada waktu itu aku memang tidak tahu—lalu aku menemui , lalu aku menyebutkan kepadanya apa yang ditanyakan oleh orang Nasrani itu kepadaku. Maka ia berkata, "Tidakkah engkau mengetahui bahwa delapan tahun itu wajib atasnya, tidaklah seorang nabi akan mengurangi sedikit pun darinya, dan engkau mengetahui bahwa Allah akan memenuhi janji-Nya kepada Musa, maka sesungguhnya ia menyelesaikan sepuluh tahun."[33] bin al-Hasan meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Al-Husain[34] meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Hajjaj[35] meriwayatkan kepadaku, dari , ia berkata: Wahb bin Sulaiman adz-Dzimari[36] mengabarkan kepadaku, dari Syu`aib al-Jubal[37], ia berkata: Nama kedua wanita itu adalah Liya dan Shafura, dan istri Musa adalah Shafura putri Yatrun, pemuka agama , dan pemuka agama itu adalah seorang yang berilmu.
Abu as-Sa`ib meriwayatkan kepadaku, ia berkata: Abu Mu`awiyah[38] meriwayatkan kepada kami, dari al-A`masy, dari `Amru bin Murrah[39], dari Abu `Ubaidah, ia berkata: Orang yang mempekerjakan Musa adalah Yatrun, saudara paman Syu`aib sang Nabi.
Ibnu Waki` meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Al-A`la` bin Abdul Jabbar [40]meriwayatkan kepada kami, dari Hammad bin Salamah[41], dari Abu Jamrah, dari , ia berkata: Orang yang mempekerjakan Musa namanya adalah Yatsra, pemilik .
Isma`il bin al-Haitsam Abu al-`Aliyah meriwayatkan kepadaku, ia berkata: Abu Qutaibah meriwayatkan kepada kami, dari Hammad bin Salamah, dari Abu Jamrah, dari
, ia berkata: Nama ayah istri Musa adalah Yatsra.Hadits kembali kepada hadits as-Suddi, "Maka tatkala Musa telah menyelesaikan waktu yang ditentukan itu dan ia berjalan dengan keluarganya", maka ia tersesat di jalan. Abdullah bin Abbas berkata: Pada waktu itu musim dingin, dan api diangkat untuknya, maka ketika ia mengira bahwa itu adalah api—padahal itu adalah cahaya Allah—"ia berkata kepada keluarganya, `Tinggallah (di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa suatu berita kepadamu1 darinya,` maka jika aku tidak mendapatkan berita, aku akan membawakan kepadamu sepotong kayu yang menyala darinya, `agar kamu dapat menghangatkan badan`"—ia berkata: Dari dingin—"Tatkala Musa sampai ke (sumber) api itu, diserulah dia dari (arah) pinggir lembah yang sebelah kanan(nya) pada tempat yang diberkahi, dari sebatang pohon kayu"2 "bahwa diberkahi orang yang di dalam api dan orang yang di sekitarnya." Maka ketika Musa mendengar seruan itu, ia merasa takut dan berkata, "Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam." Lalu ia diseru, "Wahai Musa, sesungguhnya Aku adalah Allah, Tuhan semesta alam." "Dan apakah itu yang di tangan kananmu, hai Musa? Ia berkata, `Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku`," ia berkata, "Aku pukul dedaunan dengannya, lalu dedaunan itu berguguran untuk kambing dari pepohonan, "dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya," ia berkata, "Keperluan-keperluan lain, aku membawa bekal dan tempat minum di atasnya." Maka dikatakan kepadanya, "Lemparkanlah ia, hai Musa! Lalu ia melemparkannya, maka tiba-tiba tongkat itu menjadi seekor ular yang merayap." "Tatkala Musa melihatnya bergerak-gerak seolah-olah ia seekor ular yang gesit, larilah ia berbalik ke belakang tanpa menoleh." Ia berkata, "Ia tidak menunggu." Lalu ia diseru, "Hai Musa, janganlah kamu takut. Sesungguhnya orang-orang yang dijadikan rasul, tidak takut di hadapan-Ku." "Kemarilah (hai Musa) dan janganlah kamu takut. Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang aman." "Dan dekapkanlah kedua tanganmu (hai Musa) ke dadamu karena ketakutan, maka yang demikian itu adalah dua mukjizat dari Tuhanmu." Tongkat dan tangan adalah dua mukjizat. Maka itulah saat Musa berdo`a kepada Tuhannya, lalu ia berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah membunuh seorang manusia dari golongan mereka, maka aku takut mereka akan membunuhku. Dan saudaraku Harun, dia lebih fasih lidahnya daripadaku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkanku",3 ia berkata, "Agar ia membenarkanku, "sesungguhnya aku khawatir bahwa mereka akan mendustakanku." Ia berkata, "Dan mereka mempunyai tuntutan pidana terhadapku, maka aku takut mereka akan membunuhku"—yang ia maksud adalah karena telah membunuh—"Allah berfirman, `Kami akan membantumu dengan saudaramu, dan Kami berikan kepadamu berdua kekuasaan yang besar`"—dan kekuasaan yang besar itu adalah hujjah—"maka mereka tidak dapat mencapaimu; (berangkatlah kamu berdua) dengan membawa ayat-ayat Kami, kamu berdua dan orang yang mengikuti kamulah yang menang." "Pergilah kamu berdua kepada Fir`aun dan katakanlah (kepadanya): `Sesungguhnya kami adalah Rasul Tuhan semesta alam.`"
meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Salamah meriwayatkan kepada kami, "Maka tatkala Musa telah menyelesaikan waktu yang ditentukan itu", ia keluar—sebagaimana yang disebutkan kepadaku oleh , dari al-Yamani—sebagaimana yang disebutkan kepadanya—darinya, dan bersamanya ada kambing miliknya, dan bersamanya ada pemantik api dan tongkat di tangannya yang ia gunakan untuk menggembala kambingnya di siang hari, dan jika telah sore, ia menyalakan api dengan pemantik apinya, lalu ia bermalam di dekat api itu bersama keluarganya dan kambingnya. Dan jika telah pagi, ia pergi bersama keluarganya dan kambingnya dengan bertelekan pada tongkatnya. Dan tongkat itu—sebagaimana yang digambarkan kepadaku dari — memiliki dua cabang di kepalanya, dan pengait di ujungnya.
[42] datang ke Makkah dan di sana ada Abdullah bin `Amru bin al-`Ash[43], maka Ka`b berkata, "Bertanyalah kepadanya tentang tiga hal, jika ia memberitahukan kepada kalian, maka ia adalah seorang yang berilmu. Bertanyalah kepadanya tentang sesuatu dari surga yang Allah letakkan untuk manusia di bumi, dan bertanyalah kepadanya, apa yang pertama kali diletakkan di bumi? Dan apa pohon pertama yang ditanam di bumi?" Maka Abdullah ditanya tentang hal itu, lalu ia berkata, "Adapun sesuatu yang Allah letakkan untuk manusia di bumi dari surga, maka itu adalah Hajar Aswad ini. Dan adapun yang pertama kali diletakkan di bumi, maka itu adalah Barhut di Yaman, yang mengembalikan ruh orang-orang kafir. Dan adapun pohon pertama yang Allah tanam di bumi, maka itu adalah pohon `Ausajah yang darinya Musa memotong tongkatnya." Maka ketika hal itu sampai kepada Ka`b, ia berkata, "Orang itu benar, seorang yang berilmu, demi Allah!" Ia berkata: Maka ketika tiba malam yang di dalamnya Allah menghendaki kemuliaan untuk Musa, dan memulainya dengan kenabian dan firman-Nya, Musa tersesat di jalan hingga ia tidak tahu ke mana harus pergi, lalu ia mengeluarkan pemantik apinya untuk menyalakan api bagi keluarganya agar mereka dapat bermalam di dekat api itu hingga pagi, dan mengetahui arah jalannya. Maka pemantik apinya tidak mau menyala dan tidak menghasilkan api untuknya, lalu ia memantiknya hingga ketika ia telah lelah, tiba-tiba api itu menyala dan ia melihatnya, "lalu ia berkata kepada keluarganya, `Tinggallah (di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa suatu berita kepadamu4 darinya atau membawa sepotong kayu yang menyala agar kamu dapat menghangatkan badan,` dengan kayu yang menyala agar kalian dapat menghangatkan badan, dan petunjuk: tentang pengetahuan tentang jalan yang kita sesat dengan penjelasan dari orang yang ahli. Lalu ia keluar menuju api itu, dan ternyata api itu ada di sebatang pohon dari jenis `Ullaiq, dan sebagian ahli kitab berkata, "Di pohon `Ausajah." Maka ketika ia mendekat, api itu menjauh darinya. Maka ketika ia melihat api itu menjauh, ia mundur darinya, dan ia merasa takut terhadapnya. Maka ketika ia hendak kembali, api itu mendekat kepadanya, kemudian ia dipanggil dari pohon itu. Maka ketika ia mendengar suara itu, ia merasa tenang. Dan Allah berfirman, "Wahai Musa, "Lepaskanlah kedua terompahmu, sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci, Thuwa", maka ia melepaskan keduanya. Kemudian Allah berfirman, "Apakah itu yang di tangan kananmu, hai Musa? Ia berkata, `Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan-keperluan yang lain padanya,`5 yaitu manfaat-manfaat lain. "Allah berfirman, `Lemparkanlah ia, hai Musa!` Lalu ia melemparkannya, maka tiba-tiba tongkat itu menjadi seekor ular yang merayap," telah berubah kedua cabangnya menjadi mulutnya dan pengaitnya menjadi jambul baginya, di punggung yang bergetar, ia memiliki taring-taring, maka ia seperti yang Allah kehendaki. Lalu Musa melihat perkara yang mengerikan, maka ia lari berbalik ke belakang tanpa menoleh. Lalu Tuhannya memanggilnya, "Wahai Musa, kemarilah dan janganlah engkau takut, "Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya semula", yaitu keadaannya sebagai tongkat seperti semula." Ia berkata: Maka ketika Musa datang, Allah berfirman, "Ambillah ia dan jangan takut", masukkanlah tanganmu ke dalam mulutnya. Dan Musa memakai jubah dari wol, lalu ia melilitkan tangannya dengan lengan bajunya karena ia takut terhadap ular itu. Lalu ia dipanggil, "Lepaskanlah lengan bajumu dari tanganmu," maka ia melepaskannya, kemudian ia memasukkan tangannya di antara kedua rahang ular itu. Maka ketika ia telah memasukkannya, ia memegangnya, lalu tiba-tiba ular itu menjadi tongkatnya di tangannya, dan tangannya berada di antara kedua cabangnya di tempat yang biasa ia letakkan, dan pengaitnya di tempatnya yang biasa, ia tidak mengingkari sedikit pun darinya. Kemudian dikatakan, "Masukkanlah tanganmu ke dalam sakumu, niscaya ia akan keluar putih (bercahaya) tanpa cacat" yaitu tanpa penyakit kusta—dan Musa `alaihissalam adalah seorang laki-laki yang berkulit sawo matang, berhidung mancung, berambut keriting, dan tinggi—maka ia memasukkan tangannya ke dalam sakunya kemudian ia mengeluarkannya dalam keadaan putih seperti salju, kemudian ia memasukkannya kembali ke dalam sakunya, lalu ia mengeluarkannya seperti keadaannya semula sesuai dengan warna kulitnya. Kemudian Allah berfirman, "Maka itulah dua mukjizat dari Tuhanmu (yang akan kamu hadapkan kepada) Fir`aun dan para pembesarnya. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik. Musa berkata, `Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah membunuh seorang manusia dari golongan mereka, maka aku takut mereka akan membunuhku. Dan saudaraku Harun, dia lebih fasih lidahnya daripadaku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkanku,`6 yaitu agar ia menjelaskan kepada mereka apa yang aku sampaikan kepada mereka, karena sesungguhnya ia memahami dariku apa yang tidak mereka pahami. "Ia berkata, `Kami akan membantumu dengan saudaramu, dan Kami berikan kepadamu berdua kekuasaan yang besar, maka mereka tidak dapat mencapaimu; (berangkatlah kamu berdua) dengan membawa7 ayat-ayat Kami, kamu berdua dan orang yang mengikuti kamulah yang menang."
meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Salamah meriwayatkan kepada kami, dari , dari orang yang terpercaya dari sahabat-sahabatnya, bahwa Ka`b al-AhbarHadits kembali kepada hadits as-Suddi. Maka Musa kembali kepada keluarganya, lalu ia berjalan bersama mereka menuju Mesir hingga ia sampai di sana pada malam hari, lalu ia bertamu kepada ibunya sedangkan ia tidak mengenal mereka. Maka ia mendatangi mereka pada malam hari ketika mereka sedang makan ath-thufaisyil, lalu ia singgah di salah satu sisi rumah. Lalu Harun datang, maka ketika ia melihat tamunya, ia bertanya kepada ibunya tentangnya, lalu ibunya memberitahukan kepadanya bahwa ia adalah seorang tamu. Lalu Harun memanggilnya dan makan bersamanya. Maka ketika keduanya telah duduk, keduanya bercakap-cakap, lalu Harun bertanya kepadanya, "Siapakah engkau?" Ia berkata, "Aku Musa." Maka masing-masing dari keduanya berdiri menemui yang lain lalu berpelukan. Maka ketika keduanya telah saling mengenal, Musa berkata kepadanya, "Wahai Harun, pergilah bersamaku menemui Fir`aun, sesungguhnya Allah telah mengutus kita kepadanya." Harun berkata, "Aku mendengar dan taat." Maka ibu mereka berdiri dan berteriak seraya berkata, "Aku memohon kepada kalian berdua dengan nama Allah, janganlah kalian berdua pergi menemui Fir`aun, nanti ia akan membunuh kalian berdua." Tetapi keduanya menolak, lalu keduanya pergi menemuinya pada malam hari. Lalu keduanya mendatangi pintu istana, lalu keduanya mengetuknya, maka Fir`aun terkejut, dan penjaga pintu pun terkejut. Fir`aun berkata, "Siapakah orang yang mengetuk pintuku pada saat seperti ini?" Lalu penjaga pintu itu melihat mereka berdua, lalu ia berbicara kepada mereka berdua. Maka Musa berkata kepadanya, "Sesungguhnya aku adalah utusan Tuhan semesta alam." Maka penjaga pintu itu terkejut, lalu ia menemui Fir`aun dan memberitahukan kepadanya. Fir`aun berkata, "Sesungguhnya di sini ada orang gila yang mengaku bahwa ia adalah utusan Tuhan semesta alam." Ia berkata, "Masukkanlah dia."
Maka (Musa) masuk, lalu berkata: "Sesungguhnya aku adalah utusan Tuhan semesta alam, agar engkau melepaskan Bani Israil bersamaku." Maka Firaun mengenalinya dan berkata: "Bukankah kami telah mengasuhmu di antara kami sebagai seorang anak kecil, dan engkau telah tinggal di antara kami beberapa tahun dari umurmu, lalu engkau melakukan perbuatanmu yang telah engkau lakukan itu, padahal engkau termasuk orang-orang yang kafir?" (Musa) berkata: "Aku melakukannya ketika itu, dan aku termasuk orang-orang yang sesat. Lalu aku lari dari kalian ketika aku takut kepada kalian, maka Rabbku memberiku ilmu" -dan ilmu itu adalah kenabian- "dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang diutus. Dan itulah nikmat yang engkau limpahkan kepadaku, karena engkau telah memperbudak Bani Israil" dan (engkau) mengasuhku sebelumnya sebagai seorang anak kecil.
Firaun berkata: "Dan siapakah Tuhan semesta alam itu?" "Maka siapakah Tuhan kalian berdua, wahai Musa?" Musa menjawab: "Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk." 1 Ia (Musa) berkata: "(Allah) yang telah memberikan kepada setiap makhluk pasangannya, kemudian memberinya petunjuk untuk (melakukan) perkawinan." Kemudian (Firaun) berkata kepadanya: "Jika engkau memang datang membawa bukti (mukjizat), maka datangkanlah bukti itu jika engkau termasuk orang-orang yang benar." Dan itu setelah (Firaun) mengatakan kepadanya perkataan yang telah Allah sebutkan. Musa berkata: "Meskipun aku datang kepadamu dengan sesuatu yang nyata?" Ia (Firaun) berkata: "Maka datangkanlah jika engkau termasuk orang-orang yang benar."
Lalu Musa melemparkan tongkatnya, maka tiba-tiba tongkat itu menjadi ular yang nyata"—dan tsu`ban adalah ular jantan—dengan membuka mulutnya, meletakkan rahang bawahnya di tanah dan rahang atasnya di atas pagar istana, kemudian ular itu menuju ke arah Fir`aun untuk menerkamnya. Maka ketika Fir`aun melihatnya, ia ketakutan dan melompat, dan ia buang air besar— dan sebelumnya ia tidak pernah buang air besar—dan ia berteriak, "Wahai Musa, tangkaplah ular itu, maka aku akan beriman kepadamu dan aku akan melepaskan Bani Israil bersamamu." Maka Musa menangkapnya, lalu ular itu kembali menjadi tongkat. Kemudian Musa mencabut tangannya dan mengeluarkannya dari sakunya, maka tiba-tiba tangan itu menjadi putih bagi orang-orang yang melihat. Lalu Musa keluar dari sisinya dengan kesepakatan itu, tetapi Fir`aun menolak untuk beriman kepadanya, atau melepaskan Bani Israil bersamanya. Dan ia berkata kepada kaumnya,
"Wahai para pembesar kaumku, aku tidak mengetahui Ilah (sesembahan) bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman[44] untukku tanah liat, kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa."[45] (Surat Al-Qasas ayat 38)
Maka ketika bangunan itu telah selesai dibangun untuknya, ia menaikinya, lalu ia memerintahkan agar anak panah dilemparkan ke arah langit, lalu anak panah itu dikembalikan kepadanya dalam keadaan berlumuran darah. Lalu ia berkata, "Aku telah membunuh Tuhan Musa."
Bisyr bin Mu`adz meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Yazid bin Zurai`[46] meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Sa`id meriwayatkan kepada kami, dari : "maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat", ia berkata: Dialah orang pertama yang memasak batu bata untuk membangun bangunan yang tinggi itu.
Adapun
, maka ia berkata sebagaimana yang diriwayatkan kepada kami oleh , ia berkata: Salamah meriwayatkan kepada kami, dari , ia berkata: Musa keluar ketika Allah `Azza wa Jalla mengutusnya hingga ia sampai di Mesir menemui Fir`aun bersama saudaranya, Harun, hingga keduanya berdiri di pintu Fir`aun meminta izin untuk masuk, dan keduanya berkata, "Sesungguhnya kami adalah dua orang utusan Tuhan semesta alam, maka izinkanlah kami menemui orang ini." Maka keduanya tinggal—sebagaimana yang sampai kepadaku—selama dua tahun, keduanya pergi pagi dan sore hari ke pintunya, tetapi Fir`aun tidak mengetahui keberadaan mereka berdua, dan tidak ada seorang pun yang berani untuk memberitahukan kepadanya tentang keadaan mereka berdua, hingga seorang pemain akrobat miliknya yang biasa menghiburnya dan membuatnya tertawa masuk menemuinya, lalu ia berkata kepadanya, "Wahai raja, sesungguhnya di pintu ada seorang laki-laki yang mengucapkan perkataan yang aneh, ia mengira bahwa ia memiliki tuhan selain engkau." Ia berkata, "Suruh dia masuk." Maka ia masuk dan Harun saudaranya bersamanya, dan di tangannya ada tongkatnya. Maka ketika ia telah berdiri di hadapan Fir`aun, ia berkata kepadanya, "Sesungguhnya aku adalah utusan Tuhan semesta alam." Maka Fir`aun mengenalinya, lalu ia berkata, "Bukankah kami telah mengasuhmu di antara kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu? Dan kamu telah berbuat5 suatu perbuatan yang telah kamu lakukan itu, dan kamu termasuk golongan orang-orang yang tidak6 membalas guna. Musa menjawab, `Aku telah melakukannya, sedang aku di waktu itu termasuk orang-orang yang khilaf,` yaitu suatu kesalahan yang tidak aku sengaja." Kemudian Musa menghadap kepadanya seraya mengingkari apa yang ia sebutkan berupa jasanya kepadanya, lalu ia berkata, "Dan budi yang kamu limpahkan kepadaku itu adalah (disebabkan) kamu telah memperbudak Bani Israil!" Yaitu engkau telah menjadikan mereka sebagai budak-budak, engkau merampas anak-anak mereka dari tangan mereka, lalu engkau memperbudak siapa yang engkau kehendaki, dan membunuh siapa yang engkau kehendaki. Sesungguhnya aku sampai ke rumahmu dan kepadamu hanya karena hal itu. "Fir`aun bertanya, `Siapa Tuhan semesta alam itu?`" Yaitu ia menanyakan sifat Tuhannya yang mengutusnya kepadanya, yaitu siapakah tuhanmu ini! "Musa menjawab, `Tuhan Pencipta langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya (itulah Tuhanmu), jika kamu sekalian (orang-orang) mempercayai-Nya." "Fir`aun berkata kepada orang-orang7 di sekelilingnya, `Apakah kamu tidak mendengarkan?`" Yaitu sebagai pengingkaran terhadap apa yang ia katakan, bahwa tidak ada tuhan baginya selain aku. "Musa berkata, `(Dia-lah) Tuhan kamu dan Tuhan nenek moyang kamu yang dahulu,` yang telah menciptakan nenek moyang kamu yang dahulu dan menjadikan kamu sebagai khalifah dari nenek moyang kamu." Fir`aun berkata, "Sesungguhnya Rasulmu yang diutus kepada kamu sekalian benar-benar orang gila", yaitu ini bukanlah perkataan yang benar karena ia mengira bahwa kalian memiliki tuhan selain aku. "Musa berkata, `(Dia-lah) Tuhan yang menguasai timur dan barat dan apa yang ada di antara keduanya, (Itulah Tuhanmu) jika kamu mempergunakan akal", yaitu Pencipta timur dan barat dan apa yang ada di antara keduanya berupa makhluk jika kalian berakal. "Fir`aun berkata, `Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain aku" untuk beribadah kepada selainku dan meninggalkan ibadah kepadaku, "benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan." Musa berkata, "Apakah (kamu akan melakukan itu) kendatipun aku datangkan kepadamu dengan membawa sesuatu yang nyata?" Yaitu dengan sesuatu yang dengannya engkau mengetahui kejujuranku dan kedustaanmu, serta kebenaranku dan kebatilanmu! "Fir`aun berkata, `Datangkanlah sesuatu yang nyata itu, jika kamu adalah termasuk orang-orang yang benar.` Maka Musa melemparkan tongkatnya,8 lalu tiba-tiba tongkat itu menjadi ular yang nyata",9 dan ular itu memenuhi jarak antara dua sisi tempat duduk Fir`aun, dengan membuka mulutnya, kedua cabang tongkat itu telah berubah menjadi mulutnya dan pengaitnya menjadi jambul baginya, di punggung yang bergetar, ia memiliki taring-taring, maka ia seperti yang Allah kehendaki. Lalu orang-orang lari tunggang langgang darinya, dan Fir`aun turun dari singgasananya seraya memohon kepada Musa dengan nama Tuhannya agar menangkap ular itu.Kemudian Musa memasukkan tangannya ke dalam sakunya lalu mengeluarkannya dalam keadaan putih seperti salju, kemudian ia memasukkannya kembali seperti keadaannya semula. Dan Musa memasukkan tangannya ke dalam sakunya, lalu tongkat itu kembali menjadi tongkat di tangannya, tangannya berada di antara kedua cabangnya, dan pengaitnya di bagian bawahnya seperti semula. Dan Fir`aun buang air besar, dan sebelumnya—sebagaimana yang mereka kira—ia biasa menahan selama lima dan enam hari tanpa mencari tempat buang air—yaitu buang air besar—seperti yang dilakukan oleh manusia, dan itu termasuk hal yang membuatnya berani untuk mengatakan apa yang ia katakan, bahwa ia bukanlah manusia seperti yang lain.
meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Salamah meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Aku diberitahu dari al-Yamani, ia berkata: Maka Musa berjalan selama dua puluh sekian malam, hingga hampir saja nyawanya melayang, kemudian ia bertahan. Lalu ia berkata kepada para pemukanya, "Sesungguhnya orang ini benar-benar ahli sihir yang pandai", yaitu tidak ada ahli sihir yang lebih hebat sihirnya darinya, "ia hendak mengusir kamu dari negerimu dengan sihirnya itu; maka apakah yang kamu anjurkan?" Apakah aku harus membunuhnya? Maka berkatalah seorang mukmin dari keluarga Fir`aun—seorang hamba yang saleh dan namanya—sebagaimana yang mereka kira—adalah Habrak: "Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia menyatakan, `Tuhanku ialah Allah,` padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu" dengan10 tongkat dan tangannya! Kemudian ia menakut-nakuti mereka dengan hukuman Allah dan memperingatkan mereka tentang apa yang telah menimpa umat-umat sebelum mereka, dan ia berkata: "Wahai kaumku, untukmulah kerajaan pada hari ini dengan berkuasa di muka bumi. Maka siapakah yang akan menolong kita dari azab Allah, jika azab itu menimpa kita?" Fir`aun berkata, `Aku tidak mengemukakan kepadamu, melainkan apa yang aku pandang baik; dan aku tiada menunjukkan kepadamu selain jalan yang11 lurus.`" Dan berkatalah para pemuka dari kaumnya— dan mereka telah dibuat lemah dari kekuasaan Allah apa yang telah membuat mereka lemah—: "Tundalah (urusan) dia dan saudaranya dan kirimkanlah ke seluruh negeri orang-orang yang akan mengumpulkan (ahli sihir), niscaya mereka akan mendatangkan semua ahli12 sihir yang pandai kepadamu*",13 yaitu kalahkanlah dia dengan para ahli sihir, semoga engkau menemukan di antara para ahli sihir itu orang yang datang membawa seperti apa yang ia bawa. Dan Musa serta Harun telah keluar dari sisinya ketika ia memperlihatkan kepada mereka dari kekuasaan Allah apa yang telah ia perlihatkan kepada mereka, dan sebagai gantinya Fir`aun mengutus utusan ke seluruh wilayah kerajaannya, maka ia tidak meninggalkan seorang ahli sihir pun di dalam kekuasaannya kecuali ia didatangkan kepadanya. Maka—sebagaimana yang disebutkan kepadaku, wallahu a`lam—ia mengumpulkan untuknya lima belas ribu ahli sihir, maka ketika mereka telah berkumpul di hadapannya, ia menyampaikan perintahnya kepada mereka, lalu ia berkata kepada mereka: "Telah datang kepada kita seorang ahli sihir yang belum pernah kita lihat sebelumnya, dan sesungguhnya kalian jika kalian mengalahkannya, aku akan memuliakan kalian, mengutamakan kalian, dan mendekatkan kalian kepada ahli kerajaanku." Mereka berkata, "Apakah kami akan mendapatkan hal itu darimu jika kami mengalahkannya?" Ia berkata, "Ya." Mereka berkata, "Maka tetapkanlah untuk kami suatu waktu yang mana kami dan dia akan berkumpul." Dan pemimpin para ahli sihir yang dikumpulkan oleh Fir`aun untuk Musa adalah: Satur, `Adur, Hathath, dan Mushaffa, empat orang, dan merekalah yang beriman ketika mereka melihat apa yang mereka lihat dari kekuasaan Allah. Maka para ahli sihir itu semuanya beriman dan berkata kepada Fir`aun ketika ia mengancam mereka dengan pembunuhan dan penyaliban: "Kami sekali-kali tidak akan mengutamakan kamu daripada bukti-bukti nyata yang telah datang kepada kami dan daripada Tuhan Yang telah menciptakan kami; maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan."14 Maka Fir`aun mengutus utusan kepada Musa, "Tetapkanlah antara kami dan kamu waktu (pertemuan) yang kami tidak akan menyalahinya dan tidak (pula) kamu, di suatu tempat yang pertengahan (letaknya). Musa berkata, `Waktu (pertemuan) dengan kamu itu ialah di hari raya,` yaitu hari raya yang mana Fir`aun biasa keluar kepadanya, `dan hendaklah dikumpulkan manusia pada waktu matahari sepenggalah naik,` agar mereka menghadiri perkaraku dan perkaramu." Maka Fir`aun mengumpulkan manusia untuk pertemuan itu, kemudian ia memerintahkan para ahli sihir seraya berkata, "Datanglah kamu dengan berbaris, dan sungguh beruntung orang yang menang pada hari ini." Yaitu sungguh beruntung orang yang menang pada hari ini atas lawannya. Maka berbarislah lima belas ribu ahli sihir, bersama setiap ahli sihir tali-tali dan tongkat-tongkat mereka. Dan Musa keluar bersama saudaranya seraya bertelekan pada tongkatnya, hingga ia sampai di tempat pertemuan itu, dan Fir`aun di singgasananya bersama para pembesar kerajaan, dan orang-orang telah berkerumun untuknya. Maka Musa berkata kepada para ahli sihir ketika ia mendatangi mereka, "Celakalah kamu, janganlah kamu mengada-adakan kedustaan terhadap Allah, maka Dia membinasakan kamu dengan siksa. Dan sesungguhnya telah merugi orang yang mengada-adakan kedustaan."15 Maka para ahli sihir itu saling berdebat di antara mereka, dan sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lain, "Ini bukanlah perkataan seorang ahli sihir." Kemudian mereka berkata dan sebagian dari mereka memberi isyarat kepada sebagian yang lain dengan berbisik-bisik, "Sesungguhnya dua orang ini adalah benar-benar ahli sihir yang hendak mengusir kamu dari negeri kamu dengan sihirnya itu, dan hendak melenyapkan kedudukan kamu yang utama." Kemudian mereka berkata, "Hai Musa, apakah kamu yang melemparkan dahulu, ataukah kami yang menjadi orang yang mula-mula melemparkan? Musa berkata, `Silakan kamu sekalian melemparkan.` Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka, terbayang16 kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat lantaran sihir mereka." Maka17 yang pertama kali mereka sihir dengan sihir mereka adalah mata Musa dan mata Fir`aun, kemudian mata orang-orang setelah itu. Kemudian setiap orang dari mereka melemparkan apa yang ada di tangannya berupa tongkat dan tali, maka tiba-tiba itu menjadi ular-ular yang besarnya seperti gunung-gunung, memenuhi lembah, sebagian dari mereka menaiki sebagian yang lain. "Maka Musa merasa takut dalam hatinya." Dan ia berkata, "Demi Allah, itu adalah tongkat-tongkat di tangan mereka, dan sungguh itu telah berubah menjadi ular-ular, dan tongkatku ini tidak akan mengalahkan ini"—atau sebagaimana yang ia katakan dalam hatinya—maka Allah mewahyukan kepadanya, "Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu itu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang."18 Dan Allah menghilangkan rasa takut dari Musa. Maka ia melemparkan tongkatnya dari tangannya, lalu tongkat itu menelan apa yang mereka lemparkan berupa tali-tali dan tongkat-tongkat mereka—dan itu adalah ular-ular di mata Fir`aun dan mata orang-orang yang merayap—maka tongkat itu mulai menelannya, menelan seekor ular demi seekor ular, hingga tidak terlihat di lembah itu sedikit pun dan tidak pula banyak dari apa yang mereka lemparkan. Kemudian Musa mengambilnya, maka tiba-tiba tongkat itu kembali menjadi tongkatnya di tangannya seperti semula. Dan para ahli sihir itu tersungkur seraya bersujud, "Mereka berkata, `Kami beriman kepada Tuhannya Harun dan Musa.`" Seandainya ini adalah sihir, niscaya ia tidak akan mengalahkan kami. Fir`aun berkata kepada mereka—dan ia merasa sedih dan melihat kekalahan yang nyata—: "Apakah kamu telah beriman kepadanya (Musa) sebelum aku memberi izin kepadamu? Sesungguhnya dia adalah pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu sekalian." Yaitu pemimpin para ahli sihir yang mengajari kalian. "Maka sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kaki kamu dengan bersilang secara timbal balik,"—hingga firman-Nya—"maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan." Yaitu kami tidak akan mengutamakanmu atas Allah dan atas bukti-bukti nyata yang telah datang kepada kami bersama nabi-Nya, maka putuskanlah apa yang hendak engkau putuskan, yaitu lakukanlah apa yang tampak bagimu, "Sesungguhnya kamu hanya akan menghukum dalam kehidupan di dunia ini" yang engkau tidak memiliki kekuasaan kecuali di dalamnya, kemudian engkau tidak memiliki kekuasaan setelahnya, "Sesungguhnya kami telah beriman kepada Tuhan kami, agar Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang telah kamu paksakan kepada kami melakukannya. Dan Allah lebih baik (pahala-Nya) dan lebih kekal (azab-Nya)."19 Yaitu lebih baik pahalanya daripada engkau, dan lebih kekal azabnya. Maka kembalilah musuh Allah dalam keadaan terkalahkan dan terlaknat. Kemudian ia tetap bersikeras atas kekafiran, dan terus menerus dalam kejahatan, maka Allah menimpakan kepadanya ayat-ayat secara beruntun, dan menghukumnya dengan tahun-tahun paceklik, lalu Allah mengirimkan kepadanya ath-thufan.
Hadits kembali kepada hadits as-Suddi. Adapun as-Suddi, maka ia berkata dalam beritanya: Disebutkan bahwa ayat-ayat yang dengannya Allah menguji kaum Fir`aun terjadi sebelum bertemunya Musa dan para ahli sihir. Ia berkata: Ketika anak panah itu kembali kepadanya dalam keadaan berlumuran darah, ia berkata, "Kita telah membunuh Tuhan Musa." Kemudian Allah mengirimkan kepada mereka ath-thufan—yaitu hujan—lalu menenggelamkan segala sesuatu milik mereka, maka mereka berkata, "Wahai Musa, berdoalah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menyingkapkannya dari kami, dan kami akan beriman kepadamu dan akan melepaskan Bani Israil bersamamu." Maka Allah menyingkapkannya dari mereka, dan tanaman-tanaman mereka tumbuh, lalu mereka berkata, "Kami tidak senang jika kami tidak diberi hujan." Maka Allah mengirimkan kepada mereka belalang, lalu belalang itu memakan hasil pertanian mereka. Maka mereka memohon kepada Musa agar ia berdoa kepada Tuhannya agar Dia menyingkapkannya dan mereka akan beriman kepadanya, maka Musa berdoa, lalu Allah menyingkapkannya. Dan telah tersisa dari tanaman-tanaman mereka sisa-sisa, lalu mereka berkata, "Kami tidak akan beriman, padahal masih tersisa bagi kami dari tanaman-tanaman kami sisa-sisa." Maka Allah mengirimkan kepada mereka ad-daba— yaitu kutu—lalu kutu itu melahap seluruh tanah, dan kutu itu masuk di antara pakaian salah seorang dari mereka dan kulitnya lalu menggigitnya, dan salah seorang dari mereka memakan makanan lalu makanannya itu dipenuhi oleh ad-daba hingga salah seorang dari mereka membangun tiang dengan plester dan batu bata, lalu ia melicinkannya agar tidak ada sesuatu pun dari lalat yang naik ke atasnya, kemudian ia mengangkat makanan ke atasnya, maka jika ia naik untuk memakannya, ia mendapatinya telah dipenuhi oleh ad-daba. Maka tidak ada cobaan yang menimpa mereka yang lebih berat bagi mereka daripada ad-daba, dan itu adalah ar-rijz yang Allah sebutkan di dalam Al-Qur`an bahwa itu menimpa mereka. Lalu mereka memohon kepada Musa agar ia berdoa kepada Tuhannya agar Dia menyingkapkannya dari mereka dan mereka akan beriman kepadanya, maka ketika Allah telah menyingkapkannya dari mereka, mereka menolak untuk beriman. Maka Allah mengirimkan kepada mereka darah, maka orang Israil datang bersama orang Qibthi lalu keduanya mengambil air dari satu sumber, maka air orang Qibthi ini keluar berupa darah, dan air orang Israil itu keluar berupa air. Maka ketika hal itu semakin berat bagi mereka, mereka memohon kepada Musa agar ia menyingkapkannya dan mereka akan beriman kepadanya, maka Musa menyingkapkan hal itu dari mereka, tetapi mereka menolak untuk beriman. Maka itulah saat Allah berfirman, "Maka Kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah1 kaum yang berdosa." Dan itu adalah saat ia berfirman, "Dan sungguh Kami telah menghukum (Fir`aun dan) kaumnya dengan (mendatangkan) musim kemarau yang panjang"—yaitu kelaparan—"dan kekurangan buah-buahan, supaya mereka mengambil pelajaran." Kemudian Allah `Azza wa Jalla mewahyukan kepada Musa dan Harun agar "berkata lembut kepadanya, mudah-mudahan ia ingat atau takut." Maka keduanya datang kepadanya, lalu Musa berkata kepadanya, "Apakah engkau mau, wahai Fir`aun, aku memberimu kemudaan dan engkau tidak akan tua, dan kerajaanmu tidak akan direnggut darimu, dan mengembalikan kepadamu kenikmatan hubungan intim, minuman, dan kendaraan, lalu jika engkau mati, engkau masuk surga? Engkau beriman kepadaku!" Maka kata-kata ini, dan itu adalah perkataan yang lembut, masuk ke dalam hatinya. Lalu ia berkata, "Tunggu sebentar hingga Haman datang." Maka ketika Haman datang, ia berkata kepadanya, "Tahukah engkau bahwa orang itu telah datang kepadaku?" Ia berkata, "Siapakah dia?"—dan sebelumnya ia hanya menamakannya dengan sebutan ahli sihir, maka ketika itu ia tidak menamakannya dengan sebutan ahli sihir—Fir`aun berkata, "Musa." Ia berkata, "Dan apa yang ia katakan kepadamu?" Ia berkata, "Ia berkata kepadaku begini dan begini." Haman berkata, "Dan apa yang engkau jawab kepadanya?" Ia berkata, "Aku berkata, `Tunggu hingga Haman datang lalu aku bermusyawarah dengannya.`" Maka Haman melemahkannya dan berkata, "Sungguh aku telah mengira bahwa engkau lebih baik daripada ini, engkau menjadi hamba yang disembah setelah engkau adalah tuhan yang disembah!" Maka itulah saat ia keluar menemui mereka, lalu ia berkata kepada kaumnya dan mengumpulkan mereka, lalu ia berkata, "Akulah tuhanmu yang paling tinggi." Dan jarak antara perkataannya, "Aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku" dan perkataannya, "Akulah tuhanmu yang paling tinggi" adalah empat puluh tahun. Dan ia berkata kepada kaumnya, "Orang ini hanyalah seorang ahli sihir yang pandai, yang hendak mengusir kamu dari negerimu dengan sihirnya; maka apakah yang kamu anjurkan? Mereka menjawab, `Tundalah (urusan) dia dan saudaranya dan kirimkanlah ke seluruh negeri orang-orang yang akan mengumpulkan2 (ahli sihir), niscaya mereka akan mendatangkan semua ahli sihir yang pandai kepadamu."3 Fir`aun berkata, "Apakah kamu datang kepada kami untuk mengusir kami dari negeri kami dengan sihirmu, hai Musa? Dan kamipun pasti akan mendatangkan (pula) kepadamu sihir semacam itu, maka buatlah suatu waktu untuk pertemuan antara4 kami dan kamu, yang kami tidak akan menyalahinya dan tidak (pula) kamu, di suatu tempat yang pertengahan (letaknya)."—ia5 berkata: Yang adil—Musa berkata, "Waktu (pertemuan) dengan kamu itu ialah di hari raya dan hendaklah dikumpulkan manusia pada waktu matahari sepenggalah naik"—dan itu adalah hari raya bagi mereka—"Maka Fir`aun meninggalkan (tempat itu), lalu ia mengatur tipu dayanya, kemudian dia datang." Dan Fir`aun mengutus ke seluruh negeri orang-orang yang akan mengumpulkan, lalu mereka mengumpulkan ahli-ahli sihir untuknya, dan mereka mengumpulkan manusia untuk menyaksikan, ia berkata, "Apakah kamu sekalian berkumpul? Supaya kita mengikuti ahli-ahli sihir itu, jika mereka yang menang"—hingga firman-Nya—"Apakah sesungguhnya kami akan diberi upah, jika kamilah yang menang?"—ia berkata: Pemberian yang akan engkau berikan kepada kami—"Ia menjawab, `Ya, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepadaku)." Musa berkata kepada mereka, "Celakalah kamu, janganlah kamu mengada-adakan kedustaan terhadap Allah, maka Dia membinasakan kamu dengan6 siksa", ia berkata: Membinasakan kalian dengan siksa, "Maka mereka berbantah-bantahan tentang urusan mereka di antara mereka, dan mereka merahasiakan percakapan (bisik-bisik) itu" tanpa Musa dan Harun, dan mereka berkata dalam bisik-bisik mereka, "Sesungguhnya dua orang ini adalah benar-benar ahli sihir yang hendak mengusir kamu dari negeri kamu dengan sihirnya itu, dan hendak melenyapkan kedudukan kamu yang utama", ia berkata: Melenyapkan para pembesar kaum kalian.
Lalu Musa dan pemimpin para ahli sihir itu bertemu, lalu Musa berkata kepadanya, "Bagaimana pendapatmu, jika aku mengalahkanmu, apakah engkau akan beriman kepadaku dan bersaksi bahwa apa yang aku bawa adalah kebenaran?" Ia berkata, "Ya." Ahli sihir itu berkata, "Aku akan datang besok dengan sihir yang tidak dapat dikalahkan oleh sihir, maka demi Allah, jika engkau mengalahkanku, aku akan beriman kepadamu, dan aku akan bersaksi bahwa engkau berada di atas kebenaran"— dan Fir`aun menyaksikan keduanya—dan itulah perkataan Fir`aun, "Sesungguhnya (perbuatan) ini adalah suatu muslihat yang telah kamu rencanakan di dalam kota ini", ketika kalian berdua bertemu untuk bersekongkol, "untuk mengeluarkan penduduknya dari negeri mereka." Lalu mereka berkata, "Hai Musa, apakah kamu yang melemparkan dahulu, ataukah kami yang menjadi orang yang mula-mula melemparkan?" Musa berkata kepada mereka, "Lemparkanlah," lalu mereka melemparkan tali-tali dan tongkat-tongkat mereka—dan jumlah mereka adalah tiga puluh ribu orang lebih sedikit, tidak ada seorang pun dari mereka kecuali bersamanya ada tali dan tongkat—"Maka tatkala mereka melemparkan, mereka menyulap mata orang dan menjadikan orang banyak itu takut." Ia berkata: Menakut-nakuti mereka.
"Maka Musa merasa takut dalam hatinya." Maka Allah mewahyukan kepadanya, "Janganlah takut, "Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu itu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat." Maka Musa melemparkan tongkatnya, lalu tongkat itu memakan setiap ular yang mereka miliki. Maka ketika mereka melihat hal itu, mereka bersujud, dan mereka berkata, "Kami beriman kepada Tuhan semesta alam, (yaitu) Tuhannya Musa dan Harun." Fir`aun berkata, "Maka sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kaki kamu dengan bersilang secara timbal balik, dan sesungguhnya aku akan menyalib7 kamu sekalian pada pangkal pohon kurma." Maka ia membunuh dan memotong mereka—sebagaimana yang dikatakan oleh Abdullah bin Abbas—ketika mereka berkata, "Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu)." Ia berkata: Mereka pada permulaan siang hari adalah para ahli sihir, dan pada akhir siang hari adalah para syuhada`. Kemudian Musa menghadap kepada Bani Israil, lalu kaumnya berkata kepadanya, "Apakah (kamu menyuruh kami berperang) sedang Fir`aun dan kaumnya yang berkuasa di negeri ini, dan ia meninggalkanmu dan tuhan-tuhanmu?" Dan tuhan-tuhannya—sebagaimana yang dikira oleh
—adalah sapi-sapi betina, mereka jika melihat sapi betina yang bagus, ia memerintahkan mereka agar menyembahnya, maka oleh karena itu ia mengeluarkan untuk mereka anak sapi betina.Kemudian Allah Ta`ala memerintahkan Musa untuk keluar membawa Bani Israil, lalu ia berfirman, "Pergilah di malam hari dengan membawa hamba-hamba-Ku (Bani Israil), karena sesungguhnya kamu sekalian akan dikejar." Maka Musa memerintahkan Bani Israil untuk keluar, dan memerintahkan mereka agar meminjam perhiasan dari orang-orang Qibthi, dan memerintahkan agar tidak ada seorang pun yang memanggil temannya, dan agar mereka menyalakan pelita di rumah-rumah mereka hingga pagi, dan bahwa siapa pun yang keluar jika Musa berkata, "Amru," dan memerintahkan siapa pun yang keluar untuk melumuri pintunya dengan telapak tangan yang berlumuran darah agar diketahui bahwa ia telah keluar. Dan sesungguhnya Allah mengeluarkan setiap anak zina pada orang-orang Qibthi dari Bani Israil kepada Bani Israil, dan mengeluarkan setiap anak zina pada Bani Israil dari orang-orang Qibthi kepada orang-orang Qibthi, hingga mereka mendatangi ayah-ayah mereka.
Kemudian Musa keluar membawa Bani Israil pada malam hari, sedangkan orang-orang Qibthi tidak mengetahui. Dan mereka telah berdo`a sebelumnya terhadap orang-orang Qibthi, maka Musa berkata, "Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir`aun dan para pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia"8 hingga firman-Nya, "sehingga mereka melihat azab yang pedih." Maka Allah berfirman, "Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kamu berdua." Maka as-Suddi mengira bahwa Musa-lah yang berdo`a dan Harun yang mengamini, maka itulah saat Allah berfirman, "Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kamu berdua."
Dan firman-Nya, "Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka", maka disebutkan bahwa kebinasaan harta benda itu adalah Dia menjadikan dirham-dirham dan dinar-dinar mereka menjadi batu. Kemudian Dia berfirman kepada keduanya, "Tetaplah kamu berdua pada jalan yang lurus." Maka keduanya keluar bersama kaum mereka, dan kematian ditimpakan kepada orang-orang Qibthi, maka matilah setiap anak sulung laki-laki. Maka pada pagi harinya mereka sibuk menguburkan anak-anak mereka, maka hal itu menyibukkan mereka dari mengejar Musa dan kaumnya hingga matahari terbit. Maka itulah saat Allah berfirman, "Maka Fir`aun dan bala tentaranya dapat menyusuli mereka di waktu matahari terbit."
Dan Musa berada di barisan belakang Bani Israil, dan Harun berada di depan mereka memimpin mereka. Maka orang yang beriman itu berkata kepada Musa, "Wahai Nabi Allah, ke mana engkau diperintahkan?" Ia berkata, "Ke laut." Maka orang itu hendak menerobos masuk ke dalam laut, tetapi Musa mencegahnya. Dan Musa keluar membawa enam ratus ribu dua puluh ribu prajurit, mereka tidak menghitung anak yang berusia di bawah dua puluh tahun karena masih kecil dan tidak pula orang yang berusia di atas enam puluh tahun karena sudah tua, dan mereka hanya menghitung apa yang ada di antara itu selain anak-anak. Dan Fir`aun mengejar mereka, dan di barisan depannya ada Haman, bersama seribu ribu tujuh ratus ribu kuda jantan, tidak ada di antara kuda-kuda itu yang betina. Dan itulah saat Allah berfirman, "Kemudian Fir`aun mengirimkan orang yang mengumpulkan (tentaranya) ke kota-kota. Sesungguhnya mereka (Bani Israil) benar-benar golongan kecil,"—yaitu Bani Israil—"dan sesungguhnya mereka membuat hal-hal yang menimbulkan amarah kita, dan sesungguhnya kita benar-benar golongan yang selalu berjaga-jaga."9 Ia berkata, "Kami telah berjaga-jaga, maka kami telah menyatukan urusan kami." "Maka ketika kedua golongan itu saling melihat", maka Bani Israil melihat kepada Fir`aun yang telah mengejar mereka, mereka berkata, "Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul." Mereka berkata, "Wahai Musa, kami disakiti sebelum engkau datang kepada kami"— mereka menyembelih anak-anak laki-laki kami, dan membiarkan hidup wanita-wanita kami—"dan setelah engkau datang kepada kami, hari ini Fir`aun akan menyusul kita dan membunuh kita! Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul, laut di depan kita dan Fir`aun di belakang kita." Musa berkata, "Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku", ia berkata: "Dia akan mencukupiku." "Ia berkata, `Mudah-mudahan Allah membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu khalifah di bumi-(Nya), maka Dia akan melihat bagaimana perbuatanmu." Maka Harun maju lalu memukul laut itu, tetapi laut itu menolak untuk terbelah, dan berkata, "Siapakah orang sombong ini yang memukulku!" Hingga Musa datang lalu memanggilnya dengan nama panggilannya, "Wahai Abu Khalid," dan memukulnya, "maka terbelahlah lautan itu, dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar", ia berkata: Seperti gunung yang besar. Maka masuklah Bani Israil, dan di dalam laut itu ada dua belas jalan, di setiap jalan ada satu suku, dan seolah-olah jalan-jalan itu ketika terbelah menjadi tembok-tembok. Maka setiap suku berkata, "Sungguh teman-teman kita telah terbunuh." Maka ketika Musa melihat hal itu, ia berdo`a kepada Allah, lalu Allah menjadikannya untuk mereka seperti terowongan-terowongan yang berbentuk seperti lengkungan-lengkungan, lalu sebagian dari mereka dapat melihat sebagian yang lain, hingga mereka semua keluar. Kemudian Fir`aun dan para pengikutnya mendekat, maka ketika Fir`aun melihat laut itu terbelah, ia berkata, "Tidakkah kalian melihat laut ini takut kepadaku, dan ia telah terbuka untukku hingga aku dapat menyusul musuh-musuhku dan membunuh mereka!" Maka itulah firman Allah, "Dan Kami dekatkan golongan yang lain itu ke tempat itu", ia berkata: Kami mendekatkan golongan yang lain itu, mereka adalah keluarga Fir`aun.
Maka ketika Fir`aun berdiri di mulut jalan-jalan itu, kuda-kuda mereka menolak untuk menerobos masuk. Lalu
turun menunggangi kuda betina, lalu kuda-kuda jantan mencium bau kuda betina itu, lalu mereka menerobos masuk mengikuti , dan mereka mengikuti Fir`aun. Dan Mikail berada di atas kuda di belakang kaum itu, menyemangati mereka seraya berkata, "Susullah pemimpin kalian." Hingga ketika telah keluar dari laut dan tidak ada seorang pun yang tertinggal di depannya, dan Mikail berdiri di sisi yang lain dan tidak ada seorang pun yang tertinggal di belakangnya, maka laut itu menimpa mereka, dan sendirian bersama Fir`aun dengan miqlah dari miql laut, lalu ia mulai memasukkannya ke dalam mulut Fir`aun. Maka Fir`aun berkata ketika ia ditimpa oleh bencana itu, "Aku percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan aku termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)."1 Maka Allah mengutus Mikail kepadanya untuk mencelanya, ia berkata, "Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan."2 berkata, "Wahai Muhammad, aku tidak pernah membenci seorang pun dari makhluk sebagaimana aku membenci dua orang laki-laki: Adapun salah satunya dari kalangan jin, yaitu Iblis ketika ia menolak untuk bersujud kepada Adam, dan adapun yang lain, maka ia adalah Fir`aun ketika ia berkata, `Akulah tuhanmu yang paling tinggi`, dan seandainya engkau melihatku, wahai Muhammad, ketika aku mengambil miql laut lalu aku memasukkannya ke dalam mulut Fir`aun karena aku takut ia akan mengucapkan kalimat yang dengannya Allah akan merahmatinya!" Dan Bani Israil berkata, "Fir`aun tidak tenggelam, sekarang ia akan menyusul kita dan membunuh kita." Maka Musa berdo`a kepada Allah, lalu Allah mengeluarkan Fir`aun bersama enam ratus ribu dua puluh ribu orang, mereka memakai baju besi, lalu Bani Israil mengambilnya dan mempermainkannya. Dan itulah firman Allah kepada Fir`aun, "Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu",3 ia berkata: Bagi Bani Israil sebagai pelajaran. Maka ketika mereka hendak berjalan, mereka ditimpa at-tih (kesesatan), lalu mereka tidak tahu ke mana harus pergi. Maka Musa memanggil para pemuka Bani Israil dan bertanya kepada mereka, "Ada apa dengan kita?" Mereka berkata kepadanya, "Sesungguhnya Yusuf ketika ia meninggal di Mesir, ia mengambil perjanjian dari saudara-saudaranya agar kalian tidak keluar dari Mesir hingga kalian mengeluarkanku bersama kalian, maka itulah penyebab kesesatan ini." Maka Musa bertanya kepada mereka, "Di manakah letak kuburnya?" Tetapi mereka tidak mengetahuinya. Maka Musa berdiri seraya berseru, "Aku memohon kepada Allah, setiap orang yang mengetahui di mana letak kubur Yusuf, hendaklah ia memberitahukan kepadaku tentangnya, dan barangsiapa yang tidak mengetahuinya, maka hendaklah telinganya tuli dari perkataanku!" Dan Musa lewat di antara dua orang laki-laki seraya berseru, tetapi keduanya tidak mendengar suaranya, hingga seruannya itu didengar oleh seorang wanita tua dari mereka, lalu wanita tua itu berkata, "Bagaimana pendapatmu, jika aku menunjukkan kepadamu kuburnya, apakah engkau akan memberiku semua yang aku minta kepadamu?" Musa menolaknya dan berkata, "Aku akan bertanya kepada Tuhanku," maka Allah `Azza wa Jalla memerintahkannya untuk memberinya. Lalu Musa menemuinya dan memberinya, lalu wanita tua itu berkata, "Sesungguhnya aku ingin agar aku tidak menempati sebuah kamar pun di surga kecuali aku menempatinya bersamamu." Musa berkata, "Ya." Wanita tua itu berkata, "Sesungguhnya aku adalah seorang wanita tua yang tidak mampu berjalan, maka gendonglah aku." Lalu Musa menggendongnya. Maka ketika ia telah dekat dengan sungai Nil, wanita tua itu berkata, "Sesungguhnya kubur Yusuf ada di dalam air, maka berdoalah kepada Allah agar Dia mengeringkan airnya." Maka Musa berdoa kepada Allah, lalu air itu mengering dari kubur Yusuf. Wanita tua itu berkata, "Galilah," maka Musa menggali dan mengeluarkan tulang-belulangnya, lalu jalan terbuka bagi mereka, dan mereka pun berjalan. "Kemudian mereka mendatangi suatu kaum yang tekun menyembah berhala mereka. Bani Israil berkata, `Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala).` Musa menjawab, `Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan).`4 Sesungguhnya mereka itu akan dihancurkan kepercayaan yang dianutnya"—ia5 berkata: Akan dibinasakan apa yang mereka anut itu—"dan akan batal apa yang selalu mereka kerjakan." Adapun , maka ia berkata—sebagaimana yang diriwayatkan kepada kami oleh , ia berkata: Salamah meriwayatkan kepada kami, darinya—maka Allah menimpakan kepadanya ayat-ayat secara beruntun—yaitu kepada Fir`aun—dan menghukumnya dengan tahun-tahun paceklik ketika ia menolak untuk beriman setelah perkaranya dan perkara para ahli sihir itu terjadi. Maka Allah mengirimkan kepadanya ath-thufan, kemudian belalang, kemudian kutu, kemudian katak, kemudian darah sebagai bukti yang jelas, yaitu ayat demi ayat, sebagian dari mereka mengikuti sebagian yang lain. Maka Allah mengirimkan ath-thufan, yaitu air, lalu air itu meluap di atas muka bumi kemudian menggenang, mereka tidak dapat menggarap tanah, dan tidak dapat melakukan apa pun, hingga mereka kelaparan. Maka ketika hal itu menimpa mereka, mereka berkata, "Wahai Musa, berdoalah kepada Tuhanmu untuk kami, "jika Engkau dapat menyingkapkan azab itu dari kami, pasti kami akan beriman kepadamu dan akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu." Maka Musa berdoa kepada Tuhannya, lalu Dia menyingkapkannya dari mereka, tetapi mereka tidak menepati sedikit pun dari apa yang mereka katakan. Maka Allah mengirimkan kepada mereka belalang, lalu belalang itu memakan pepohonan—sebagaimana yang sampai kepadaku—hingga belalang itu memakan paku-paku pintu yang terbuat dari besi hingga rumah-rumah dan tempat tinggal mereka runtuh. Lalu mereka berkata seperti apa yang telah mereka katakan, lalu Musa berdoa kepada Tuhannya, lalu Dia menyingkapkannya dari mereka, tetapi mereka tidak menepati sedikit pun dari apa yang telah mereka katakan. Maka Allah mengirimkan kepada mereka kutu, maka disebutkan kepadaku bahwa Musa diperintahkan untuk pergi ke sebuah bukit pasir lalu memukulnya dengan tongkatnya, maka ia pergi ke sebuah bukit pasir yang sangat besar lalu memukulnya, maka kutu-kutu itu berhamburan menimpa mereka hingga memenuhi rumah-rumah, makanan-makanan, dan menghalangi mereka dari tidur dan menetap. Maka ketika hal itu menyusahkan mereka, mereka berkata kepadanya seperti apa yang telah mereka katakan, lalu ia berdoa kepada Tuhannya, lalu Dia menyingkapkannya dari mereka, tetapi mereka tidak menepati sedikit pun dari apa yang telah mereka katakan. Maka Allah mengirimkan kepada mereka katak-katak, lalu katak-katak itu memenuhi rumah-rumah, makanan-makanan, dan bejana-bejana, tidaklah seseorang dari mereka membuka pakaian, makanan, atau bejana kecuali ia mendapati di dalamnya katak-katak yang telah mengalahkannya. Maka ketika hal itu menyusahkan mereka, mereka berkata kepadanya seperti apa yang telah mereka katakan, lalu ia berdoa kepada Tuhannya, lalu Dia menyingkapkannya dari mereka, tetapi mereka tidak menepati sedikit pun dari apa yang telah mereka katakan. Maka Allah mengirimkan kepada mereka darah, maka air-air keluarga Fir`aun berubah menjadi darah, mereka tidak menimba air dari sumur atau sungai, dan tidak mengambil air dari bejana kecuali air itu berubah menjadi darah kental.[47] bahwa ia menceritakan bahwa seorang wanita dari keluarga Fir`aun datang kepada seorang wanita dari Bani Israil ketika mereka kehausan, lalu ia berkata, "Berilah aku minum dari airmu," lalu wanita Bani Israil itu mengambil air dari kendi miliknya atau menuangkan untuknya dari geribahnya, lalu air itu berubah di dalam bejana menjadi darah, hingga wanita itu berkata kepadanya, "Masukkanlah air itu ke dalam mulutmu, lalu tuangkanlah ke dalam mulutku," lalu wanita Bani Israil itu mengambil air itu ke dalam mulutnya, tetapi ketika ia menuangkannya ke dalam mulut wanita keluarga Fir`aun itu, air itu berubah menjadi darah. Maka mereka tinggal dalam keadaan demikian selama tujuh hari, lalu mereka berkata, "Berdoalah kepada Tuhanmu dengan apa yang telah Dia janjikan kepadamu, jika Engkau dapat menyingkapkan azab itu dari kami, pasti kami akan beriman kepadamu dan akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu." Maka ketika azab itu disingkapkan dari mereka, mereka mengingkari dan tidak menepati sedikit pun dari apa yang telah mereka katakan. Maka Allah memerintahkan Musa untuk pergi, dan memberitahukan kepadanya bahwa Dia akan menyelamatkannya dan orang-orang yang bersamanya, dan membinasakan Fir`aun dan pasukannya. Dan Musa telah berdoa untuk kebinasaan mereka dengan ath-thamsah, lalu ia berkata, "Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir`aun dan para pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia, ya Tuhan kami—akibatnya mereka menyesatkan (manusia)6 dari jalan-Mu"—hingga firman-Nya—"dan janganlah kamu berdua mengikuti jalan orang-orang yang tidak mengetahui." Maka Allah mengubah harta-harta mereka menjadi batu: kurma, budak-budak, dan makanan-makanan, maka itu adalah salah satu dari ayat-ayat yang Allah perlihatkan kepada Fir`aun.
meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Salamah meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Muhammad bin Ishaq meriwayatkan kepadaku, dari ">meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Salamah meriwayatkan kepada kami, dari , dari Buraidah bin Sufyan bin Farwah al-Aslami, dari "> , ia berkata: Umar bin Abdul Aziz bertanya kepadaku tentang sembilan ayat yang Allah perlihatkan kepada Fir`aun, maka aku berkata, "Taufan, belalang, kutu, katak, darah, tongkatnya, tangannya, ath-thamsah, dan laut."
Maka Umar berkata, "Dari mana engkau mengetahui bahwa ath-thamsah adalah salah satunya?" Aku berkata, "Musa berdoa untuk kebinasaan mereka dan Harun mengamininya, lalu Allah mengubah harta-harta mereka menjadi batu." Ia berkata, "Bagaimana mungkin fikih itu kecuali seperti ini!" Kemudian ia meminta sebuah kotak yang di dalamnya ada benda-benda yang didapatkan oleh Abdul Aziz bin Marwan di Mesir, yang merupakan sisa-sisa harta keluarga Fir`aun, lalu ia mengeluarkan sebutir telur yang telah dikupas menjadi dua bagian, dan ternyata itu adalah batu, dan sebutir kacang walnut yang telah dikupas dan ternyata itu adalah batu, dan kacang himsh, dan kacang `adas.
meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Salamah meriwayatkan kepada kami, dari Muhammad, dari seorang laki-laki dari penduduk Syam yang berada di Mesir, ia berkata: Aku telah melihat sebatang pohon kurma yang tumbang, dan ternyata itu adalah batu, dan aku telah melihat seorang manusia yang aku tidak ragu bahwa ia adalah manusia, dan ternyata itu adalah batu, dari budak-budak mereka, maka Allah `Azza wa Jalla berfirman, "Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa sembilan buah mukjizat yang nyata" hingga firman-Nya, "orang yang dibinasakan", ia berkata: Orang yang celaka.
[48], dari ayahnya[49], bahwa Allah ketika memerintahkan Musa untuk pergi membawa Bani Israil, Dia memerintahkannya agar membawa Yusuf bersamanya hingga ia meletakkannya di tanah suci. Maka Musa bertanya tentang orang yang mengetahui letak kuburnya, maka ia tidak mendapati kecuali seorang wanita tua dari Bani Israil. Wanita tua itu berkata, "Wahai Nabi Allah, aku mengetahui tempatnya, jika engkau mengeluarkanku bersamamu, dan tidak meninggalkanku di tanah Mesir, aku akan menunjukkan kepadamu tempatnya." Ia berkata, "Aku akan melakukannya." Dan Musa telah berjanji kepada Bani Israil untuk pergi bersama mereka jika fajar telah terbit, lalu ia berdoa kepada Tuhannya agar menunda terbitnya fajar hingga ia selesai dari urusan Yusuf, maka Allah melakukannya. Lalu wanita tua itu keluar bersamanya hingga menunjukkan kepadanya tempat kubur Yusuf di salah satu sisi sungai Nil di dalam air. Lalu Musa mengeluarkannya, sebuah peti dari marmer, lalu ia membawanya bersamanya. `Urwah berkata, "Maka karena itulah orang-orang Yahudi membawa orang-orang mati mereka dari setiap negeri ke tanah suci."
meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Salamah meriwayatkan kepada kami, dari , dari Yahya bin `Urwah bin az-Zubairmeriwayatkan kepada kami, ia berkata: Salamah meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Muhammad bin Ishaq meriwayatkan kepadaku, ia berkata: Adalah—sebagaimana yang disebutkan kepadaku—bahwa Musa berkata kepada Bani Israil sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah kepadanya, "Pinjamlah dari mereka perhiasan, harta benda, dan pakaian, karena sesungguhnya Aku akan memberikan kepada kalian harta-harta mereka sebagai ghanimah bersamaan dengan kebinasaan mereka." Maka ketika Fir`aun mengizinkan manusia, termasuk yang ia gunakan untuk menghasut Bani Israil adalah ia berkata ketika mereka telah pergi, "Mereka tidak puas hanya keluar dengan diri mereka sendiri, tetapi mereka juga pergi dengan membawa harta-harta kalian bersama mereka."
[50], ia berkata: Sungguh telah disebutkan kepadaku bahwa Fir`aun keluar untuk mengejar Musa dengan menunggangi tujuh puluh ribu kuda hitam selain kuda-kuda dengan warna lain yang ada di dalam pasukannya. Dan Musa keluar hingga ketika ia berhadapan dengan laut dan tidak ada jalan untuk melarikan diri darinya, Fir`aun muncul bersama pasukannya dari belakang mereka. "Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa, `Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul.` Musa menjawab, `Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku,`7 yaitu untuk keselamatan, dan Dia telah menjanjikan hal itu kepadaku dan tidak ada pengingkaran terhadap janji-Nya."
meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Salamah meriwayatkan kepada kami, dari , dari "> , dari Abdullah bin Syaddad bin al-Hadmeriwayatkan kepada kami, ia berkata: Salamah meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Muhammad bin Ishaq meriwayatkan kepadaku, ia berkata: Maka Allah Tabaraka wa Ta`ala mewahyukan—sebagaimana yang disebutkan kepadaku—kepada laut, "Jika Musa memukulmu dengan tongkatnya, maka terbelahlah untuknya." Maka laut itu bergejolak, sebagian darinya memukul sebagian yang lain karena takut kepada Allah dan menunggu perintah-Nya. Maka Allah `Azza wa Jalla mewahyukan kepada Musa, "Pukullah laut itu dengan tongkatmu." Lalu Musa memukulnya dengan tongkat itu dan di dalamnya ada kekuasaan Allah yang telah Dia berikan kepadanya, "maka terbelahlah lautan itu, dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar", yaitu seperti gunung di atas tanah yang tinggi. Allah berfirman kepada Musa `alaihissalam, "Maka buatlah untuk mereka jalan yang kering di laut itu, kamu tidak usah takut akan tersusul dan tidak usah takut (akan tenggelam)." Maka ketika laut itu telah terbelah untuknya menjadi jalan yang kering, Musa masuk ke dalamnya bersama Bani Israil, dan Fir`aun mengikuti mereka bersama pasukannya.
meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Salamah meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Muhammad bin Ishaq meriwayatkan kepadaku, dari "> , dari Abdullah bin Syaddad bin al-Had al-Laitsi, ia berkata: Aku diberitahu bahwa ketika Bani Israil telah masuk dan tidak ada seorang pun dari mereka yang tertinggal, Fir`aun datang dan ia menunggangi kuda jantan, hingga ia berhenti di tepi laut dan laut itu masih dalam keadaannya semula. Maka kuda jantan itu merasa takut untuk maju, lalu menampakkan diri kepadanya di atas kuda betina yang sedang birahi, lalu ia mendekatkannya kepada kuda jantan itu, lalu kuda jantan itu menciumnya, dan ketika ia telah menciumnya, mendahuluinya, lalu kuda jantan itu mengikutinya, dan ia membawa Fir`aun di atasnya. Maka ketika pasukan Fir`aun melihat bahwa Fir`aun telah masuk, mereka pun masuk bersamanya, dan berada di depan mereka, dan mereka mengikuti Fir`aun, dan Mikail berada di atas kuda di belakang kaum itu, menggiring mereka seraya berkata, "Susullah pemimpin kalian." Hingga ketika telah keluar dari laut dan tidak ada seorang pun di depannya, dan Mikail berdiri di sisi yang lain dan tidak ada seorang pun di belakangnya, maka laut itu menimpa mereka. Dan Fir`aun berseru ketika ia melihat dari kekuasaan Allah dan kekuatan-Nya apa yang ia lihat, dan ia mengetahui kehinaan dirinya dan bahwa dirinya telah dikalahkan, ia berseru, "Bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan aku termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)."8
[51] meriwayatkan kepada kami, dari Hammad bin Salamah, dari `Ali bin Zaid[52], dari Yusuf bin Mihran[53], dari , ia berkata: datang kepada Nabi shallallahu `alaihi wa sallam, lalu ia berkata, "Wahai Muhammad, sungguh engkau telah melihatku ketika aku memasukkan lumpur laut ke dalam mulut Fir`aun karena aku takut rahmat akan menghampirinya!" Allah berfirman, "*Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu*"—yaitu dalam keadaan utuh, tidak ada sesuatu pun darimu yang hilang—"supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu", yaitu sebagai pelajaran dan bukti yang jelas. Maka dikatakan, "Seandainya Allah tidak mengeluarkannya dengan jasadnya hingga mereka mengenalnya, niscaya sebagian orang akan meragukannya."
meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Abu Dawud al-BashriDan ketika Musa telah menyeberangkan Bani Israil melintasi laut, mereka mendatangi suatu kaum yang sedang tekun menyembah berhala-berhala mereka, "Bani Israil berkata, `Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala).` Musa menjawab, `Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan).`1 Sesungguhnya mereka itu akan dihancurkan kepercayaan yang dianutnya dan akan batal apa yang2 selalu mereka kerjakan. Musa berkata, `Patutkah aku mencari Tuhan untuk kamu yang selain daripada Allah, padahal Dialah yang telah melebihkan kamu atas segala umat.`"3 Dan Allah berjanji kepada Musa ketika Dia telah membinasakan Fir`aun dan kaumnya serta menyelamatkan Musa dan kaumnya selama tiga puluh malam.
Hadits kembali kepada hadits as-Suddi. Kemudian
datang kepada Musa untuk pergi bersamanya menemui Allah `Azza wa Jalla, lalu ia datang dengan menunggangi kuda, lalu as-Samiri melihatnya dan mengingkarinya, dan dikatakan, "Sesungguhnya itu adalah kuda kehidupan." Maka ia berkata ketika melihatnya, "Sesungguhnya pada makhluk ini ada sesuatu yang istimewa." Lalu ia mengambil segenggam tanah dari bekas telapak kaki kuda itu. Lalu Musa pergi dan mengangkat Harun sebagai penggantinya atas Bani Israil, dan menjanjikan kepada mereka waktu selama tiga puluh malam, dan Allah menyempurnakannya dengan sepuluh malam. Maka Harun berkata kepada mereka, "Wahai kaum, sesungguhnya harta rampasan itu tidak halal bagi kalian, dan sesungguhnya perhiasan orang-orang Qibthi itu hanyalah harta rampasan. Maka kumpulkanlah semuanya, lalu galilah sebuah lubang untuknya, lalu pendamlah di dalamnya. Maka jika Musa datang dan menghalalkannya, kalian dapat mengambilnya, dan jika tidak, maka itu adalah sesuatu yang tidak kalian makan." Maka mereka mengumpulkan perhiasan itu di dalam lubang itu, dan as-Samiri datang membawa genggaman tanah itu, lalu ia melemparkannya. Maka Allah mengeluarkan dari perhiasan itu seekor anak sapi berupa jasad yang memiliki suara, dan Bani Israil menghitung waktu yang dijanjikan oleh Musa, maka mereka menghitung satu malam sebagai satu hari dan satu hari sebagai satu hari, maka ketika telah mencapai sepuluh hari, anak sapi itu keluar untuk mereka. Maka ketika mereka melihatnya, as-Samiri berkata kepada mereka, "Inilah tuhanmu dan tuhan Musa, tetapi Musa telah lupa." Ia berkata, "Musa meninggalkan tuhannya di sini, dan ia pergi mencarinya." Maka mereka pun menyembahnya, dan anak sapi itu bersuara dan berjalan. Maka Harun berkata kepada mereka, "Wahai kaumku, sesungguhnya kamu hanya diberi cobaan dengan anak sapi itu," ia berkata, "Sesungguhnya kalian hanya diuji dengannya," ia berkata, "Dengan anak sapi itu, "dan sesungguhnya Tuhanmu ialah (Tuhan) Yang Maha Pemurah, maka ikutilah aku dan taatilah perintahku." Maka Harun dan orang-orang yang bersamanya dari Bani Israil tetap tinggal dan tidak memerangi mereka. Dan Musa pergi menemui Tuhannya untuk berbicara dengan-Nya. Maka ketika ia telah berbicara dengan-Nya, Dia berfirman kepadanya, "Dan apakah yang membuatmu bersegera (datang kemari) sebelum kaummu, wahai Musa? Ia berkata, `Itulah mereka sedang menyusuli aku, dan aku bersegera kepada-Mu, ya Tuhanku, agar Engkau ridha (kepadaku).` Ia berfirman, `Maka sesungguhnya Kami telah menguji kaummu sesudah kamu tinggalkan, dan mereka telah disesatkan oleh as-Samiri.`" Maka ketika Allah telah memberitahukan kepadanya tentang kabar mereka, Musa berkata, "Wahai Tuhanku, as-Samiri inilah yang memerintahkan mereka untuk membuat anak sapi itu, tetapi ruh itu, siapakah yang meniupkannya ke dalamnya?" Tuhan berfirman, "Aku." Musa berkata, "Wahai Tuhanku, Engkau sendiri yang telah menyesatkan mereka, jika demikian."Kemudian Musa, ketika Tuhannya telah berfirman kepadanya, ia ingin melihat-Nya, "Ia berkata, `Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri-Mu) kepadaku agar aku dapat melihat-Mu.` Tuhan berfirman, `Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tetapi lihatlah ke bukit itu,4 maka jika ia tetap di tempatnya5 (sebagai sediakala), niscaya kamu dapat melihat-Ku.`" Maka Allah mengelilingi bukit itu dengan para malaikat, dan mengelilingi para malaikat itu dengan api, dan mengelilingi api itu dengan para malaikat, dan mengelilingi para malaikat itu dengan api. Kemudian Tuhan menampakkan diri-Nya kepada bukit itu. Maka Musa bin Harun meriwayatkan kepadaku, ia berkata: `Amru bin Hammad meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Asbath meriwayatkan kepada kami, ia berkata:
meriwayatkan kepadaku, dari `Ikrimah, dari , bahwa ia berkata, "Yang menampakkan diri dari-Nya adalah seukuran ujung jari kelingking, maka bukit itu hancur lebur dan Musa jatuh pingsan." Maka ia tetap pingsan selama yang Allah kehendaki. Kemudian ketika ia telah sadar, ia berkata, "Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada-Mu dan aku orang yang pertama-tama beriman", yaitu orang yang pertama-tama beriman dari Bani Israil. Lalu Allah berfirman, "Hai Musa, sesungguhnya Aku memilih (melebihkan) kamu dari manusia yang lain (pada masamu) dengan membawa risalah-Ku dan dengan perkataan-Ku, maka berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur. Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada luh-luh (Taurat) segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala6 sesuatu", berupa halal dan haram, "Maka (Kami berfirman), `Berpeganglah kepadanya dengan teguh`"—yaitu dengan sungguh-sungguh dan kesungguhan—"dan suruhlah kaummu berpegang kepada (perintah-perintahnya) dengan sebaik-baiknya", yaitu dengan sebaik-baik apa yang mereka dapatkan di dalamnya. Maka Musa setelah itu tidak ada seorang pun yang sanggup melihat ke wajahnya, dan ia biasa menutupi wajahnya dengan kain sutera. Lalu Musa mengambil luh-luh itu, kemudian ia kembali kepada kaumnya "dalam keadaan marah dan sedih hati." Ia berkata: Sedih, "Ia berkata, `Hai kaumku, bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik?`"—hingga firman-Nya—"Mereka menjawab, `Kami sekali-kali tidak melanggar perjanjianmu dengan kemauan kami sendiri,`" mereka berkata, "Dengan kekuatan kami sendiri, "tetapi kami disuruh membawa beban-beban dari perhiasan kaum itu", ia berkata: Dari perhiasan orang-orang Qibthi, "maka kami melemparkannya, dan demikian pula as-Samiri melemparkannya." Yaitu ketika Harun berkata kepada mereka, "Galilah lubang untuk perhiasan ini, dan lemparkanlah ke dalamnya," maka mereka melemparkannya, lalu as-Samiri melemparkan tanahnya. Lalu Musa melemparkan luh-luh itu dan memegang kepala saudaranya seraya menariknya ke arahnya, "Wahai anak ibuku, janganlah engkau pegang jenggotku dan jangan (pula) kepalaku; sesungguhnya aku khawatir bahwa engkau akan berkata (kepadaku), `Kamu telah memecah belah antara Bani Israil dan kamu tidak memelihara amanatku.`" Maka Musa melepaskan Harun, dan beralih kepada as-Samiri, lalu ia berkata, "Apakah yang mendorongmu (berbuat demikian) hai Samiri? As-Samiri menjawab, `Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya,`—hingga firman-Nya—`di dalam laut itu dengan sebenar-benarnya.` Kemudian Musa mengambilnya dan menyembelihnya, lalu mengikirnya dengan kikir, kemudian menaburkannya di dalam laut, maka tidak ada laut yang mengalir kecuali ada sesuatu darinya yang jatuh ke dalamnya. Kemudian Musa berkata kepada mereka, "Minumlah darinya," maka mereka pun meminumnya. Maka barangsiapa yang mencintai anak sapi itu, keluarlah emas di kumisnya. Maka itulah saat Allah berfirman, "Dan diresapkanlah ke dalam hati mereka itu (kecintaan menyembah) anak sapi karena kekafirannya." Maka ketika Bani Israil menyadari kesalahan mereka ketika Musa datang "dan mereka melihat bahwa mereka sungguh telah sesat, berkatalah mereka, `Sungguh jika Tuhan kami tidak memberi rahmat kepada kami dan tidak mengampuni kami, pastilah kami menjadi orang-orang yang merugi.`"7 Maka Allah menolak untuk menerima taubat Bani Israil kecuali dengan cara yang mereka benci untuk memerangi mereka ketika mereka menyembah anak sapi itu. Maka Musa berkata kepada mereka, "Hai kaumku, sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak sapi (sembahanmu), maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu."8 Maka orang-orang yang menyembah anak sapi itu dan orang-orang yang tidak menyembahnya saling berperang dengan pedang-pedang. Maka orang yang terbunuh dari kedua kelompok itu adalah syahid, hingga banyak yang terbunuh di antara mereka, hingga hampir saja mereka binasa, hingga tujuh puluh ribu orang terbunuh di antara mereka, hingga Musa dan Harun berdo`a, "Ya Tuhan kami, binasalah Bani Israil! Ya Tuhan kami, sisakanlah, sisakanlah!" Maka Allah memerintahkan mereka untuk meletakkan senjata, dan Dia menerima taubat mereka. Maka orang yang terbunuh adalah syahid, dan orang yang tersisa, dosa-dosanya diampuni. Maka itulah firman-Nya, "Maka Allah menerima taubatmu, sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang."meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Salamah meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Muhammad bin Ishaq meriwayatkan kepadaku, dari Hakim bin Jubair, dari , dari , ia berkata: As-Samiri adalah seorang laki-laki dari penduduk Bajarma, dan ia berasal dari kaum yang menyembah sapi. Maka kecintaan untuk menyembah sapi ada di dalam hatinya, dan ia telah menampakkan keislaman di kalangan Bani Israil. Maka ketika Harun berpisah dari Bani Israil, dan Musa pergi bersama mereka kepada Tuhannya Tabaraka wa Ta`ala, Harun berkata kepada mereka, "Sesungguhnya kalian telah membawa beban-beban berupa perhiasan kaum itu, keluarga Fir`aun, dan barang-barang, serta perhiasan. Maka bersihkanlah diri kalian darinya, karena sesungguhnya itu najis." Dan Harun menyalakan api untuk mereka, dan berkata, "Lemparkanlah apa yang ada pada kalian dari barang-barang itu ke dalamnya." Mereka berkata, "Ya." Maka mereka mulai mendatangkan apa yang ada pada mereka dari perhiasan itu dan barang-barang itu, lalu mereka melemparkannya ke dalamnya, hingga ketika perhiasan itu telah meleleh di dalamnya, as-Samiri melihat jejak kuda , lalu ia mengambil segenggam tanah dari jejak telapak kakinya, kemudian ia menghadap ke lubang api itu, lalu ia berkata kepada Harun, "Wahai Nabi Allah, apakah aku boleh melemparkan apa yang ada di tanganku?" Ia berkata, "Ya," dan Harun tidak mengira kecuali bahwa itu seperti sebagian dari apa yang dibawa oleh orang lain dari barang-barang dan perhiasan itu. Lalu as-Samiri melemparkannya ke dalamnya, dan berkata, "Jadilah anak sapi berupa jasad yang memiliki suara." Maka itu menjadi cobaan dan fitnah. Lalu as-Samiri berkata, "Ini adalah tuhan kalian dan tuhan Musa." Maka mereka pun menyembahnya dan mencintainya dengan kecintaan yang belum pernah mereka cintai seperti itu kepada apa pun. Allah `Azza wa Jalla berfirman, "maka ia melupakannya", yaitu ia meninggalkan apa yang dahulu ia pegang berupa Islam—yang dimaksud adalah as-Samiri—"Maka apakah mereka tidak memperhatikan bahwa anak sapi itu tidak dapat memberi jawaban kepada mereka, dan tidak dapat memberi kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan?"9 Ia berkata: Dan nama as-Samiri adalah Musa bin Zhufar, ia berada di tanah Mesir, lalu ia masuk ke dalam golongan Bani Israil. Maka ketika Harun melihat apa yang mereka lakukan, ia berkata, "Hai kaumku, sesungguhnya kamu hanya diberi cobaan dengan anak sapi itu"—hingga firman-Nya—"sebelum Musa kembali kepada kita." Maka Harun menetap bersama orang-orang yang bersamanya dari kaum muslimin yang tidak terfitnah, dan orang-orang yang menyembah anak sapi itu tetap dalam penyembahan mereka terhadap anak sapi itu. Dan Harun khawatir jika ia pergi bersama orang-orang yang bersamanya dari kaum muslimin, Musa akan berkata kepadanya, "Engkau telah memecah belah antara Bani Israil dan engkau tidak memelihara amanatku," dan Harun adalah orang yang disegani dan ditaati oleh Musa. Dan Musa pergi membawa Bani Israil ke Thur, dan Allah `Azza wa Jalla telah menjanjikan kepada Bani Israil ketika Dia menyelamatkan mereka dan membinasakan musuh mereka di sisi kanan Thur. Dan Musa ketika ia pergi membawa Bani Israil dari laut, mereka membutuhkan air, maka Musa memohon air untuk kaumnya. Lalu ia diperintahkan untuk memukul batu itu dengan tongkatnya, maka memancarlah darinya dua belas mata air, untuk setiap suku satu mata air yang mereka minum darinya, mereka telah mengetahuinya. Maka ketika Allah telah berfirman kepada Musa, Musa berhasrat untuk melihat-Nya. Maka ia memohon kepada Tuhannya agar ia dapat melihat-Nya, maka Allah berfirman kepadanya, "Sesungguhnya engkau "sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tetapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala),10 niscaya engkau dapat melihat-Ku." Maka Allah mengelilingi bukit itu dengan para malaikat, dan mengelilingi para malaikat itu dengan api, dan mengelilingi api itu dengan para malaikat, dan mengelilingi para malaikat itu dengan api. Kemudian Tuhan menampakkan diri-Nya kepada bukit itu. Maka Musa bin Harun meriwayatkan kepadaku, ia berkata: `Amru bin Hammad meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Asbath meriwayatkan kepada kami, ia berkata: meriwayatkan kepadaku, dari `Ikrimah, dari Ibnu Abbas, bahwa ia berkata, "Yang menampakkan diri dari-Nya adalah seukuran ujung jari kelingking, maka bukit itu hancur lebur dan Musa jatuh pingsan." Maka ia tetap pingsan selama yang Allah kehendaki. Kemudian ketika ia telah sadar, ia berkata, "Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada-Mu dan aku orang yang pertama-tama beriman", yaitu orang yang pertama-tama beriman dari Bani Israil. Maka Allah berfirman, "Hai Musa, sesungguhnya Aku memilih (melebihkan) kamu atas manusia (pada masamu) dengan membawa risalah-Ku dan dengan perkataan-Ku, maka berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur. Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada luh-luh (Taurat) segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala11 sesuatu" berupa halal dan haram, "Maka (Kami berfirman), `Berpeganglah kepadanya dengan teguh`"—yaitu dengan sungguh-sungguh dan kesungguhan—"dan suruhlah kaummu berpegang kepadanya dengan sebaik-baiknya." Yaitu dengan sebaik-baik apa yang mereka dapatkan di dalamnya. Maka Musa setelah itu tidak ada seorang pun yang sanggup melihat ke wajahnya, dan ia biasa menutupi wajahnya dengan kain sutera. Lalu Musa mengambil luh-luh itu, kemudian ia kembali kepada kaumnya "dalam keadaan marah dan sedih hati." Ia berkata: Sedih, "Ia berkata, `Hai kaumku, bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik?`"—hingga firman-Nya—"Mereka menjawab, `Kami sekali-kali tidak melanggar perjanjianmu dengan kemauan kami sendiri,`" mereka berkata, "Dengan kekuatan kami sendiri, "tetapi kami disuruh membawa beban-beban dari perhiasan kaum itu," ia berkata: Dari perhiasan orang-orang Qibthi, "lalu kami melemparkannya, dan demikian pula as-Samiri melemparkannya." Yaitu ketika Harun berkata kepada mereka, " "Galilah lubang untuk perhiasan ini, dan lemparkanlah ke dalamnya," maka mereka melemparkannya, lalu as-Samiri melemparkan tanahnya. Lalu Musa melemparkan luh-luh itu dan memegang kepala saudaranya seraya menariknya ke arahnya, "Wahai anak ibuku, janganlah engkau pegang jenggotku dan jangan (pula) kepalaku; sesungguhnya aku khawatir bahwa engkau akan berkata (kepadaku), `Kamu telah memecah belah antara Bani Israil dan kamu tidak memelihara amanatku.`" Maka Musa melepaskan Harun, dan beralih kepada as-Samiri, lalu ia berkata, "Apakah yang mendorongmu (berbuat demikian) hai Samiri? As-Samiri menjawab, `Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya,`—hingga firman-Nya—`di dalam laut itu dengan sebenar-benarnya.` Kemudian Musa mengambilnya dan menyembelihnya, lalu mengikirnya dengan kikir, kemudian menaburkannya di dalam laut, maka tidak ada laut yang mengalir kecuali ada sesuatu darinya yang jatuh ke dalamnya. Kemudian Musa berkata kepada mereka, "Minumlah darinya." Maka mereka pun meminumnya. Maka barangsiapa yang mencintai anak sapi itu, keluarlah emas di kumisnya. Maka itulah saat Allah berfirman, "Dan diresapkanlah ke dalam hati mereka itu (kecintaan menyembah) anak sapi karena kekafirannya." Maka ketika Bani Israil menyadari kesalahan mereka ketika Musa datang "dan mereka melihat bahwa mereka sungguh telah sesat, berkatalah mereka, `Sungguh jika Tuhan kami tidak memberi rahmat kepada kami dan tidak mengampuni kami, pastilah kami menjadi orang-orang yang merugi.`"1 Maka Allah menolak untuk menerima taubat Bani Israil kecuali dengan cara yang mereka benci untuk memerangi mereka ketika mereka menyembah anak sapi itu. Maka Musa berkata kepada mereka, "Hai kaumku, sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak sapi (sembahanmu), maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu."2 Maka orang-orang yang menyembah anak sapi itu dan orang-orang yang tidak menyembahnya saling berperang dengan pedang-pedang. Maka orang yang terbunuh dari kedua kelompok itu adalah syahid, hingga banyak yang terbunuh di antara mereka, hingga tujuh puluh ribu orang terbunuh di antara mereka, hingga Musa dan Harun berdo`a, "Ya Tuhan kami, binasalah Bani Israil! Ya Tuhan kami, sisakanlah, sisakanlah!" Maka Allah memerintahkan mereka untuk meletakkan senjata, dan Dia menerima taubat mereka. Maka orang yang terbunuh adalah syahid, dan orang yang tersisa, dosa-dosanya diampuni. Maka itulah firman-Nya, "Maka Allah menerima taubatmu, sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang."
meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Salamah meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Muhammad bin Ishaq meriwayatkan kepadaku, dari Hakim bin Jubair, dari , dari , ia berkata: Allah Ta`ala telah menuliskan untuk Musa di dalamnya nasihat dan penjelasan bagi segala sesuatu serta petunjuk dan rahmat. Maka ketika ia melemparkannya, Allah mengangkat enam per tujuh bagiannya dan menyisakan sepertujuh bagian. Allah `Azza wa Jalla berfirman, "Dan dalam tulisannya terdapat petunjuk dan rahmat untuk orang-orang yang takut kepada Tuhannya." Kemudian Musa memerintahkan agar anak sapi itu dibakar hingga menjadi abu, kemudian ia memerintahkan agar abunya dilemparkan ke dalam laut.
berkata: Aku mendengar sebagian ahli ilmu berkata, "Sesungguhnya Musa membakarnya kemudian menggilingnya kemudian menaburkannya di dalam laut, wallahu a`lam."
Kemudian Musa memilih dari mereka tujuh puluh orang, yang terbaik di antara mereka, dan ia berkata, "Pergilah kepada Allah dan bertaubatlah kepada-Nya atas apa yang telah kalian lakukan, dan mintalah ampunan kepada-Nya atas orang-orang yang kalian tinggalkan di belakang kalian dari kaum kalian. Berpuasalah, bersucilah, dan sucikanlah pakaian kalian." Maka Musa keluar bersama mereka ke Thur Sina` pada waktu yang telah dijanjikan oleh Tuhannya, dan Musa tidak mendatangi-Nya kecuali dengan izin dan sepengetahuan-Nya. Maka tujuh puluh orang itu berkata kepadanya—sebagaimana yang disebutkan kepadaku—ketika mereka telah melakukan apa yang ia perintahkan kepada mereka, dan mereka keluar bersamanya untuk menemui Tuhannya, "Mintalah kepada-Nya agar kami dapat mendengar firman Tuhan kita." Maka ia berkata, "Aku akan melakukannya." Maka tatkala Musa telah dekat dari gunung, turunlah kepadanya tiang awan hingga menutupi seluruh gunung itu, dan Musa mendekat lalu masuk ke dalamnya, dan ia berkata kepada kaum itu, "Mendekatlah." Dan Musa, apabila Allah berfirman kepadanya, maka jatuhlah di atas dahinya cahaya yang berkilauan yang tidak seorang pun dari anak Adam sanggup untuk melihatnya, maka ia memasang tabir di hadapannya. Dan kaum itu mendekat hingga ketika mereka masuk ke dalam awan, mereka tersungkur bersujud, lalu mereka mendengar-Nya ketika Dia berfirman kepada Musa, memerintahkannya dan melarangnya, "Lakukanlah dan janganlah engkau lakukan." Maka tatkala Dia telah selesai menyampaikan perintah-Nya kepadanya, awan itu tersingkap dari Musa, lalu ia menghampiri mereka. Lalu mereka berkata kepada Musa, "Kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang." "Maka kamu disambar halilintar," yaitu petir, maka ruh-ruh mereka terlepas dan mereka mati semuanya. Dan Musa berdiri seraya memohon kepada Tuhannya, berdoa kepada-Nya, dan berharap kepada-Nya, dan ia berkata, "Ya Tuhanku, kalau Engkau kehendaki, tentulah Engkau membinasakan mereka dan aku sebelum ini." Mereka telah berbuat kebodohan, apakah Engkau akan membinasakan orang-orang yang ada di belakangku dari Bani Israil karena perbuatan orang-orang yang bodoh di antara kami! Ini adalah kebinasaan bagi mereka, aku telah memilih dari mereka tujuh puluh orang, yang terbaik di antara mereka, aku kembali kepada mereka sedangkan tidak ada seorang pun bersamaku, maka dengan apa mereka akan mempercayaiku! Maka Musa terus menerus memohon kepada Tuhannya, dan meminta kepada-Nya, dan memohon kepada-Nya hingga Dia mengembalikan ruh-ruh mereka kepada mereka, dan ia memohon kepada-Nya taubat untuk Bani Israil dari penyembahan terhadap anak sapi. Maka Allah berfirman, "Tidak, kecuali jika mereka membunuh diri mereka sendiri." Ia berkata: Maka telah sampai kepadaku bahwa mereka berkata kepada Musa, "Kami akan bersabar untuk perintah Allah." Maka Musa memerintahkan orang-orang yang tidak menyembah anak sapi untuk membunuh orang-orang yang menyembahnya, lalu mereka duduk di halaman-halaman rumah, dan orang-orang itu menghunus pedang-pedang atas mereka, lalu mereka mulai membunuh mereka, dan Musa menangis, dan anak-anak kecil serta para wanita berlarian kepadanya memohon pemaafan untuk mereka. Maka Allah menerima taubat mereka dan memaafkan mereka, dan memerintahkan Musa untuk mengangkat pedang dari mereka.
Adapun as-Suddi, maka ia menyebutkan dalam beritanya yang telah kusebutkan sanadnya sebelumnya, bahwa perginya Musa menemui Tuhannya bersama tujuh puluh orang yang ia pilih dari kaumnya adalah setelah Allah menerima taubat para penyembah anak sapi dari kaumnya. Dan itu karena ia menyebutkan setelah kisah yang telah kusebutkan darinya setelah firman-Nya, "Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang." Ia berkata: Kemudian Allah memerintahkan Musa agar datang kepada-Nya bersama sekelompok orang dari Bani Israil untuk memohon maaf kepada-Nya atas penyembahan terhadap anak sapi, dan Dia menjanjikan kepada mereka suatu waktu. Maka Musa memilih dari kaumnya tujuh puluh orang berdasarkan pilihannya sendiri, kemudian ia pergi bersama mereka untuk memohon maaf. Maka tatkala mereka sampai di tempat itu, mereka berkata, "Kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang", karena engkau telah berbicara dengan-Nya, maka perlihatkanlah Dia kepada kami. Maka petir menyambar mereka, lalu mereka mati. Maka Musa berdiri seraya menangis dan berdoa kepada Allah, dan berkata, "Ya Tuhanku, apa yang akan aku katakan kepada Bani Israil jika aku datang kepada mereka sedangkan Engkau telah membinasakan orang-orang pilihan mereka! Ya Tuhanku, kalau Engkau kehendaki, tentulah Engkau telah membinasakan mereka dan aku sebelum ini. Apakah Engkau membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang bodoh di antara kami?" Maka Allah `Azza wa Jalla mewahyukan kepada Musa, "Bahwa tujuh puluh orang ini termasuk orang-orang yang menyembah anak sapi." Maka itulah saat Musa berkata, "Itu hanyalah cobaan dari-Mu, Engkau sesatkan dengan cobaan itu siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau beri petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki"3 hingga firman-Nya, "Sesungguhnya kami kembali (bertaubat) kepada-Mu", ia berkata, "Kami bertaubat kepada-Mu." Dan itulah firman Allah Ta`ala, "Dan (ingatlah), ketika kamu berkata, `Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang,` karena itu kamu disambar halilintar."4 Dan halilintar itu adalah api. Kemudian Allah menghidupkan mereka kembali, lalu mereka berdiri dan hidup kembali satu per satu, sebagian dari mereka melihat kepada sebagian yang lain, bagaimana mereka dihidupkan? Maka mereka berkata, "Wahai Musa, engkau berdoa kepada Allah, maka tidaklah engkau meminta sesuatu kepada-Nya kecuali Dia memberikannya kepadamu. Maka berdoalah kepada-Nya agar Dia menjadikan kami sebagai nabi-nabi." Lalu Musa berdoa kepada Allah, lalu Dia menjadikan mereka sebagai nabi-nabi. Maka itulah firman-Nya, "Kemudian Kami membangkitkan kamu sesudah kamu mati." Tetapi ia mendahulukan satu huruf dan mengakhirkan satu huruf.
Kemudian Allah memerintahkan mereka untuk pergi ke Ariha, dan itu adalah tanah Baitul Maqdis. Maka mereka berjalan hingga ketika mereka telah dekat darinya, Musa mengutus dua belas orang pemimpin dari seluruh suku-suku Bani Israil. Lalu mereka pergi untuk mencari berita tentang orang-orang yang gagah perkasa itu untuk Musa. Maka mereka bertemu dengan seorang laki-laki dari orang-orang yang gagah perkasa itu yang bernama `Aj, lalu ia menangkap kedua belas orang itu, lalu ia memasukkan mereka ke dalam lipatan bajunya dan di atas kepalanya ada seikat kayu bakar, lalu ia pergi membawa mereka kepada istrinya, lalu ia berkata, "Lihatlah orang-orang ini yang mengira bahwa mereka hendak memerangi kita." Lalu ia meletakkan mereka di hadapan istrinya. Lalu ia berkata, "Tidakkah sebaiknya aku menumbuk mereka dengan kakiku!" Istrinya berkata, "Jangan, tetapi biarkanlah mereka pergi agar mereka dapat memberitahukan kepada kaum mereka tentang apa yang telah mereka lihat." Maka ia pun melakukan hal itu. Maka ketika orang-orang itu telah keluar, sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lain, "Wahai kaum, sesungguhnya jika kalian memberitahukan kepada Bani Israil tentang kabar kaum itu, niscaya mereka akan murtad dari Nabi Allah. Akan tetapi, sembunyikanlah hal itu dari mereka dan beritahukanlah kepada Nabi Allah, maka keduanya yang akan memutuskan pendapat mereka." Maka sebagian dari mereka mengambil perjanjian dari sebagian yang lain atas hal itu untuk menyembunyikannya. Kemudian mereka kembali, lalu sepuluh orang mengingkari janji itu, maka salah seorang dari mereka mulai memberitahukan kepada saudaranya dan ayahnya tentang apa yang telah mereka lihat dari perkara `Aj, dan dua orang dari mereka menyembunyikannya. Lalu mereka menemui Musa dan Harun, lalu mereka memberitahukan kabar itu kepada keduanya. Maka itulah saat Allah berfirman, "Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian dari Bani Israil dan Kami telah mengangkat di antara mereka dua belas orang pemimpin." Lalu Musa berkata kepada mereka, "Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia mengangkat di antaramu nabi-nabi, dan dijadikan-Nya kamu orang-orang merdeka", seorang laki-laki dari kalian menguasai dirinya sendiri, keluarganya, dan hartanya, "Hai kaumku, masuklah ke tanah suci yang telah ditentukan Allah bagimu", ia berkata, "Yang telah Allah perintahkan kepadamu, "dan janganlah kamu lari ke belakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi. Mereka berkata*"—dari apa yang mereka dengar dari sepuluh orang itu—"Sesungguhnya di dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa, dan sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka keluar darinya. Jika mereka keluar darinya, maka sesungguhnya kami akan memasukinya. Berkatalah dua orang di antara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya*",5 dan keduanya adalah dua orang yang menyembunyikan, dan keduanya adalah Yusya` bin Nun, pemuda Musa, dan Kalub bin Yufannah—dan dikatakan: Kilab bin Yufannah, menantu Musa—lalu keduanya berkata, "Wahai kaum, "masuklah kamu melalui pintu gerbangnya." "Mereka berkata, `Hai Musa, sesungguhnya kami tidak akan memasukinya selama-lamanya, selama mereka ada di dalamnya, maka pergilah6 kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah7 kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja." Maka Musa marah, lalu ia berdoa untuk kebinasaan mereka, lalu ia berkata, "Ya Tuhanku, aku tidak menguasai selain diriku dan saudaraku. Maka pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu." Dan itu adalah ketergesaan dari Musa yang ia segerakan. Maka Allah berfirman, "Maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan berputar-putar kebingungan8 di bumi itu." Maka ketika kesesatan itu ditimpakan kepada mereka, Musa menyesal dan kaumnya yang bersamanya yang menaatinya datang kepadanya, lalu mereka berkata kepadanya, "Apa yang telah engkau lakukan terhadap kami, wahai Musa?" Maka ketika ia menyesal, Allah `Azza wa Jalla mewahyukan kepadanya, "Janganlah engkau bersedih hati terhadap kaum yang telah engkau sebut sebagai orang-orang yang fasik itu," maka Musa tidak bersedih hati. Lalu mereka berkata, "Wahai Musa, lalu bagaimana dengan air di sini? Di mana makanannya?" Maka Allah menurunkan kepada mereka al-manna dan as-salwa. Maka at-taranjabin dan as-salwa— dan as-salwa itu adalah burung yang menyerupai as-sumana—jatuh di atas pepohonan. Maka salah seorang dari mereka datang lalu melihat kepada burung itu, maka jika burung itu gemuk, ia menyembelihnya, dan jika tidak, ia melepaskannya, maka jika burung itu telah gemuk, ia mendatanginya. Lalu mereka berkata, "Ini adalah makanan, lalu di mana minumannya?" Maka Musa diperintahkan untuk memukul batu itu dengan tongkatnya, lalu memancarlah darinya dua belas mata air, setiap suku minum dari satu mata air. Lalu mereka berkata, "Ini adalah makanan dan minuman, lalu di mana naungannya?" Maka Allah menaungi mereka dengan awan. Lalu mereka berkata, "Ini adalah naungan, lalu di mana pakaiannya?" Maka pakaian-pakaian mereka memanjang bersama mereka sebagaimana anak-anak kecil memanjang, dan tidak ada pakaian mereka yang robek. Maka itulah firman-Nya, "Dan Kami menaungi kamu dengan awan, dan Kami menurunkan kepadamu `manna` dan `salwa`."
Dan firman-Nya, "Dan (ingatlah), ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman, `Pukullah batu itu dengan tongkatmu.` Lalu memancarlah darinya9 dua belas mata air. Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing)."10 Maka mereka menyepakati hal itu, lalu mereka berkata, "*Hai Musa, kami tidak dapat sabar dengan satu macam makanan saja. Maka mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, berupa sayur-mayurnya, ketimunnya, fum-nya"—yaitu gandum—"kacang adasnya, dan bawang merahnya." Ia berkata, "Maukah kamu mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu kota" dari kota-kota, "pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta." Maka ketika mereka telah keluar dari kesesatan itu, al-manna dan as-salwa diangkat, dan mereka memakan sayur-mayur. Dan Musa dan `Aj bertemu, lalu Musa melompat ke langit setinggi sepuluh hasta, dan tongkatnya sepanjang sepuluh hasta, dan tingginya sepuluh hasta, lalu ia mengenai tumit `Aj dan membunuhnya.
[54] meriwayatkan kepada kami, ia berkata: [55] meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Sufyan meriwayatkan kepada kami, dari Abu Ishaq[56], dari Nauf, ia berkata: Panjang `Awaj adalah delapan ratus hasta, dan panjang Musa adalah sepuluh hasta, dan tongkatnya sepuluh hasta, kemudian ia melompat ke langit sepuluh hasta, lalu ia memukul `Awaj dan mengenai tumitnya, lalu ia jatuh dan mati, maka ia menjadi jembatan bagi manusia, mereka melewatinya.
[57] meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Qais[58] mengabarkan kepada kami, dari Abu Ishaq, dari , dari Ibnu Abbas, ia berkata: Tongkat Musa sepuluh hasta, dan lompatannya sepuluh hasta, dan tingginya sepuluh hasta, lalu ia mengenai tumit `Awaj dan membunuhnya, maka ia menjadi jembatan bagi penduduk sungai Nil. Dan dikatakan bahwa `Awaj hidup selama tiga ribu tahun.
meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Ibnu `AthiyyahPenyebutan tentang Wafatnya Musa dan Harun `alaihimassalam
Musa bin Harun al-Hamdani meriwayatkan kepada kami, ia berkata: `Amru bin Hammad meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Asbath meriwayatkan kepada kami, dari as-Suddi dalam berita yang ia sebutkan dari Abu Malik dan dari
, dari —dan dari Murrah al-Hamdani, dari Abdullah bin Mas`ud—dan dari sejumlah sahabat Nabi shallallahu `alaihi wa sallam: Kemudian Allah Tabaraka wa Ta`ala mewahyukan kepada Musa, "Sesungguhnya Aku akan mewafatkan Harun, maka datanglah bersamanya ke gunung ini dan itu." Maka pergilah Musa dan Harun menuju gunung itu, dan tiba-tiba keduanya mendapati sebatang pohon yang belum pernah mereka lihat sepertinya, dan tiba-tiba keduanya mendapati sebuah rumah yang telah dibangun, dan tiba-tiba di dalamnya ada sebuah ranjang yang di atasnya ada hamparan, dan tiba-tiba di dalamnya ada aroma yang harum. Maka ketika Harun melihat gunung itu, rumah itu, dan apa yang ada di dalamnya, ia merasa takjub, lalu ia berkata, "Wahai Musa, sesungguhnya aku sangat ingin tidur di atas ranjang ini." Musa berkata kepadanya, "Maka tidurlah di atasnya." Ia berkata, "Sesungguhnya aku takut pemilik rumah ini akan datang dan marah kepadaku." Musa berkata kepadanya, "Jangan takut, aku akan menjamin untukmu dari pemilik rumah ini, maka tidurlah." Ia berkata, "Wahai Musa, tidurlah bersamaku, maka jika pemilik rumah itu datang, ia akan marah kepadaku dan kepadamu sekaligus." Maka ketika keduanya telah tidur, kematian mendatangi Harun, maka ketika ia merasakan tanda-tanda kematian, ia berkata, "Wahai Musa, engkau telah menipuku." Maka ketika ia telah dicabut nyawanya, rumah itu diangkat dan pohon itu menghilang, dan ranjang itu diangkat ke langit. Maka ketika Musa kembali kepada Bani Israil, dan Harun tidak bersamanya, mereka berkata, "Sesungguhnya Musa telah membunuh Harun dan ia iri kepadanya karena kecintaan Bani Israil kepadanya, dan Harun lebih menahan diri dari mereka dan lebih lembut kepada mereka daripada Musa, dan pada diri Musa ada sedikit kekerasan terhadap mereka." Maka ketika hal itu sampai kepadanya, ia berkata kepada mereka, "Celaka kalian! Ia adalah saudaraku, apakah kalian mengira aku membunuhnya!" Maka ketika mereka terus mendesaknya, ia berdiri lalu shalat dua rakaat, kemudian ia berdoa kepada Allah, lalu ranjang itu diturunkan hingga mereka melihatnya di antara langit dan bumi, maka mereka mempercayainya. Kemudian ketika Musa sedang berjalan dan Yusya` pelayannya bersamanya, tiba-tiba datang angin hitam, maka ketika Yusya` melihatnya, ia mengira bahwa itu adalah kiamat, lalu ia memeluk Musa, dan berkata, "Kiamat akan terjadi dan aku sedang memeluk Musa, Nabi Allah." Maka Musa melepaskan diri dari bawah bajunya dan meninggalkan bajunya di tangan Yusya`. Maka ketika Yusya` datang membawa baju itu, Bani Israil menangkapnya, dan berkata, "Engkau telah membunuh Nabi Allah!" Ia berkata, "Tidak, demi Allah, aku tidak membunuhnya, tetapi ia melepaskan diri dariku." Tetapi mereka tidak mempercayainya dan hendak membunuhnya. Ia berkata, "Jika kalian tidak mempercayaiku, maka tangguhkanlah aku selama tiga hari." Maka ia berdoa kepada Allah, lalu setiap orang yang biasa menjaganya didatangi dalam mimpi, lalu ia diberitahukan bahwa Yusya` tidak membunuh Musa, dan bahwa Kami telah mengangkatnya kepada Kami. Maka mereka melepaskannya. Dan tidak ada seorang pun yang menolak untuk masuk ke negeri orang-orang yang gagah perkasa itu bersama Musa kecuali ia meninggal, dan ia tidak menyaksikan penaklukan itu.meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Salamah meriwayatkan kepada kami, ia berkata: meriwayatkan kepadaku, ia berkata: Maka orang pilihan Allah itu telah membenci kematian dan menganggapnya sebagai sesuatu yang besar, maka ketika ia membencinya, Allah berkehendak untuk membuatnya mencintai kematian dan membenci kehidupan, lalu kenabian dipindahkan kepada Yusya` bin Nun, maka ia biasa pergi pagi dan sore menemuinya, lalu Musa berkata kepadanya, "Wahai Nabi Allah, apa yang telah Allah wahyukan kepadamu?" Maka Yusya` bin Nun berkata kepadanya, "Wahai Nabi Allah, bukankah aku telah menemanimu selama sekian tahun, apakah aku pernah bertanya kepadamu tentang sesuatu yang telah Allah wahyukan kepadamu hingga engkau yang memulai dan menyebutkannya?" Maka ia tidak menyebutkan sesuatu pun kepadanya. Maka ketika Musa melihat hal itu, ia membenci kehidupan dan mencintai kematian.
berkata: Salamah berkata: berkata: Dan orang pilihan Allah itu—sebagaimana yang disebutkan kepadaku oleh —sesungguhnya ia hanya berteduh di dalam gubuk dan makan serta minum di dalam lubang dari batu, jika ia hendak minum setelah makan, ia mendekatkan mulutnya ke lubang itu sebagaimana hewan mendekatkan mulutnya, sebagai bentuk kerendahan hati kepada Allah ketika Allah memuliakannya dengan apa yang Dia muliakan berupa firman-Nya.
Wahb berkata: Maka disebutkan kepadaku bahwa di antara peristiwa kematiannya adalah bahwa orang pilihan Allah itu keluar pada suatu hari dari gubuknya itu untuk suatu keperluannya, tidak ada seorang pun dari makhluk Allah yang mengetahuinya, lalu ia melewati sekelompok malaikat yang sedang menggali kubur, lalu ia mengenali mereka dan menghampiri mereka, hingga ia berdiri di hadapan mereka, dan ternyata mereka sedang menggali kubur yang belum pernah ia lihat sesuatu pun yang lebih indah darinya, dan ia belum pernah melihat seperti apa yang ada di dalamnya berupa kehijauan, kesegaran, dan keindahan. Lalu ia berkata kepada mereka, "Wahai malaikat-malaikat Allah, untuk siapakah kalian menggali kubur ini?" Mereka berkata, "Kami menggalinya untuk seorang hamba yang mulia di sisi Tuhannya." Ia berkata, "Sesungguhnya hamba ini di sisi Allah memiliki kedudukan yang tinggi! Aku belum pernah melihat seperti hari ini tempat berbaring dan tempat masuk!" Dan itu ketika telah tiba dari urusan Allah apa yang telah tiba berupa pencabutan nyawanya. Maka para malaikat berkata kepadanya, "Wahai orang pilihan Allah, apakah engkau ingin agar kubur ini menjadi milikmu?" Ia berkata, "Aku ingin." Mereka berkata, "Maka turunlah dan berbaringlah di dalamnya, dan menghadaplah kepada Tuhanmu, kemudian bernapaslah dengan napas yang paling ringan yang pernah engkau lakukan." Maka ia turun dan berbaring di dalamnya, dan menghadap kepada Tuhannya, kemudian ia bernapas, lalu Allah mencabut nyawanya, kemudian para malaikat meratakan tanah di atasnya. Dan orang pilihan Allah itu adalah seorang yang zuhud terhadap dunia dan menyukai apa yang ada di sisi Allah.
[59], maula Bani Hasyim, dari [60], ia berkata: [Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya Malaikat Maut dahulu mendatangi manusia secara terang-terangan, hingga ia mendatangi Musa lalu ia menamparnya hingga membutakan matanya. Ia berkata: Lalu Malaikat Maut kembali dan berkata, `Wahai Tuhanku, sesungguhnya hamba-Mu, Musa, telah membutakan mataku, dan seandainya bukan karena kemuliaannya di sisi-Mu, niscaya aku akan mempersulitnya.` Allah berfirman, `Datangilah hamba-Ku, Musa, dan katakanlah kepadanya: Hendaklah ia meletakkan telapak tangannya di atas punggung seekor sapi jantan, maka baginya dengan setiap helai rambut yang ditutupi oleh tangannya satu tahun, dan berilah ia pilihan antara hal itu dan antara mati sekarang.` Ia berkata: Maka Malaikat Maut mendatanginya dan memberinya pilihan, lalu Musa berkata kepadanya, `Lalu apa setelah itu?` Ia berkata, `Kematian.` Ia berkata, `Kalau begitu, sekarang saja.` Ia berkata: Lalu Musa menciumnya sekali ciuman dan nyawanya dicabut.
meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Mush`ab bin al-Miqdam meriwayatkan kepada kami, dari Hammad bin Salamah, dari `Ammar bin Abi `AmmarIa berkata: Maka setelah itu Malaikat Maut datang kepada manusia secara sembunyi-sembunyi.]
[61], dari Abu Ishaq, dari `Amru bin Maimun[62], ia berkata: Musa dan Harun meninggal di padang pasir, Harun meninggal sebelum Musa, dan keduanya keluar bersama-sama di padang pasir menuju salah satu gua, lalu Harun meninggal, lalu Musa menguburkannya, dan Musa kembali kepada Bani Israil, lalu mereka berkata, "Apa yang telah engkau lakukan terhadap Harun?" Ia berkata, "Ia telah meninggal." Mereka berkata, "Engkau berdusta, tetapi engkau telah membunuhnya karena kecintaan kami kepadanya," dan Harun adalah orang yang dicintai di kalangan Bani Israil. Maka Musa merendahkan diri kepada Tuhannya, dan mengadukan apa yang ia alami dari Bani Israil. Maka Allah mewahyukan kepadanya agar ia pergi bersama mereka ke tempat kubur Harun, karena sesungguhnya Aku akan menghidupkannya kembali hingga ia memberitahukan kepada mereka bahwa ia meninggal dunia dan engkau tidak membunuhnya. Ia berkata: Maka Musa pergi bersama mereka ke kubur Harun, lalu ia memanggil, "Wahai Harun," lalu Harun keluar dari kuburnya seraya mengibaskan kepalanya, lalu Musa berkata, "Apakah aku yang telah membunuhmu?" Ia berkata, "Tidak, demi Allah, tetapi aku telah meninggal." Musa berkata, "Maka kembalilah ke tempat tidurmu," lalu mereka pun kembali.
meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Salamah meriwayatkan kepada kami, dari Abu Sinan asy-SyaibaniMaka seluruh masa hidup Musa `alaihissalam adalah seratus dua puluh tahun, dua puluh tahun dari masa itu pada masa kekuasaan Afridun, dan seratus tahun pada masa kekuasaan Manushihr. Dan awal perkaranya sejak Allah mengutusnya sebagai nabi hingga Dia mencabut nyawanya adalah pada masa kekuasaan Manushihr.
Penyebutan tentang Yusya` bin Nun `alaihissalam
Kemudian Allah `Azza wa Jalla mengutus setelah Musa `alaihissalam, Yusya` bin Nun bin Afraim bin Yusuf bin Ya`qub bin Ishaq bin Ibrahim sebagai seorang nabi, dan memerintahkannya untuk pergi ke Ariha (Yerikho) untuk memerangi orang-orang yang gagah perkasa yang ada di sana. Maka para ulama salaf berbeda pendapat tentang hal itu, dan atas perintah siapa hal itu terjadi? Dan kapan Yusya` pergi ke sana? Apakah pada masa hidup Musa bin `Imran kepergiannya ke sana, ataukah setelah wafatnya? Maka sebagian dari mereka berkata: Yusya` tidak pergi ke Ariha, dan tidak pula diperintahkan untuk pergi ke sana kecuali setelah wafatnya Musa, dan setelah binasanya semua orang yang dahulu menolak untuk pergi ke sana bersama Musa bin `Imran, ketika Allah Ta`ala memerintahkan mereka untuk memerangi orang-orang yang gagah perkasa yang ada di sana. Dan mereka berkata: Musa dan Harun meninggal di padang pasir sebelum keduanya keluar darinya.
Penyebutan orang yang mengatakan hal itu:
Abdul Karim bin al-Haitsam[63] meriwayatkan kepadaku, ia berkata: Ibrahim bin Basyar[64] meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Sufyan meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Abu Sa`id[65] berkata, dari `Ikrimah, dari , ia berkata: Allah Ta`ala berfirman: Ketika Musa berdo`a—yaitu dengan do`anya, firman-Nya, "Ya Tuhanku, aku tidak menguasai selain diriku dan saudaraku, maka pisahkanlah antara kami dengan kaum yang fasik itu. Allah berfirman, `Maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan berputar-putar kebingungan1 di bumi itu,`" ia berkata: Maka mereka masuk ke dalam kesesatan itu, maka setiap orang yang masuk ke dalam kesesatan itu dari orang-orang yang telah berusia di atas dua puluh tahun meninggal di dalam kesesatan itu, ia berkata: Maka Musa meninggal di dalam kesesatan itu, dan Harun meninggal sebelumnya, ia berkata: Maka mereka tinggal di dalam kesesatan mereka selama empat puluh tahun, dan Yusya` menyerang bersama orang-orang yang tersisa bersamanya kota orang-orang yang gagah perkasa itu, maka Yusya` menaklukkan kota itu.
Bisyr meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Yazid bin Zurai` meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Sa`id meriwayatkan kepada kami, dari
, ia berkata: Allah Ta`ala berfirman, "Sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun", diharamkan atas mereka memasuki perkampungan-perkampungan, dan mereka tidak sanggup untuk melakukan hal itu selama empat puluh tahun. Dan disebutkan kepada kami bahwa Musa meninggal pada masa empat puluh tahun itu, dan tidak ada seorang pun dari mereka yang masuk ke Baitul Maqdis kecuali anak-anak mereka, dan dua orang laki-laki yang mengatakan apa yang mereka katakan.Musa bin Harun al-Hamdani meriwayatkan kepadaku, ia berkata: `Amr[66] meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Asbath meriwayatkan kepada kami, dari as-Suddi dalam berita yang telah kusebutkan sanadnya sebelumnya: Tidak ada seorang pun yang tersisa dari orang-orang yang menolak untuk masuk ke kota orang-orang yang gagah perkasa itu bersama Musa kecuali ia meninggal, dan ia tidak menyaksikan penaklukan itu.
Kemudian Allah `Azza wa Jalla ketika telah berlalu empat puluh tahun itu, Dia mengutus Yusya` bin Nun sebagai seorang nabi, lalu ia memberitahukan kepada mereka bahwa ia adalah seorang nabi dan bahwa Allah telah memerintahkannya untuk memerangi orang-orang yang gagah perkasa itu, maka mereka berbaiat kepadanya dan membenarkannya. Lalu Yusya` mengalahkan orang-orang yang gagah perkasa itu, dan mereka menyerbu mereka, lalu mereka membunuh mereka. Maka sekelompok orang dari Bani Israil berkumpul untuk memenggal leher seorang laki-laki, tetapi mereka tidak dapat memotongnya.
[67] meriwayatkan kepada kami, dari Hilal[68], dari tentang firman Allah Ta`ala, "Maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka", ia berkata: Selamanya.
meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Sulaiman bin Harb[69] meriwayatkan kepadaku, ia berkata: Muslim bin Ibrahim[70] meriwayatkan kepada kami, dari Harun an-Nahwi, dari az-Zubair bin al-Khirrit, dari `Ikrimah tentang firman-Nya, "Maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan berputar-putar kebingungan2 di bumi itu", ia berkata: Pengharaman itu adalah kesesatan itu.
Dan yang lain berkata: Sesungguhnya yang menaklukkan Ariha adalah Musa, tetapi Yusya` berada di barisan depan Musa ketika ia pergi kepada mereka.
Penyebutan orang yang mengatakan hal itu:
meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Salamah meriwayatkan kepada kami, dari , ia berkata: Ketika keturunan orang-orang yang menolak untuk berperang melawan orang-orang yang gagah perkasa itu bersama Musa telah tumbuh dewasa—yaitu dari keturunan mereka—dan ayah-ayah mereka telah binasa, dan telah berlalu empat puluh tahun yang mana mereka tersesat di dalamnya, Musa pergi bersama mereka dan Yusya` bin Nun bersamanya, dan Kalab bin Yufannah. Dan—sebagaimana yang mereka kira—ia telah menikahi Maryam putri `Imran, saudara perempuan Musa dan Harun, maka ia menjadi saudara ipar mereka. Maka ketika mereka sampai di tanah Kan`an, dan di sana ada Bal`am bin Ba`ura al-`Arif, dan ia adalah seorang laki-laki yang telah diberi ilmu oleh Allah, dan di antara ilmu yang diberikan kepadanya adalah ismullah al-a`zham—sebagaimana yang mereka sebutkan—yang jika Allah dipanggil dengannya, maka Dia akan mengabulkan, dan jika Dia dimintai sesuatu dengannya, maka Dia akan memberikannya.
meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Salamah meriwayatkan kepada kami, dari , dari Salim Abi an-Nadhr, bahwa ia menceritakan bahwa Musa ketika ia turun di tanah Bani Kan`an dari tanah Syam, dan Bal`am berada di Balqa`—sebuah perkampungan dari perkampungan-perkampungan al-Balqa`—maka ketika Musa turun bersama Bani Israil di tempat itu, kaum Bal`am mendatangi Bal`am, lalu mereka berkata kepadanya, "Wahai Bal`am, ini Musa bin Imran bersama Bani Israil, ia datang untuk mengusir kami dari negeri kami, dan membunuh kami, dan menempatkan Bani Israil di sana, dan menduduki negeri itu, dan kami adalah kaummu dan kami tidak memiliki tempat tinggal, dan engkau adalah seorang laki-laki yang doanya dikabulkan, maka keluarlah dan berdoalah kepada Allah untuk kebinasaan mereka." Ia berkata, "Celaka kalian! Nabi Allah, yang bersamanya ada para malaikat dan orang-orang yang beriman! Bagaimana aku pergi untuk berdoa untuk kebinasaan mereka, padahal aku mengetahui dari Allah apa yang aku ketahui!" Mereka berkata, "Kami tidak memiliki tempat tinggal." Maka mereka terus menerus merayunya, dan merendahkan diri kepadanya hingga mereka menggodanya, lalu ia tergoda. Lalu ia menaiki keledai betina miliknya menuju ke gunung yang dari sana ia dapat melihat pasukan Bani Israil, yaitu gunung Hasban. Maka ia tidak berjalan di atas keledai itu kecuali sebentar, hingga keledai itu menderum, lalu ia turun darinya dan memukulnya hingga keledai itu berdiri, lalu ia menaikinya kembali, dan keledai itu tidak berjalan bersamanya kecuali sebentar hingga menderum lagi, lalu ia melakukan hal yang sama terhadapnya, maka keledai itu berdiri, lalu ia menaikinya kembali, dan keledai itu tidak berjalan bersamanya kecuali sebentar hingga menderum lagi, lalu ia memukulnya hingga ketika ia telah memukulnya dengan keras, Allah mengizinkannya untuk berbicara sebagai hujjah atasnya, lalu keledai itu berkata, "Celaka engkau, wahai Bal`am! Ke mana engkau pergi! Tidakkah engkau melihat para malaikat di hadapanku menolakku dari tujuanku ini! Apakah engkau akan pergi menemui Nabi Allah dan orang-orang yang beriman untuk berdoa untuk kebinasaan mereka!" Tetapi ia tidak berhenti memukulnya, maka Allah melepaskan keledai itu ketika ia melakukan hal itu kepadanya, lalu keledai itu pergi hingga ketika ia telah sampai di atas gunung Hasban, di hadapan pasukan Musa dan Bani Israil, ia mulai berdoa untuk kebinasaan mereka, tetapi ia tidak berdoa untuk kebinasaan mereka dengan sesuatu melainkan Allah memalingkan lisannya kepada kaumnya, dan ia tidak berdoa untuk kebaikan kaumnya kecuali Allah memalingkan lisannya kepada Bani Israil. Maka kaumnya berkata kepadanya, "Apakah engkau tahu, wahai Bal`am, apa yang engkau lakukan? Sesungguhnya engkau sedang mendoakan kebaikan untuk mereka, dan engkau mendoakan kebinasaan untuk kami." Ia berkata, "Inilah yang tidak dapat aku kuasai, ini adalah sesuatu yang telah Allah kuasakan atasku." Lalu lidahnya menjulur hingga mencapai dadanya, lalu ia berkata kepada mereka, "Sekarang telah hilang dariku dunia dan akhirat, maka tidak tersisa kecuali tipu daya dan muslihat, maka aku akan menipu dan berbuat muslihat untuk kalian. Hiasilah para wanita dan berikanlah kepada mereka barang-barang dagangan, kemudian utuslah mereka ke pasukan itu agar mereka menjual barang-barang itu di sana, dan perintahkanlah kepada mereka agar tidak ada seorang wanita pun yang menolak dirinya dari laki-laki yang menginginkannya, karena jika seorang laki-laki berzina dengan salah seorang dari mereka, maka itu sudah cukup bagi kalian." Maka mereka melakukan hal itu. Maka ketika para wanita itu masuk ke dalam pasukan, seorang wanita dari bangsa Kan`an yang bernama Kasti putri Shur—pemimpin kaumnya dan anak-anak ayahnya dari orang-orang yang ada di , dialah pemimpin mereka—melewati seorang laki-laki dari pembesar Bani Israil, yaitu Zamri bin Syalum, pemimpin suku Syam`un bin Ya`qub bin Ishaq bin Ibrahim, lalu ia berdiri menemuinya dan memegang tangannya ketika ia kagum dengan kecantikannya, kemudian ia datang hingga ia berdiri dengannya di hadapan Musa, lalu ia berkata, "Sesungguhnya aku mengira engkau akan berkata, `Wanita ini haram bagimu!`" Ia berkata, "Benar, ia haram bagimu, janganlah engkau mendekatinya." Ia berkata, "Demi Allah, kami tidak akan menaatimu dalam hal ini." Kemudian ia masuk bersamanya ke dalam kemahnya dan menggaulinya, maka Allah mengirimkan wabah penyakit tha`un kepada Bani Israil. Dan Fanhas bin al-`Izar bin Harun adalah orang kepercayaan Musa, dan ia adalah seorang laki-laki yang diberi kelapangan dalam hal fisik, dan kekuatan dalam memukul, dan ia sedang tidak ada ketika Zamri bin Syalum melakukan apa yang ia lakukan. Lalu ia datang dan wabah penyakit tha`un itu sedang menimpa Bani Israil, lalu ia diberitahu tentang kabar itu, lalu ia mengambil tombaknya—dan tombak itu terbuat dari besi seluruhnya—kemudian ia masuk ke dalam kemah itu dan mendapati keduanya sedang berbaring, lalu ia menusuk keduanya dengan tombaknya, kemudian ia keluar dengan membawa keduanya seraya mengangkatnya ke langit, dan tombak itu telah ia pegang dengan lengannya, dan ia bersandar dengan sikunya pada pinggangnya, dan ia menyandarkan tombak itu ke janggutnya—dan ia adalah anak sulung al-`Izar—lalu ia mulai berkata, "Ya Allah, beginilah yang kami lakukan terhadap orang yang bermaksiat kepada-Mu!" Lalu wabah penyakit tha`un itu pun terangkat. Maka dihitunglah orang-orang yang binasa dari Bani Israil karena wabah penyakit tha`un itu—sejak Zamri menggauli wanita itu hingga Fanhas membunuhnya—lalu mereka mendapati bahwa tujuh puluh ribu orang telah binasa di antara mereka, dan orang yang menguranginya berkata dua puluh ribu orang, dalam sesaat dari siang hari. Maka karena itulah Bani Israil memberikan kepada keturunan Fanhas bin al-`Izar bin Harun dari setiap sembelihan yang mereka sembelih berupa al-qubbah, lengan, dan al-lahya, karena ia bersandar dengan tombak itu pada pinggangnya, dan memegangnya dengan lengannya, dan menyandarkannya ke janggutnya, dan anak sulung dari setiap harta mereka dan diri mereka, karena ia adalah anak sulung al-`Izar. Maka tentang Bal`am bin Ba`ura, Allah menurunkan kepada Muhammad shallallahu `alaihi wa sallam, "Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami, kemudian dia melepaskan diri daripadanya"—yaitu1 Bal`am bin Ba`ura—"lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat."—hingga firman-Nya—"agar mereka berpikir." Yaitu Bani Israil, bahwa aku telah datang kepada mereka dengan membawa berita tentang apa yang terjadi pada mereka yang mereka sembunyikan darimu, agar mereka berpikir lalu mereka mengetahui bahwa tidaklah datang membawa berita ini tentang apa yang telah terjadi pada mereka kecuali seorang nabi yang datang kepadanya berita dari langit.
Kemudian Musa membawa Yusya` bin Nun ke Ariha bersama Bani Israil, lalu ia masuk ke dalamnya bersama mereka, dan membunuh di dalamnya orang-orang yang gagah perkasa yang ada di dalamnya, dan menimpa siapa yang ia timpa dari mereka, dan tersisa dari mereka sisa-sisa pada hari ia menimpa mereka, dan malam telah tiba, dan Musa khawatir jika malam telah menyelimuti mereka, maka mereka tidak akan sanggup mengalahkan mereka, lalu ia menghentikan matahari, dan berdoa kepada Allah agar menahannya, maka Allah `Azza wa Jalla melakukannya hingga ia menumpas mereka. Kemudian Musa memasukinya bersama Bani Israil, lalu ia tinggal di dalamnya selama yang Allah kehendaki, kemudian Allah mewafatkannya, dan tidak ada seorang pun dari makhluk yang mengetahui kuburnya.
Adapun as-Suddi dalam berita yang telah kusebutkan sanadnya sebelumnya, maka ia menyebutkan dalam beritanya itu bahwa yang memerangi orang-orang yang gagah perkasa itu adalah Yusya` bin Nun setelah wafatnya Musa dan Harun, dan ia menceritakan tentang perkaranya dan perkara mereka apa yang akan aku sebutkan, yaitu bahwa ia menyebutkan di dalamnya bahwa Allah mengutus Yusya` sebagai seorang nabi setelah berlalu empat puluh tahun itu, lalu ia berdakwah kepada Bani Israil, lalu ia memberitahukan kepada mereka bahwa ia adalah seorang nabi, dan bahwa Allah telah memerintahkannya untuk memerangi orang-orang yang gagah perkasa itu, maka mereka berbaiat kepadanya dan membenarkannya. Lalu seorang laki-laki dari Bani Israil yang bernama Bal`am pergi—dan ia adalah seorang yang berilmu, mengetahui al-ism al-a`zham yang tersembunyi—lalu ia kafir dan mendatangi orang-orang yang gagah perkasa itu, lalu ia berkata, "Janganlah kalian takut kepada Bani Israil, karena sesungguhnya jika kalian keluar untuk memerangi mereka, aku akan berdoa kepada mereka dengan sebuah doa yang dengannya mereka akan binasa." Maka ia tinggal bersama mereka selama yang ia kehendaki dari dunia, hanya saja ia tidak dapat mendatangi para wanita karena mereka terlalu besar, maka ia menggauli seekor keledai betina miliknya, dan dialah yang difirmankan oleh Allah `Azza wa Jalla, "Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami", yaitu lalu ia melihat, "kemudian dia melepaskan diri daripadanya, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat"—hingga firman-Nya—"tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya diulurkannya2 lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya3 (juga)." Maka Bal`am menjulurkan lidahnya seperti anjing menjulurkan lidahnya. Lalu Yusya` keluar memerangi orang-orang yang gagah perkasa itu bersama orang-orang, dan Bal`am keluar bersama orang-orang yang gagah perkasa itu dengan menunggangi keledai betinanya, dan ia hendak melaknat Bani Israil, maka setiap kali ia hendak berdoa untuk kebinasaan Bani Israil, doanya itu tertuju kepada orang-orang yang gagah perkasa itu. Maka orang-orang yang gagah perkasa itu berkata, "Sesungguhnya engkau justru berdoa untuk kebinasaan kami." Ia berkata, "Sesungguhnya aku hendak mendoakan kebinasaan Bani Israil." Maka ketika ia sampai di pintu gerbang kota, seorang malaikat memegang ekor keledai betina itu dan menahannya, dan ia mulai menggerak-gerakkannya tetapi keledai betina itu tidak mau bergerak. Maka ketika ia telah banyak memukulnya, keledai betina itu berbicara, lalu ia berkata, "Engkau menggauliku pada malam hari dan menunggangiku pada siang hari! Celaka engkau dariku! Seandainya aku sanggup untuk keluar, niscaya aku akan keluar bersamamu, tetapi malaikat inilah yang menahanku." Maka Yusya` memerangi mereka pada hari Jumat dengan peperangan yang sengit hingga sore hari dan matahari terbenam, dan hari Sabtu telah masuk, lalu Yusya` berdoa kepada Allah, lalu ia berkata kepada matahari, "Sesungguhnya engkau berada dalam ketaatan kepada Allah dan aku pun berada dalam ketaatan kepada Allah. Ya Allah, tahanlah matahari itu untukku," maka matahari itu ditahan untuknya, lalu ditambahkanlah pada siang hari itu satu jam, lalu Yusya` mengalahkan orang-orang yang gagah perkasa itu dan menyerbu mereka seraya membunuh mereka. Maka sekelompok orang dari Bani Israil berkumpul untuk memenggal leher seorang laki-laki, tetapi mereka tidak dapat memotongnya. Dan mereka mengumpulkan harta rampasan mereka, dan Yusya` memerintahkan mereka agar mendekatkan harta rampasan itu, lalu mereka mendekatkannya, tetapi api itu tidak memakannya. Maka Yusya` berkata, "Wahai Bani Israil, sesungguhnya Allah `Azza wa Jalla memiliki sesuatu yang diminta dari kalian, marilah berbaiat kepadaku." Maka mereka berbaiat kepadanya, lalu tangan salah seorang dari mereka menempel pada tangannya. Lalu Yusya` berkata, "Kemarikanlah apa yang ada padamu!" Lalu orang itu datang membawa kepala banteng yang terbuat dari emas yang bertahtakan batu yaqut dan permata, yang telah ia curi. Lalu ia meletakkannya di dalam al-qurban, dan orang itu dibiarkan bersamanya, lalu api datang dan memakan orang itu dan al-qurban itu.
Adapun ahli Taurat, maka mereka berkata: Harun dan Musa meninggal di padang pasir, dan sesungguhnya Allah mewahyukan kepada Yusya` setelah Musa, dan memerintahkannya untuk menyeberangi sungai Yordan menuju tanah yang Dia berikan kepada Bani Israil, dan Dia janjikan kepada mereka, dan agar Yusya` bersungguh-sungguh dalam hal itu. Dan Yusya` mengutus utusan ke Ariha untuk mengetahui kabarnya, kemudian ia pergi dan bersamanya ada tabut perjanjian, hingga ia menyeberangi sungai Yordan, dan sungai itu menjadi jalan baginya dan bagi para sahabatnya. Lalu Yusya` mengepung kota Ariha selama enam bulan, maka ketika tiba bulan yang ketujuh, mereka meniup terompet-terompet, dan kaum itu berteriak dengan teriakan yang serentak, maka runtuhlah tembok kota itu, lalu mereka menjarahnya dan membakarnya, dan apa yang ada di dalamnya kecuali emas, perak, dan bejana-bejana tembaga serta besi, karena sesungguhnya mereka memasukkannya ke dalam baitul mal. Kemudian seorang laki-laki dari Bani Israil mencuri sesuatu, maka Allah murka kepada mereka dan mereka pun kalah. Maka Yusya` merasa sedih dengan kesedihan yang mendalam, lalu Allah mewahyukan kepada Yusya` agar ia mengundi di antara suku-suku, maka ia melakukannya hingga undian itu jatuh kepada laki-laki yang telah mencuri itu. Lalu ia mengeluarkan barang curiannya dari rumahnya, lalu Yusya` merajamnya dan membakar semua yang ia miliki dengan api, dan mereka menamai tempat itu dengan nama pemilik barang curian itu, yaitu `Ajir, maka tempat itu sampai hari ini adalah ghaur `Ajir. Kemudian Yusya` pergi bersama mereka menemui raja `Ayi dan kaumnya, maka Allah menunjukkannya tentang peperangan melawannya. Dan Yusya` memerintahkan agar mereka membuat perangkap untuk mereka, maka mereka melakukannya, dan Yusya` menang atas `Ayi dan menyalib rajanya di atas kayu, dan membakar kota itu serta membunuh dua belas ribu orang laki-laki dan wanita dari penduduknya. Dan penduduk `Ammaq dan Jai`un membuat tipu daya terhadap Yusya` hingga ia memberikan jaminan keamanan kepada mereka, maka ketika ia mengetahui tipu daya mereka, ia berdoa kepada Allah untuk kebinasaan mereka agar mereka menjadi para pencari kayu bakar dan pengambil air, maka mereka pun menjadi seperti itu. Dan Baziq, raja Ursyalim, bersedekah, kemudian ia mengutus para raja bangsa Aram, dan mereka berjumlah lima orang, sebagian dari mereka kepada sebagian yang lain, dan mereka bersepakat untuk menyerang Jai`un. Maka penduduk Jai`un meminta pertolongan kepada Yusya`, lalu ia menolong mereka dan mengalahkan raja-raja itu hingga mereka menggiring mereka ke lembah Hauran, dan Allah melempari mereka dengan batu-batu es, maka orang-orang yang terbunuh oleh batu es itu lebih banyak daripada orang-orang yang dibunuh oleh Bani Israil dengan pedang. Dan Yusya` memohon kepada matahari agar berhenti dan kepada bulan agar tetap di tempatnya hingga ia dapat membalas dendam kepada musuh-musuh sebelum masuknya hari Sabtu, maka keduanya melakukan hal itu. Dan kelima raja itu melarikan diri lalu mereka bersembunyi di dalam sebuah gua, maka Yusya` memerintahkan agar pintu gua itu ditutup hingga ia selesai membalas dendam kepada musuh-musuhnya. Kemudian ia memerintahkan agar mereka dikeluarkan, lalu ia membunuh mereka dan menyalib mereka, kemudian ia menurunkan mereka dari kayu itu, dan melemparkan mereka ke dalam gua tempat mereka berada. Dan Yusya` mengejar sisa-sisa raja di Syam, lalu ia menaklukkan tiga puluh satu raja dari mereka, dan membagi-bagikan tanah yang ia kuasai, kemudian Yusya` meninggal. Maka ketika ia meninggal, ia dikuburkan di gunung Afraim. Dan setelahnya, suku Yahudza dan suku Syam`un bangkit memerangi bangsa Kan`an, lalu mereka menaklukkan wilayah-wilayah mereka, dan membunuh sepuluh ribu orang dari mereka di Baziq, dan mereka menangkap raja Baziq lalu memotong ibu jari kedua tangan dan kedua kakinya. Maka pada saat itu raja Baziq berkata, "Dahulu ada tujuh puluh raja yang ibu jarinya terpotong biasa memungut remah-remah roti dari bawah meja makanku, maka Allah telah membalasku atas perbuatanku." Dan mereka memasukkan raja Baziq ke Ursyalim, lalu ia meninggal di sana. Dan Bani Yahudza memerangi sisa-sisa bangsa Kan`an dan menguasai tanah mereka. Dan usia Yusya` adalah seratus dua puluh enam tahun, dan masa kepemimpinannya atas urusan Bani Israil sejak Musa wafat hingga Yusya` bin Nun wafat adalah dua puluh tujuh tahun.
Dan telah dikatakan bahwa raja pertama dari raja-raja Yaman, seorang raja yang berkuasa pada masa Musa bin `Imran dari suku Himyar, bernama Syamir bin al-Amlul, dan dialah yang membangun kota Zhafar di Yaman, dan mengeluarkan orang-orang `Amaliq yang ada di sana. Dan bahwa Syamir bin al-Amlul al-Himyari ini termasuk gubernur raja Persia pada waktu itu atas Yaman dan sekitarnya.
Dan Hisyam bin Muhammad al-Kalbi mengira bahwa ada sisa-sisa dari bangsa Kan`an setelah Yusya` membunuh orang-orang yang ia bunuh dari mereka, dan bahwa Ifriqis bin Qais bin Shaifi bin Saba` bin Ka`b bin Zaid bin Himyar bin Saba` bin Yasyjub bin Ya`rub bin Qahthan melewati mereka saat ia menuju ke Ifriqiyah, lalu ia membawa mereka dari pesisir Syam, hingga ia membawa mereka ke Ifriqiyah, lalu ia menaklukkannya dan membunuh rajanya, Jarjir, dan menempatkan di sana sisa-sisa yang tersisa dari bangsa Kan`an yang telah ia bawa bersamanya dari pesisir Syam. Ia berkata: Mereka adalah bangsa Barbar, ia berkata: Dan sesungguhnya mereka dinamakan Barbar, karena Ifriqis berkata kepada mereka, "Alangkah banyaknya barbarah kalian!" Maka mereka dinamakan Barbar karena hal itu. Dan disebutkan bahwa Ifriqis berkata tentang hal itu dalam perkara mereka berupa syair, yaitu perkataannya:
Kan`an ber-barbarah ketika aku menggiringnya Dari tanah kebinasaan menuju kehidupan yang menakjubkan
Ia berkata: Dan ia menempatkan dari suku Himyar di antara bangsa Barbar, yaitu Shanhaajah dan Kutamah, maka mereka ada di antara mereka hingga hari ini.
Kisah Qarun bin Yishhar bin Qahits
Qarun adalah sepupu Musa ﷺ. Diriwayatkan oleh al-Qasim, ia berkata: “Telah menceritakan kepada kami al-Husain, ia berkata: “Telah menceritakan kepadaku Hajjaj, dari Ibnu Juraij, mengenai firman Allah, “Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa,” ia berkata: Ia adalah sepupunya, saudara dari ayahnya. Maka: Qarun bin Yishshar—demikianlah yang dikatakan al-Qasim, dan yang benar adalah Yishhar—bin Qahits, dan Musa bin `Amr bin Qahits, dan `Amr dalam bahasa Arab adalah `Imran, demikianlah yang dikatakan al-Qasim, dan yang benar adalah `Umran.
Adapun
, ia mengatakan apa yang telah diceritakan kepada kami oleh , ia berkata: “Telah menceritakan kepada kami Salamah, darinya: Yishhar bin Qahits menikahi Syamit, putri Taba`wait bin Barkiya bin Yaqsan bin Ibrahim, lalu ia melahirkan `Imran bin Yishhar dan Qarun bin Yishhar, maka Qarun—menurut —adalah sepupu Musa, saudara dari ayahnya dari ayah dan ibunya.”*Adapun para ulama dari salaf umat kita dan dari kalangan ahli kitab, maka mereka mengatakan seperti yang dikatakan
.Siapa yang Menyatakan Hal Tersebut dari Kalangan Ulama Salaf
Diriwayatkan oleh [71], dari Ibrahim[72], mengenai firman Allah, “Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa,” ia berkata: Ia adalah sepupu Musa.”*
, ia berkata: “Telah menceritakan kepada kami Jābir bin Nūh, ia berkata: “Telah memberitahukan kepada kami Ismail bin Abi KhalidDiriwayatkan oleh Ibnu Basysyar, ia berkata: “Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman[73], ia berkata: “Telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Sumak bin Harb, dari Ibrahim, ia berkata: “Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa,” Qarun adalah sepupu Musa.”
Diriwayatkan oleh Ibnu Wakī`, ia berkata: “Telah menceritakan kepada kami ayahnya, dari Sufyan, dari Sumak, dari Ibrahim: “Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa,” ia berkata: Ia adalah sepupunya, lalu ia berbuat aniaya terhadapnya.”
Diriwayatkan oleh Ibnu Wakī`, ia berkata: “Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa`id al-Qathan[74], dari Simak bin Harb, dari Ibrahim, ia berkata: Qarun adalah sepupu Musa.”
Diriwayatkan oleh Ibnu Wakī`, ia berkata: “Telah menceritakan kepada kami Abu Mu`āwiyah, dari Ibnu Abi Khalid, dari Ibrahim, ia berkata: “Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa,” ia berkata: Ia adalah sepupunya.”*
Diriwayatkan oleh Bishr bin Mu`adz, ia berkata: “Telah menceritakan kepada kami Yazid, ia berkata: “Telah menceritakan kepada kami Sa`id, dari
, mengenai firman Allah, “Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa,” kami biasanya meriwayatkan bahwa ia adalah sepupunya, saudara dari ayahnya, dan ia disebut al-Munawwar karena keindahan wajahnya di dalam Taurat, tetapi musuh Allah itu munafik seperti munafiknya Samiri, maka ia dibinasakan karena aniaya.”*Diriwayatkan oleh Bishr bin Hilal ash-Shaffaf, ia berkata: “Telah menceritakan kepada kami Ja`far bin Sulaiman adh-Duba`i[75], dari Malik bin Dinar, ia berkata: Telah sampai kepadaku bahwa Musa bin Imran adalah sepupu Qarun, dan Allah telah memberikan kepadanya harta yang banyak, sebagaimana yang telah Allah sebutkan: “Dan Kami berikan kepadanya harta benda yang banyak, sehingga kunci-kunci tempat penyimpanannya sungguh berat dipikul oleh beberapa orang yang kuat.” Ia bermaksud dengan firman-Nya, “berat dipikul,” berat. Dan ia menyebutkan bahwa kunci-kunci tempat penyimpanan hartanya adalah seperti…”*
Diriwayatkan oleh [76], dari Manshur[77], dari Khaitsamah[78], mengenai firman Allah, “sehingga kunci-kunci tempat penyimpanannya sungguh berat dipikul oleh beberapa orang yang kuat,” ia berkata: Kami dapati tertulis di dalam Injil: Kunci-kunci harta Qarun berjumlah enam puluh ekor keledai betina berwarna putih yang dihiasi, tidak ada satu kunci pun yang lebih besar dari sebuah jari, setiap kunci untuk sebuah harta karun.”*
, ia berkata: “Telah menceritakan kepada kami JarirDiriwayatkan oleh [79], ia berkata: “Telah memberitahukan kepada kami Ismail bin Salim[80], dari Abi Shalih: “sehingga kunci-kunci tempat penyimpanannya sungguh berat dipikul oleh beberapa orang,” ia berkata: Kunci-kunci tempat penyimpanan hartanya diangkut oleh empat puluh ekor keledai.”*
, ia berkata: “Telah menceritakan kepada kami HisyamDiriwayatkan oleh
, ia berkata: “Telah menceritakan kepada kami Jābir bin Nūh, ia berkata: “Telah memberitahukan kepada kami al-A`masy dari Khaitsamah, ia berkata: Kunci-kunci Qarun diangkut oleh enam puluh ekor keledai, setiap kunci untuk sebuah pintu harta karun yang diketahui, seperti ukuran jari, terbuat dari kulit.”*Diriwayatkan oleh Ibnu Wakī`, ia berkata: “Telah menceritakan kepada kami ayahnya, dari al-A`masy, dari Khaitsamah, ia berkata: Kunci-kunci Qarun terbuat dari kulit, setiap kunci seperti ukuran jari, setiap kunci untuk sebuah lemari penyimpanan tersendiri, maka jika dinaiki, kunci-kunci itu diangkut oleh enam puluh ekor keledai berwarna putih yang dihiasi.”*
Maka musuh Allah itu berbuat aniaya ketika Allah menghendaki baginya kesengsaraan dan cobaan atas kaumnya karena banyaknya hartanya.
Dan dikatakan bahwa aniayanya terhadap mereka adalah karena ia menambah ukuran pakaian mereka satu hasta. Demikianlah yang diceritakan kepada saya oleh Ali bin Sa`id al-Kindi dan Abu Sa`ib dan Ibnu Wakī`, mereka berkata: “Telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Ghiyats[81], dari Laits[82], dari Syahr bin Hausyab[83].”Maka kaumnya menasihatinya atas apa yang telah dilakukannya berupa aniaya dan melarangnya, dan memerintahkannya untuk menginfakkan apa yang telah Allah berikan kepadanya di jalan Allah dan beramal dengannya dalam ketaatan kepada-Nya, sebagaimana yang telah Allah beritakan tentang mereka bahwa mereka berkata kepadanya: “Hai Qarun, janganlah kamu merasa bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang merasa bangga. Dan carilah pada apa yang telah diberikan Allah kepadamu itu (kebaikan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu di dunia ini dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu membuat kerusakan di bumi; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan.” Dan yang dimaksud dengan firman-Nya, “dan janganlah kamu melupakan bahagianmu di dunia ini,” janganlah kamu melupakan di dunia ini untuk mengambil bagianmu untuk akhiratmu, maka jawabannya kepada mereka karena kebodohannya dan keangkuhannya atas sikap Allah terhadapnya adalah apa yang telah Allah sebutkan di dalam kitab-Nya bahwa ia berkata kepada mereka: Sesungguhnya apa yang telah Kuterima dari dunia ini adalah atas dasar ilmu yang ada padaku. Dikatakan: Maksudnya: Atas dasar kebaikan yang ada padaku. Demikianlah yang diriwayatkan dari .
Dan selainnya berkata: Yang dimaksud dengan itu adalah: Seandainya Allah tidak ridha kepadaku dan tidak mengetahui keutamaanku, niscaya Dia tidak akan memberiku ini. Allah ﷻ membantah ucapannya: “Dan apakah ia tidak mengetahui bahwasanya Allah telah membinasakan sebelum dia beberapa umat yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta?” Dan seandainya Allah hanya memberikan harta dan dunia kepada orang yang Dia ridhai dan yang Dia utamakan, niscaya Dia tidak akan membinasakan orang-orang yang telah Dia binasakan dari kalangan pemilik harta yang banyak sebelumnya, bersamaan dengan banyaknya apa yang telah Dia berikan kepada mereka, maka ia tidak dicegah dari kebodohannya dan aniayanya terhadap kaumnya dengan nasihat dan peringatan dari peringatan kepada Allah dan nasihat kepadanya, tetapi ia tetap berkeras dalam kebodohannya dan kerugiannya, hingga ia keluar kepada kaumnya dengan perhiasannya, menunggang seekor kuda putih yang berpelana dengan pelana ungu, mengenakan pakaian kuning keemasan, membawa bersama seratus wanita dan empat ribu orang pengikutnya dengan penampilan dan perhiasan seperti dirinya dan kudanya.
Dan sebagian mereka berkata: Mereka yang dibawa bersamanya dengan penampilan dan perhiasan seperti dirinya berjumlah tujuh puluh ribu orang.
Diriwayatkan oleh Ibnu Wakī`, ia berkata: “Telah menceritakan kepada kami Abu Khalid al-Ahmar, dari Utsman bin al-Aswad, dari
: “Maka ia keluar kepada kaumnya dengan perhiasannya,” ia berkata: Dengan kuda-kuda putih, dengan pelana ungu, dengan pakaian kuning keemasan, maka orang-orang yang rugi dari mereka yang ia datangi dengan perhiasannya menginginkan seperti apa yang telah diterimanya, lalu mereka berkata: “Alangkah baiknya kalau kami memperoleh apa yang telah diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai harta yang banyak.” Maka orang-orang yang berilmu tentang Allah membantah ucapan mereka itu, lalu mereka berkata kepada mereka: Celaka kamu hai orang-orang yang menginginkan seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun! Bertaqwalah kepada Allah, dan beramallah dengan apa yang diperintahkan Allah kepadamu, dan tinggalkan apa yang dilarang-Nya kepadamu, sesungguhnya pahala Allah dan balasan-Nya bagi hamba-hamba-Nya yang taat lebih baik bagi orang yang beriman kepada-Nya dan kepada rasul-rasul-Nya, dan beramal dengan apa yang diperintahkan-Nya dari amal yang shaleh, Allah berfirman: “Dan harta benda itu tidak akan diperoleh melainkan oleh orang-orang yang sabar.” Ia berkata: Tidak akan memperoleh ucapan seperti ini kecuali mereka yang sabar dalam meninggalkan perhiasan kehidupan dunia dan mengutamakan pahala Allah yang besar atas amal yang shaleh atas kenikmatan dunia dan syahwatnya, maka mereka beramal untuk memperolehnya.Maka ketika orang yang jahat itu mengingkari nikmat dan berkeras dalam kebodohannya, dan menyombongkan diri atas nikmat Tuhannya, Allah ﷻ mencobanya dengan hukuman atas hartanya dan kebenaran yang diwajibkan-Nya kepadanya, apa yang menyebabkan keserakahannya menjadi siksaan yang pedih baginya, dan menjadikannya sebagai pelajaran bagi orang-orang yang telah lalu dan peringatan bagi orang-orang yang masih hidup.
Diriwayatkan oleh [84], dari , ia berkata: Ketika zakat diturunkan, Qarun menemui Musa lalu ia berdamai dengannya atas setiap seribu dinar satu dinar, dan atas setiap seribu dirham satu dirham, dan atas setiap seribu sesuatu satu sesuatu, atau ia berkata: dan setiap seribu kambing seekor kambing—Ibnu Jarir ath-Thabari berkata: Aku ragu—ia berkata: Kemudian ia pergi ke rumahnya lalu menghitungnya, lalu ia mendapati banyak, lalu ia mengumpulkan Bani Israil, lalu ia berkata: Hai Bani Israil, sesungguhnya Musa telah memerintahkan kamu dengan segala sesuatu, maka kamu telah mentaatinya, dan sekarang ia ingin mengambil hartamu, maka mereka berkata kepadanya: Engkau adalah pemimpin kami dan tuhan kami, maka perintahkanlah kepada kami apa yang engkau inginkan, maka ia berkata: Aku memerintahkan kamu agar membawa wanita pelacur itu, lalu kamu memberikan kepadanya upah, lalu ia menuduhku sendiri. Maka mereka memanggilnya, lalu mereka memberikan kepadanya upah agar ia menuduhku sendiri, kemudian ia menemui Musa lalu berkata: Sesungguhnya kaummu telah berkumpul agar kamu memerintahkan dan melarang mereka, maka ia keluar kepada mereka sedang mereka berada di lapangan yang luas, lalu ia berkata: Hai Bani Israil, barangsiapa yang mencuri, kami akan potong tangannya, dan barangsiapa yang berbuat dusta, kami akan mencambuknya delapan puluh kali, dan barangsiapa yang berzina dan tidak memiliki istri, kami akan mencambuknya seratus kali, dan barangsiapa yang berzina dan memiliki istri, kami akan merajamnya hingga mati—atau ia berkata: kami akan membunuhnya hingga mati—Abu Ja`far berkata: Aku ragu—maka Qarun berkata kepadanya: Bagaimana jika engkau sendiri? Ia berkata: Bagaimana jika aku sendiri? Ia berkata: Dan Bani Israil mengklaim bahwa engkau telah berbuat fasik kepada si fulanah, maka ia berkata: Panggillah ia, jika ia berkata maka seperti apa yang ia katakan, maka ketika ia datang, Musa berkata kepadanya: Hai fulanah, ia berkata: Labbaik! Ia berkata: Apakah aku telah melakukan kepadamu apa yang dikatakan orang-orang ini? Ia berkata: Tidak, dan mereka berdusta, tetapi mereka memberikan kepadaku upah agar aku menuduhmu sendiri, maka Musa meloncat lalu sujud, maka diwahyukan kepadanya: Perintahkanlah bumi dengan apa yang engkau kehendaki, ia berkata: Hai bumi, telanlah mereka, maka bumi menelan mereka hingga ke kaki mereka, kemudian ia berkata: Hai bumi, telanlah mereka, maka bumi menelan mereka hingga ke lutut mereka, kemudian ia berkata: Hai bumi, telanlah mereka, maka bumi menelan mereka hingga ke leher mereka, ia berkata: Maka mereka berkata: Hai Musa, dan memohon kepada Musa, ia berkata: Hai bumi, telanlah mereka, maka bumi menutup mereka, maka Allah mewahyukan kepadanya: Hai Musa, hamba-hamba-Ku memanggilmu: Hai Musa, hai Musa, maka janganlah engkau mengasihi mereka, bagaimana jika mereka menyeru-Ku, niscaya mereka akan mendapati-Ku dekat dan memperkenankan do`a mereka, ia berkata: Maka itulah firman Allah: “Maka ia keluar kepada kaumnya dengan perhiasannya,” dan perhiasannya adalah bahwa ia keluar dengan tunggangan yang berwarna putih dengan pelana ungu, mengenakan pakaian yang diwarnai dengan bahraman: “Orang-orang yang menginginkan kehidupan dunia berkata: `Alangkah baiknya kalau kami memperoleh apa yang telah diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai harta yang banyak.` ” sampai firman Allah: “Orang-orang kafir tidak akan beruntung.” Hai Muhammad, “Rumah itu (surga) di akhirat, Kami berikan kepada orang-orang yang tidak ingin meninggikan diri di bumi dan tidak (ingin) membuat kerusakan di bumi. Dan akibat yang baik itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.”
, ia berkata: “Telah menceritakan kepada kami Jabir bin Nuh, ia berkata: “Telah memberitahukan kepada kami al-A`masy, dari al-Minhal bin Amr, dari Abdullah bin al-HaritsDiriwayatkan oleh
, ia berkata: “Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Isa, dari al-A`masy, dari al-Minhal, dari seorang laki-laki, dari , dengan redaksi yang serupa, dan ia menambahkan di dalamnya: Ia berkata: Maka Bani Israil setelah itu dilanda kekeringan dan kelaparan yang hebat, maka mereka menemui Musa lalu berkata: Do`akanlah kami kepada Tuhanmu, ia berkata: Maka ia mendo`akan mereka, lalu Allah mewahyukan kepadanya: Hai Musa, apakah engkau berbicara kepada-Ku tentang kaum yang telah penuh kezaliman di antara-Ku dan mereka karena dosa-dosa mereka, dan mereka telah memanggilmu lalu engkau tidak mengabulkan mereka? Bagaimana jika mereka menyeru-Ku, niscaya Aku akan mengabulkan mereka.”Diriwayatkan oleh al-Qasim, ia berkata: “Telah menceritakan kepada kami al-Husain, ia berkata: “Telah menceritakan kepada kami Ali bin Hasim bin al-Barid[85], dari al-A`masy, dari al-Minhal, dari , dari , mengenai firman Allah, “Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa,” ia berkata: Ia adalah sepupunya, dan Musa mengadili di wilayah Bani Israil dan Qarun di wilayah lain, ia berkata: Maka ia memanggil seorang wanita pelacur yang ada di Bani Israil, lalu ia memberikan upah kepadanya agar menuduh Musa sendiri, maka ia meninggalkannya, hingga ketika pada hari Bani Israil berkumpul kepada Musa, Qarun mendatanginya lalu berkata: Hai Musa, apa hukuman bagi orang yang mencuri? Ia berkata: Tangannya dipotong, ia berkata: Bagaimana jika engkau sendiri? Ia berkata: Ya, ia berkata: Maka apa hukuman bagi orang yang berzina? Ia berkata: Dirajam, ia berkata: Bagaimana jika engkau sendiri? Ia berkata: Ya, ia berkata: Maka sesungguhnya engkau telah melakukannya, ia berkata: Celaka engkau! Dengan siapa? Ia berkata: Dengan si fulanah, maka Musa memanggilnya lalu berkata: Aku bersumpah kepadamu dengan dzat yang menurunkan Taurat, apakah Qarun berkata benar? Ia berkata: Ya Allah, ketika engkau bersumpah kepadaku, maka aku bersaksi bahwa engkau bersih, dan bahwa engkau adalah utusan Allah, dan bahwa musuh Allah Qarun telah memberiku upah agar aku menuduhmu sendiri, ia berkata: Maka Musa meloncat lalu sujud, maka Allah mewahyukan kepadanya: Angkatlah kepalamu, sesungguhnya Aku telah memerintahkan bumi untuk mentaatimu, maka Musa berkata: Telanlah mereka, maka bumi menelan mereka hingga mencapai betis mereka, ia berkata: Hai Musa, ia berkata: Telanlah mereka, maka bumi menelan mereka hingga mencapai dada mereka, ia berkata: Hai Musa, ia berkata: Telanlah mereka, ia berkata: Maka mereka lenyap, ia berkata: Maka Allah mewahyukan kepadanya: Hai Musa, mereka meminta pertolongan kepadamu, lalu engkau tidak menolong mereka, bagaimana jika mereka meminta pertolongan kepada-Ku, niscaya Aku akan mengabulkan dan menolong mereka.”*
Diriwayatkan oleh Bishr bin Hilal ash-Shaffaf, ia berkata: “Telah menceritakan kepada kami Ja`far bin Sulaiman adh-Dhab`i, ia berkata: “Telah menceritakan kepada kami Ali bin Zaid bin Jad`an, ia berkata: Abdullah bin al-Harits keluar dari rumah dan masuk ke dalam ruangan, maka ketika ia keluar dari situ, ia duduk dan bersandar di atasnya, dan kami duduk di dekatnya, maka ia menceritakan tentang Sulaiman bin Dawud dan firman Allah, “Maka berkatalah Sulaiman: `Wahai para pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa kepadaku singgasananya itu sebelum mereka datang kepadaku dengan berserah diri?`” sampai firman Allah, “Sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Pemurah.” Ia berkata: Kemudian ia diam dari cerita Sulaiman, lalu berkata: “Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, lalu ia berbuat aniaya terhadap mereka,” dan ia telah diberi harta karun sebagaimana yang Allah sebutkan di dalam kitab-Nya: “sehingga kunci-kunci tempat penyimpanannya sungguh berat dipikul oleh beberapa orang yang kuat,” maka ia berkata: Sesungguhnya aku diberi itu atas dasar ilmu yang ada padaku. Ia berkata: Lalu Musa kembali dan ia mengganggu Qarun, maka Musa memaafkannya dan mengampuninya karena hubungan keluarga hingga ia membangun sebuah rumah, dan ia membuat pintu rumahnya dari emas, dan memasang lempengan emas di dinding rumahnya, dan para pembesar Bani Israil mengunjunginya di pagi dan sore hari, memberi mereka makanan, dan bercerita dan bercanda dengannya, maka kesengsaraannya dan cobaannya tidak meninggalkannya hingga ia mengutus seorang wanita dari Bani Israil yang terkenal dengan percabulannya dan celaannya, maka ia datang, ia berkata kepadanya: Maukah engkau kuberikan harta dan kuberi engkau, dan kucampurkan engkau dengan para wanita-wanitaku, dengan syarat engkau datang kepadaku dan para pembesar Bani Israil berada di sisiku, lalu engkau berkata: Hai Qarun, tidakkah engkau melarang Musa dariku? Ia berkata: Ya, maka ketika Qarun duduk dan para pembesar Bani Israil mendatanginya, ia mengutus wanita itu, maka ia datang, lalu ia berdiri di hadapannya, maka Allah membolak-balikkan hatinya dan menimbulkan taubat baginya, maka ia berkata dalam dirinya: Aku tidak mendapati hari ini taubat yang lebih baik daripada tidak menyakiti utusan Allah dan menyengsarakan musuh Allah, maka ia berkata: Sesungguhnya Qarun berkata kepadaku: Maukah engkau kuberikan harta dan kuberi engkau dan kucampurkan engkau dengan para wanitaku dengan syarat engkau datang kepadaku dan para pembesar Bani Israil berada di sisiku, lalu engkau berkata: Hai Qarun, tidakkah engkau melarang Musa dariku? Maka aku tidak mendapati taubat yang lebih baik daripada tidak menyakiti utusan Allah dan menyengsarakan musuh Allah, maka ketika ia mengucapkan kata-kata itu, Qarun jatuh di tangannya, dan ia menundukkan kepalanya, dan ia diam dari para pembesar, dan ia mengetahui bahwa ia telah jatuh ke dalam kebinasaan, maka ucapannya tersebar di antara manusia hingga sampai kepada Musa, maka ketika sampai kepada Musa, amarahnya menjadi hebat, maka ia berwudhu dan shalat dan menangis, dan berkata: Ya Tuhan, musuhmu menggangguku, ia ingin mencemarkan namaku dan mencelakakan namaku, ya Tuhan, berilah aku kekuasaan atasnya, maka Allah mewahyukan kepadanya: Perintahkanlah bumi dengan apa yang engkau kehendaki, niscaya ia akan mentaatimu, maka Musa menemui Qarun, maka ketika ia masuk kepadanya, ia mengetahui kejahatan di wajah Musa terhadapnya, maka ia berkata kepadanya: Hai Musa, kasihanilah aku, ia berkata: Hai bumi, telanlah mereka, ia berkata: Maka rumahnya bergetar dan amblas bersama Qarun dan pengikut-pengikutnya hingga ke mata kaki mereka, dan ia berkata: Hai Musa, kasihanilah aku, ia berkata: Hai bumi, telanlah mereka, maka rumahnya bergetar dan amblas, dan Qarun dan pengikut-pengikutnya terbenam hingga ke lutut mereka, dan ia memohon kepada Musa: Hai Musa, kasihanilah aku! Ia berkata: Hai bumi, telanlah mereka, maka rumahnya bergetar dan amblas, dan Qarun dan pengikut-pengikutnya terbenam hingga ke dada mereka, dan ia memohon kepada Musa: Hai Musa, kasihanilah aku! Ia berkata: Hai bumi, telanlah mereka, maka bumi menelannya dan rumahnya dan pengikut-pengikutnya, ia berkata: Dan dikatakan kepada Musa: Hai Musa, betapa kerasnya engkau, demi kehormatanku, seandainya mereka memanggil-Ku, niscaya Aku akan mengabulkan mereka!”*
Diriwayatkan oleh Bishr bin Hilal, ia berkata: “Telah menceritakan kepada kami Ja`far bin Sulaiman, dari Abi Imran al-Juni, ia berkata: Telah sampai kepadaku bahwa dikatakan kepada Musa: Aku tidak akan menyembah bumi untuk siapa pun setelahmu selamanya.”*
Diriwayatkan oleh Bishr, ia berkata: “Telah menceritakan kepada kami Yazid, ia berkata: “Telah menceritakan kepada kami Sa`id dari
, “Maka Kami benamkan ia beserta rumahnya ke dalam bumi,” ia menyebutkan kepada kami bahwa ia dibenamkan setiap hari satu depa, dan bahwa ia berguncang di dalamnya tidak sampai ke dasarnya hingga hari kiamat.”Ibnu Ja`far berkata, "Ketika azab Allah menimpa Qarun, orang-orang mukmin yang telah menasihati dan memperingatkannya tentang perintah Allah, serta memberi nasihat kepadanya tentang pengetahuan akan hak Allah dan mengerjakan ketaatan-Nya, memuji Allah atas nikmat yang telah Allah berikan kepada mereka. Mereka yang dahulu menginginkan apa yang Qarun miliki berupa harta yang banyak dan kehidupan yang mewah, menyesali keinginan mereka dan menyadari kesalahan mereka. Mereka berkata seperti yang Allah SWT beritakan dalam kitab-Nya:
“Dan Allah meluaskan rizki bagi siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan (bagi siapa yang Dia kehendaki). Dan kalau sekiranya Allah tidak melimpahkan karunia-Nya kepada kita,” maka Dia akan menjauhkan dari kita apa yang telah menimpa Qarun dan pengikutnya, yang dahulu kita inginkan, agar kita tidak dibenamkan seperti mereka. Allah SWT menyelamatkan Nabi Musa dan orang-orang mukmin yang berpegang teguh pada perjanjian-Nya dari Bani Israil dari setiap bencana dan cobaan, dan pengikutnya, yaitu Yosua bin Nun, yang mengikuti Musa dalam ketaatan mereka kepada Tuhan mereka. Allah SWT membinasakan musuh-musuh-Nya dan musuh mereka, yaitu Fir`aun, Haman, Qarun, dan kaum Ken`ani karena kekufuran, pembangkangan dan pengingkaran nikmat mereka, sebagian dengan ditenggelamkan, sebagian dengan dibenamkan, sebagian dengan pedang, dan menjadikan mereka pelajaran bagi orang yang mengambil pelajaran darinya dan peringatan bagi orang yang mengambil hikmah darinya. Meskipun mereka memiliki harta yang banyak, jumlah pasukan yang besar, kekuasaan yang kuat, tubuh yang besar dan gagah, harta, tubuh, kekuatan, pasukan dan pendukung mereka tidak mampu melindungi mereka dari Allah SWT. Karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah, membuat kerusakan di bumi, dan menjadikan hamba-hamba Allah sebagai pelindung bagi diri mereka sendiri, maka mereka ditimpa apa yang selama ini mereka rasa aman. Kita berlindung kepada Allah dari perbuatan yang mendekatkan kepada kemurkaan-Nya, dan kita berharap kepada-Nya agar diberi taufik atas apa yang mendekatkan kepada kecintaan-Nya, dan mendekatkan kepada rahmat-Nya! Diriwayatkan dari Nabi ﷺ..."
[86], dari Abi Idris al-Khaulani[87], dari Abi Dzar[88], ia berkata: [Rasulullah ﷺ bersabda: Nabi pertama Bani Israil adalah Musa dan yang terakhir adalah Isa. Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, apa yang ada di dalam kitab-kitab Musa?" Beliau menjawab, "Semuanya adalah pelajaran. Aku heran kepada orang yang yakin akan neraka lalu ia tertawa, aku heran kepada orang yang yakin akan kematian lalu ia bergembira, aku heran kepada orang yang yakin akan hisab besok lalu ia tidak beramal!"] Kepemimpinan Yosua atas Bani Israil sejak kematian Musa hingga kematian Yosua, seluruhnya berada di zaman Manushyar selama dua puluh tahun, dan di zaman Firasiyab selama tujuh tahun. Kita kembali sekarang kepada uraian tentang penguasa Babel dari kalangan Persia setelah Manushyar, karena kebenaran sejarah hanya dapat dipahami melalui urutan masa hidup para raja.
meriwayatkan, "...pamanku meriwayatkan dari al-Madi bin Muhammad, dari Abi Sulaiman, dari al-Qasim bin MuhammadKetika Manushyar bin Manshakhurnar meninggal, Firasiyab bin Fashanj bin Rustam bin Turk mengalahkan Khinyarits dan kerajaan Persia, dan sampai—menurut yang dikatakan—ke tanah Babel, maka ia banyak menetap di Babel dan di مهرجان قذق, lalu ia banyak berbuat kerusakan di kerajaan Persia. Dan dikatakan: Ia berkata ketika mengalahkan kerajaan mereka: Kami akan segera membinasakan dunia. Dan ia membesar-besarkan kekejaman dan kezalimannya, dan meruntuhkan apa yang telah dibangun dari negeri Khinyarits, dan menutup sungai-sungai dan saluran-saluran air, dan kaumnya mengalami kekeringan pada tahun kelima pemerintahannya, hingga ia keluar dari kerajaan Persia dan kembali ke negeri Turk, maka air meluap pada tahun-tahun itu, dan pohon-pohon yang berbuah menjadi rusak. Maka kaumnya tetap dalam kesengsaraan yang amat besar hingga muncul Zaw bin Tahmasp—dan sebagian orang melafalkan nama Zaw dengan selain itu, sebagian berkata: Zab bin Tahmaspan, dan sebagian berkata: Zagh, dan sebagian berkata: Rasib bin Tahmasp bin Kanju bin Zab bin Arfas bin Harasf bin Wandij bin Ariij bin Nudujush bin Mansuwa—bin Nuzzar bin Manushyar. Dan ibu Zaw adalah Madul, putri Waman bin Wadzarja bin Qud bin Salim bin Afradidun.
Dan dikatakan: Manushyar menemukan Tahmasp di masa pemerintahannya karena suatu kejahatan yang telah dilakukannya, sedang ia menetap di perbatasan Turk karena perang melawan Firasiyab, maka Manushyar ingin membunuhnya karena hal itu, maka para pembesar dari kalangan kerajaan membicarakan kepadanya untuk memaafkannya, dan di antara keadilan Manushyar—menurut yang dikatakan—ialah bahwa ia memperlakukan sama antara yang mulia dan yang hina, dan yang dekat dan yang jauh dalam hukuman, jika sebagian rakyatnya pantas mendapatkan hukuman karena dosa yang telah dilakukannya—maka ia menolak permintaan mereka dan berkata kepada mereka: Ini adalah kelemahan dalam agama, tetapi karena kamu menolakku, maka ia tidak akan tinggal di negeriku dan tidak akan menetap di dalamnya, maka ia mengasingkannya dari kerajaannya, maka ia pergi ke negeri Turk, lalu ia sampai ke wilayah Waman, lalu ia membujuk putrinya yang dikurung di istana karena para ahli nujum telah mengatakan kepada Waman, ayahnya, bahwa ia akan melahirkan anak yang akan membunuhnya, hingga ia mengeluarkannya dari istana tempat ia dikurung, setelah ia hamil darinya yaitu Zaw. Kemudian Manushyar mengizinkan Tahmasp kembali ke Khinyarits, kerajaan Persia, setelah masa hukumannya berakhir, maka ia mengeluarkan Madul, putri Waman, dengan tipu daya darinya dan darinya dalam mengeluarkannya dari istananya di negeri Turk ke kerajaan Persia, maka ia melahirkan Zaw setelah kembali ke negeri Iran Kard, kemudian Zaw—menurut yang dikatakan—membunuh kakeknya, Waman, dalam salah satu penyerangannya terhadap Turk, dan mengusir Firasiyab dari kerajaan Persia hingga ia mengembalikannya ke Turk setelah terjadi peperangan dan pertempuran, maka kekuasaan Firasiyab atas Persia di wilayah Babel berlangsung selama dua belas tahun, sejak kematian Manushyar hingga ia diusir darinya, dan Zaw bin Tahmasp mengeluarkannya ke Turkistan. Diriwayatkan bahwa pengusiran Zaw terhadap Firasiyab dari kerajaan Persia terjadi pada hari Aban dari bulan Abanmah, maka bangsa Persia menjadikan hari itu sebagai hari raya karena terbebasnya mereka dari kejahatan dan kekejaman Firasiyab, dan menjadikannya hari raya ketiga setelah Nowruz dan مهرجان.
Zaw terkenal adil dan baik kepada rakyatnya. Ia memerintahkan perbaikan atas kerusakan yang disebabkan Firasiyab di negeri Khinyarits dan kerajaan Babel; membangun kembali benteng-benteng yang telah diruntuhkan; membersihkan sungai-sungai dan saluran air yang telah ditimbun; dan mengembalikan aliran air yang telah terputus. (Menurut sumber ini) ia menghapus pajak selama tujuh tahun, sehingga negeri Persia makmur di masa pemerintahannya, air melimpah, kehidupan rakyatnya membaik. Ia menggali sungai di al-Suwad dan menamainya Az-Zab. Ia memerintahkan pembangunan kota di tepian sungai tersebut, yang dikenal sebagai kota tua, dan distrik-distriknya, yang dinamai Az-Zawabi. Kota ini memiliki tiga tasasij (distrik): Tasuj Az-Zab bagian atas, Tasuj Az-Zab bagian tengah, dan Tasuj Az-Zab bagian bawah. Ia memerintahkan pengangkutan tanaman aromatik dari pegunungan ke kota tersebut, serta menanam pohon-pohon dan menabur benih. Ia juga merupakan orang pertama yang menciptakan berbagai jenis masakan dan memerintahkan penyediaannya, serta berbagai jenis makanan. Ia memberi hadiah kepada pasukannya dari rampasan perang berupa kuda dan pelana dari harta rampasan dari bangsa Turk dan lainnya. Pada hari penobatannya, ia berkata, “Kita akan memajukan pembangunan kembali apa yang telah dihancurkan oleh penyihir Firasiyab.”
Ia memiliki seorang panglima perang bernama Karshāsb bin Atharṭ bin Sahm bin Nariiman bin Tūrak bin Syirāsb bin Ārushasp bin Tūj bin Afradidun. Beberapa ahli silsilah Persia menyebutkan silsilah yang berbeda, mengatakan bahwa ia adalah Karshāsf bin Ashnās bin Tahmūs bin Ashk bin Tras bin Rahr bin Dūdsarū bin Manushyar—sebagai penasihatnya dalam pemerintahan. Beberapa sumber mengatakan bahwa Zaw dan Karshāsb memerintah bersama, tetapi yang lebih dikenal adalah bahwa Zaw bin Tahmasp adalah raja dan Karshāsb adalah penasihat dan pembantunya.
Karshāsb sangat berpengaruh di Persia, tetapi ia tidak pernah menjadi raja. Pemerintahan Zaw berlangsung hingga kematiannya, yang (menurut sumber ini) terjadi setelah tiga tahun.
Setelah Zaw, Kikaabad menjadi raja. Kikaabad bin Zagh bin Nūhiyah bin Manshu bin Nuzzar bin Manushyar menikahi Fartāk, putri Tardras dari bangsa Turk. Tardras adalah salah satu pemimpin dan bangsawan Turk. Dari pernikahan ini lahirlah Kei Ifne, Kei Kaus, Kei Ārash, Keibeh Ārash, Keifashin, dan Keibiyah. Mereka adalah raja-raja yang perkasa dan nenek moyang para raja yang perkasa.
Dan dikatakan bahwa Kaiqubad berkata pada hari penobatannya dan ketika mahkota diletakkan di atas kepalanya: "Kita akan menguasai negeri-negeri Turk dan bersungguh-sungguh dalam memperbaiki negeri kita, menjaganya." Dan dia mengukur air sungai dan mata air untuk mengairi tanah, menamai negeri-negeri dengan namanya, menetapkan batas-batasnya, membagi wilayah-wilayah, menjelaskan batas setiap wilayah dan daerah sekitarnya. Dia memerintahkan orang-orang untuk mengolah tanah, dan mengambil sepersepuluh dari hasil panennya untuk nafkah tentara. Dikatakan bahwa Kaiqubad menyerupai Firaun dalam keinginannya yang kuat untuk membangun, melindungi negeri dari musuh, dan kesombongannya.
Dikatakan bahwa raja-raja Kayani dan keturunan mereka berasal dari garis keturunannya. Terjadi banyak peperangan antara dirinya dengan bangsa Turk dan lainnya. Dia menetap di perbatasan antara kerajaan Persia dan Turk, dekat Sungai Balkh, untuk mencegah bangsa Turk memasuki wilayah Persia. Masa pemerintahannya berlangsung selama seratus tahun, wallahu a`lam.
Dan sekarang kita kembali ke:
Penyebutan tentang Bani Israil dan para pemimpin yang memimpin mereka setelah Yusha` bin Nun dan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa Dzu dan Kaiqubad.
Tidak ada perbedaan pendapat di antara para ulama yang mengetahui tentang kisah-kisah masa lalu dan urusan umat-umat terdahulu dari kalangan kita maupun selain kita, bahwa pemimpin Bani Israil setelah Yusha` adalah Kaleb bin Yufna, kemudian Hizqil bin Budzi setelahnya, yang disebut juga sebagai Ibnu al-`Ajouz (anak perempuan tua).
Telah menceritakan kepada kami Ibnu Humayd, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Salamah, dari
, ia berkata: "Hizqil bin Budzi disebut Ibnu al-`Ajouz karena ibunya telah meminta kepada Allah untuk dikaruniai anak, padahal ia sudah tua dan mandul. Maka Allah mengabulkannya. Oleh karena itu, ia disebut Ibnu al-`Ajouz. Dialah yang mendoakan kaum yang disebutkan Allah dalam kitab-Nya, sebagaimana yang sampai kepada kami: `Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampung halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati?`meriwayatkan, Ismail bin `Abd al-Karim meriwayatkan dari `Abd ash-Shamad bin Ma`qil, bahwa ia mendengar berkata, “Sebuah bencana dan kesulitan menimpa Bani Israil, mereka mengeluh atas apa yang telah menimpa mereka dan berkata, `Alangkah baiknya jika kami telah mati sebelumnya dan terbebas dari apa yang sedang kami alami!` Maka Allah SWT mewahyukan kepada Hizqil, `Sesungguhnya kaummu telah berteriak karena bencana, dan mereka mengira bahwa mereka ingin mati agar terbebas, tetapi apa gunanya kematian bagi mereka! Apakah mereka mengira bahwa Aku tidak mampu membangkitkan mereka setelah mati? Pergilah ke kuburan fulan, karena di sana ada empat ribu orang`—Wahb berkata: Mereka adalah orang-orang yang Allah SWT sebutkan, “Tidakkah kamu melihat orang-orang yang telah keluar dari negeri mereka sedang mereka berjumlah ribuan karena takut mati?”—`Berdirilah di antara mereka dan panggillah mereka.` Tulang-tulang mereka telah tercerai-berai, tercerai-beraikan oleh burung dan binatang buas, maka Hizqil memanggil mereka, `Hai tulang-tulang yang telah kering, sesungguhnya Allah SWT memerintahkan kamu untuk berkumpul,` maka tulang-tulang setiap orang di antara mereka berkumpul bersama, kemudian Hizqil memanggil untuk kedua kalinya, `Hai tulang-tulang, sesungguhnya Allah SWT memerintahkan kamu untuk berbalut daging,` maka ia berbalut daging, dan setelah daging, kulit, maka mereka menjadi mayat, kemudian Hizqil memanggil untuk ketiga kalinya, `Hai jiwa-jiwa, sesungguhnya Allah SWT memerintahkan kamu untuk kembali ke dalam tubuh-tubuhmu,` maka mereka berdiri atas izin Allah dan mengucapkan takbir satu kali.”
Musa meriwayatkan, Amr meriwayatkan dari Asbaat, dari ﷺ, “Tidakkah kamu melihat orang-orang yang telah keluar dari negeri mereka sedang mereka berjumlah ribuan karena takut mati? Maka Allah SWT berfirman kepada mereka: Matilah kamu kemudian Aku akan menghidupkan kamu kembali.” Itu adalah sebuah desa yang disebut Dawardan sebelum Wasith, maka wabah menimpa desa itu, maka sebagian besar penduduknya melarikan diri dan pergi ke suatu tempat di sekitarnya, maka sebagian besar yang tinggal di desa itu mati, dan yang lainnya selamat, maka tidak banyak yang mati dari mereka, maka ketika wabah itu berakhir, mereka kembali dengan selamat, maka mereka yang tetap tinggal berkata: Teman-teman kita ini lebih bijaksana daripada kita, seandainya kita melakukan seperti yang mereka lakukan, kita akan tetap hidup! Dan jika wabah itu terjadi lagi, kita akan pergi bersama mereka, maka wabah itu terjadi di , maka mereka melarikan diri berjumlah tiga puluh ribu orang, hingga mereka sampai ke tempat itu, yaitu lembah yang subur, maka seorang malaikat memanggil mereka dari bawah lembah dan yang lainnya dari atasnya: Matilah kamu, maka mereka mati hingga binasa, dan tubuh-tubuh mereka membusuk, maka seorang nabi yang bernama Hizqil melewati mereka, maka ketika ia melihat mereka, ia berhenti di dekat mereka lalu berpikir tentang mereka, menggerakkan rahang dan jari-jarinya, maka Allah SWT mewahyukan kepadanya: Hai Hizqil, maukah engkau Aku tunjukkan bagaimana Aku menghidupkan mereka? Ia berkata: Ya, dan sesungguhnya pikirannya adalah bahwa ia heran akan kekuasaan Allah atas mereka, maka ia berkata: Ya, maka dikatakan kepadanya: Panggillah, maka ia memanggil: Hai tulang-tulang, sesungguhnya Allah memerintahkan kamu untuk berkumpul, maka tulang-tulang itu saling mendekat hingga menjadi mayat dari tulang, kemudian Allah SWT mewahyukan agar memanggil: Hai tulang-tulang, sesungguhnya Allah SWT memerintahkan kamu untuk berbalut daging, maka ia berbalut daging dan darah dan pakaiannya yang telah ia pakai ketika ia mati masih ada di atasnya, kemudian dikatakan kepadanya: Panggillah, maka ia memanggil: Hai mayat-mayat, sesungguhnya Allah SWT memerintahkan kamu untuk berdiri, maka mereka berdiri.
, dalam berita yang ia sebutkan dari Abi Malik dan dari Abi Shalih, dari —dan dari Marrah al-Hamadani dari Ibnu Mas`ud—dan dari beberapa sahabat NabiMusa meriwayatkan, Amr meriwayatkan dari Asbaat, yang meriwayatkan bahwa Manshur bin al-Mu`tamir meriwayatkan dari
, bahwa mereka berkata ketika dihidupkan kembali, "Maha Suci Engkau, Tuhan kami, dan dengan memuji-Mu, tidak ada Tuhan selain Engkau." Mereka kembali kepada kaum mereka dalam keadaan hidup, tetapi masih terlihat bekas kematian di wajah mereka. Pakaian yang mereka kenakan berubah menjadi seperti kain kafan. Mereka kemudian meninggal sesuai dengan ajal yang telah ditetapkan bagi mereka.meriwayatkan, Hukkam meriwayatkan dari `Anabasah, dari Asy`ats, dari Salim an-Nashri, yang berkata, “Suatu ketika `Umar bin al-Khaththab sedang shalat dan ada dua orang Yahudi di belakangnya. `Umar biasa membungkuk ketika hendak rukuk. Salah seorang Yahudi berkata kepada temannya, `Apakah dia itu?` Temannya menjawab, `…`”
Ketika `Umar selesai shalat, ia bertanya, “Apakah kalian mendengar salah seorang di antara kalian berkata kepada temannya, `Apakah dia itu?`” Mereka menjawab, “Kami menemukan dalam kitab kami bahwa sebuah tanduk besi diberikan kepada Hizqil, yang menghidupkan orang mati atas izin Allah.” `Umar berkata, “Kami tidak menemukan dalam kitab kami Hizqil, dan yang menghidupkan orang mati atas izin Allah hanyalah Isa bin Maryam.” Mereka menjawab, “Bukankah kamu temukan dalam kitab Allah, `dan (juga) beberapa rasul yang tidak Kami kisahkan kepadamu`?” `Umar berkata, “Ya.” Mereka berkata, “Adapun tentang menghidupkan orang mati, kami akan ceritakan kepadamu. Wabah melanda Bani Israil, dan sebagian mereka keluar. Ketika mereka berada di puncak bukit, Allah SWT mematikan mereka. Kemudian, orang-orang membangun tembok di atas mereka. Ketika tulang-tulang mereka telah lapuk, Allah SWT mengutus Hizqil, yang berdiri di atas mereka dan berkata, `Maha Suci Allah!` Maka Allah SWT menghidupkan mereka kembali. Allah SWT menurunkan ayat ini, “Tidakkah kamu melihat orang-orang yang telah keluar dari negeri mereka sedang mereka berjumlah ribuan karena takut mati?” dan seterusnya.”
ﷺ, sebagaimana yang telah sampai kepada kita, “Tidakkah kamu melihat orang-orang yang telah keluar dari negeri mereka…” dan seterusnya.
meriwayatkan, Salamah meriwayatkan dari , dari , bahwa setelah Yosua wafat, Kaleb bin Yufna digantikan oleh Hizqil bin Buzi, yang disebut Ibnu al-`Ajūz. Dialah yang berdoa untuk kaum yang Allah SWT sebutkan dalam kitab-Nya untuk Muhammadberkata, Salamah berkata, berkata, “Telah sampai kepadaku bahwa mereka keluar untuk menghindari wabah, seperti tha`un, atau penyakit yang menyerang manusia, karena takut mati. Mereka berjumlah ribuan, sampai ketika mereka sampai di suatu dataran, Allah SWT berfirman kepada mereka, `Matilah kamu.` Maka mereka mati semuanya. Penduduk daerah itu kemudian membangun pagar di sekeliling mereka agar terhindar dari binatang buas, dan meninggalkan mereka di sana, karena jumlah mereka terlalu banyak untuk dikuburkan. Waktu terus berlalu hingga mereka menjadi tulang-tulang yang kering. Hizqil bin Buzi kemudian lewat, berhenti, dan heran melihat mereka. Rahmat Allah turun kepadanya, dan ia ditanya, `Apakah kamu ingin Allah SWT menghidupkan mereka?` Ia menjawab, `Ya.` Kemudian dikatakan kepadanya, `Katakanlah, “Hai tulang-tulang yang telah kering dan hancur, kembalilah setiap tulang kepada pasangannya.”` Ia pun memanggil mereka, dan melihat tulang-tulang itu saling bergabung. Kemudian dikatakan kepadanya, `Katakanlah, “Hai daging, urat, dan kulit, balutlah tulang-tulang ini atas izin Tuhanmu.”` Ia pun melihat urat-urat membalut tulang, kemudian daging, kulit, dan rambut, hingga mereka menjadi manusia utuh tanpa ruh. Kemudian ia berdoa memohon kehidupan bagi mereka, maka sesuatu seperti awan menaunginya hingga ia pingsan. Ketika ia sadar, orang-orang itu telah duduk dan berkata, `Maha Suci Allah, Dia telah menghidupkan mereka kembali!` (Sumber ini) tidak menyebutkan berapa lama Hizqil tinggal di tengah Bani Israil.”
[1] Muhammad bin Humayd bin Hayyan al-Rani, wafat 248 H / 861 M. Seorang penyampai tradisi yang sering dikutip, terutama, seperti di sini, dari Salamah bin Ishaq. Lihat Ibn Hajar dalam karyanya Tahdhib al-Tahdhib, IX, 127-131; F. Sezgin dalam Geschichte des arabischen Schrifttums, I, 29, 30, 79, 242, 253; Kh. al-Zirikli di dalam karyanya al-A`lam, VI, 343.
[2] Salamah bin al-Fadl al-Angiri, al-Abrash, wafat 191 H / 807 M. Seorang tradisionis, sejarawan maghazi, dan hakim di al-Rayy. Seorang sahabat Ibn Ishaq, dari mana ia merupakan penyampai yang terpercaya. Lihat Ibn Sa`d dalam Kitab al-Tabaqat, VII, 110; Ibn Hajar dalam karyanya Tahdhib al-Tahdhib, IV, 153-154; briefly noted in Brockelmann, Geschichte der arabischen Litteratur, Suppl. I, 205.
[3] bin Yasir al-Muffalabi al-Madani, 85-150 H / 704-767 M. Seorang tradisionis dan biografer yang terkenal serta terpercaya dari Nabi. Lihat Ibn Sa`d dalam Kitab al-Tabaqat, VII, 67; Brockelmann dalam Geschichte der arabischen Litteratur, I, 134, Suppl. 1, 205; F. Sezgin dalam Geschichte des arabischen Schrifttums, I, 188-190; Encyclopaedia Iranica, s.v "Ibn Ishak." Lihat biografi dan evaluasi karyanya oleh G. D. Newby, The Making of the Last Prophet, hlm. 5-15.
[4] Di dalam Kitab Taurat Ayah Imran adalah Qahits atau Kahath, sementara Yashar atau Izhar adalah anak Qahits atau Kahath.
[5] Asiya binti Muzahim merupakan ibu angkat Nabi Musa yang merupakan putri Firaun (Yahudi dan Kristen) dan istri Firaun (Islam). Di dalam kalangan Yahudi dikenal dengan nama dengan Thermouthis, Tharmuth atau Bithiah. Sedangkan di dalam kalangan Kristen dinamakan Merrhis, Maris, Makri dan sejenisnya. Kristen Syria menamakannya Ra`osya yang kemudian di dalam Islam menjadi Asiya. Makri/Merrhis diambil dari bahasanya Maa(t)-ka-re merupakan nama dari Ratu Hatsepshut. Dia adalah anak dari Thutmosis I (dari Thutmosis kemudian Mosisnya menjadi Muzahim di Arab). Hatsepshut kemudian menikah dengan Firaun Thutmosis II.
[6] Al Walid berarti Nama Firaun yang tidak dikenal oleh orang Arab sehingga disebut Al Walid anak Mus`ab. Firaun ini tidak lain adalah Firaun Amenhotep II anak dari Thutmose II, Mus`ab sendiri adalah perubahan dari Thutmose. Amenhotep II berkuasa dari tahun 1453–1426 SM menurut Kronologi Tinggi
[7] Di dalam Prasasti kampanye Tahun ke-3 Amenhotep II, misalnya, mencatat bagaimana ia mengangkut para pemimpin musuh yang diikat terbalik ke haluan kapal kerajaannya, sebelum memaku mereka—tanpa tangan mereka—ke tembok Thebes dan Napata. kampanye Tahun 9, Amenhotep II memerintahkan penggalian parit, yang kemudian ia isi dengan tahanan yang ia bakar dalam “bencana yang membara”
[8] Allah mengeraskan hati Firaun sebagaimana ini diuraikan di dalam teks Taurat Keluaran 7:3-4, Keluaran 9:12, Keluaran 10:1.
[9] Menurut terjemah KJV tentang Keluaran 1:11, yang secara eksplisit mengatakan bahwa budak-budak Israel membangun "kota-kota harta karun" Menariknya, versi Septuaginta abad ketiga SM dari Keluaran 1:11 mengidentifikasi Heliopolis sebagai salah satu kota harta karun Mesir yang penting saat ini. Salah satu pejabat Amenhotep II, bernama Rekhmire. Di dinding makam Rekhmire pada pertengahan abad ke-15 dihiasi dengan lukisan-lukisan budak Semit yang membuat batu bata dari lumpur, air, dan sekam. Sebuah prasasti di makam Rekhmire berbunyi: "Bergembiralah, hai pangeran, semua urusanmu berkembang pesat. Gudang harta karun melimpah.
[10] Mengacu kepada Firaun sebelumnya, yaitu Thutmosis II suami dari Ratu Hatsepshut. Asiyah binti Muzahim adalah hasil transkripsi dari Ra`osha dalam Bahasa Aram atau Suryani sebagaimana didalam Kitab Bar Hebraeus atau Bar Abraya, atau di dalam Taurat disebut Makri yang merupakan nama dari seorang putri Firaun yaitu Hatsepshut yang merupakan istri Firaun Thutmose II, Firaun saat Nabi Musa.
[11] Firaun yang memulai itu adalah Firaun dari Dinasti XVIII dimulai dari Ahmosis, hingga Thutmosis I yang merupakan ayah dari ratu Hatsepshut yang bukan merupakan garis keturunan anak dari Firaun sebelumnya, Thutmosis I adalah panglima dari Raja Amenhotep I, yang hanya memiliki seorang anak putri yaitu Ratu Ahmose yang kemudian dinikahkan kepada panglimanta Thutmosis I, yang kemudian lahirlah ratu Makare Hatsepshut yang kemudian dikenal dengan Makari, Tharmuth, Raosha atau kemudian Asiyah.
[12] Firaun yang tercatat di dalam Prasasti Aswan, dari tahun pertama pemerintahan Thutmose II bahwa ia membunuh anak laki-laki musuh.
[13] Musa bin Harun, mungkin Musa bin Harun al-Hamdani. Bandingkan Geschichte des arabischen Schrifttums (GAS), I, 33, catatan kaki 2.
[14] Abu Malik, sering dikaitkan dengan , yang namanya disebutkan berikutnya, mungkin Abu Malik al-Ghifari. Ibnu Sa`d, Kitab al-Tabaqat al-Kabir, VI, 206.
[15] Badham, mawali dari Ummu Hani` binti Abi Thalib. Ibnu al-Kalbi dan lain-lain menerima hadits dari Ummu Hani`. Ibnu Sa`d, Kitab al-Tabaqat al-Kabir, V, 222.
[16] Murrah bin Sharahil al-Hamdani, menurut Ibnu Sa`d, Kitab al-Tabaqat al-Kabir, VI, 79.
[17] Abdullah bin Ghafil bin Habib al-Hudhali, dikenal sebagai Ibnu Mas`ud, wafat 32 H/653 M. Berasal dari keluarga sederhana, ia menjadi salah satu Muslim pertama, seorang sahabat Nabi yang terkenal dan pembaca Al-Qur`an. Hadits dan bacaan Al-Qur`annya lebih disukai di Kufah dan oleh Syiah pada umumnya. Encyclopaedia of Islam (EP), s.v. "Ibn Mas`ud"; Shorter Encyclopaedia of Islam, 150; Geschichte des arabischen Schrifttums (GAS), I, 3, 5, 14, 86 dan seterusnya; Kh. al-Zirikli, al-A`lam, IV, 280; B. Dodge (ed.), The Fihrist of al-Nadim, II, 936.
[18] Saudara Musa disini adalah Maryam binti Imran
[19] Makare Hatsepshut dan suaminya adalah Firaun Thutmose II
[20] Surat Al-Qasas ayat 8
[21] Surat Al-Qasas ayat 12
[22] Surat Al-Qasas ayat 10
[23] Surat Al-Qasas ayat 13
[24] Surat Al-Qasas ayat 9
[25] Surat Al-Qasas ayat 15
[26] Al-Asbagh bin Zayd al-Warraq al-Juhani (mawali al-Juhaynah), wafat 159 H/776 M, seorang penjual buku yang menyalin teks Al-Qur`an dan perawi hadits yang lemah, menurut Ibnu Sa`d, Kitab al-Tabaqat al-Kabir, VII/2, 61.
[27] Mungkin al-Fadl bin Musa al-Sinani, dari daerah Marw. Ibnu Sa`d, Kitab al-Tabaqat al-Kabir, VII/2, 104.
[28] Sulaiman bin Mihran al-Asadi, dijuluki al-A`masy, 61-148 H/681-765 M. Seorang ahli hadits dan qari` Al-Qur`an dari Kufah, mengikuti sistem Ibnu Mas`ud. Encyclopaedia of Islam (EP), s.v. "al-A`mash"; Ibnu Sa`d, Kitab al-Tabaqat al-Kabir, VI, 238; Kh. al-Zirikli, al-A`lam, III, 198; Geschichte des arabischen Schrifttums (GAS), I, 9, 87, 310-11, 560.
[29] Aththam bin `Ali, Abu `Ali, wafat 195 H/811 M, seorang ahli hadits Kufah yang terpercaya. Ibnu Sa`d, Kitab al-Tabaqat al-Kabir, VI, 173.
[30] Hakkam bin Salm al-Razi. Ibnu Sa`d, Kitab al-Tabaqat al-Kabir, VII/2, 110
[31] Anbasah bin Sa`id al-Kufi, keturunan Umayyah, ia menerima hadits dari Abu Hurairah. Ibnu Sa`d, Kitab al-Tabaqat al-Kabir, V, 177.
[32] Abu Husayn al-Rawi. Indeks, 169. Tidak diidentifikasi lebih lanjut. Mungkin orang yang disebutkan oleh Ibnu Sa`d, Kitab al-Tabaqat al-Kabir, IV/2, 19.
[33] Mungkin al-Qasim bin al-Hasan al-Hamadani, wafat 272 H/885 M, seperti yang tertera dalam rantai perawi di Geschichte des arabischen Schrifttums (GAS), I, 37.
[34] Al-Husayn bin Dawud al-Massisi, wafat 226 H/840 M. Lihat Geschichte des arabischen Schrifttums (GAS), I, 31.
[35] Al-Hajjaj bin Muhammad al-A`war, Abu Muhammad, wafat 206 H/821 M di Baghdad. Seorang perawi yang terpercaya. Geschichte des arabischen Schrifttums (GAS), I, 31; Ibnu Sa`d, Kitab al-Tabaqat al-Kabir, VII/2, 75, 186.
[36] Wahb bin Sulaiman al-Dhimari, seorang ulama dari Yaman. Ibnu Sa`d, Kitab al-Tabaqat al-Kabir, V, 391; B. Dodge (ed.), The Fihrist of al-Nadim, II, 1121; Yaqut al-Hamawi, Mu`jam al-Buldan, II, 129.
[37] Syu`ayb al-Jabal, seorang ulama dari Yaman dan sezaman dengan Tawus bin Kaysan, yang wafat pada 106 H/724 M. Yaqut al-Hamawi, Mu`jam al-Buldan, II, 12, s.v. "Jabal".
[38] Abu Mu`awiyah al-Darir, Muhammad bin Khazim, 113-194 H/731-810 M. Seorang penghafal hadits yang buta dan perawi yang terpercaya dari banyak hadits, yang wafat di Kufah. Ibn Hajar al-`Asqalani, Tahdhib al-Tahdhib, IX, 137; Ibnu Sa`d, Kitab al-Tabaqat al-Kabir, VI, 273; Kh. al-Zirikli, al-A`lam, VI, 345.
[39] `Amr bin Murrah al-Jamali, wafat 116 atau 118 H/734 atau 736 M. Dari Madhhij di Yaman. Ibnu Sa`d, Kitab al-Tabaqat al-Kabir, VI, 220.
[40] Al-`Ala` bin `Abd al-Jabbar al-`Aftar, seorang Basri yang menetap di Mekkah dan meriwayatkan banyak hadits. Ibnu Sa`d, Kitab al-Tabaqat al-Kabir, V, 367.
[41] Hammad bin Salamah bin Dinar, Abu Salamah, wafat 164 atau 166 H/781 atau 783 M, di Basrah. Seorang mufti dan ulama terkenal yang meriwayatkan banyak hadits, seringkali hadits yang tidak disetujui. Ibnu Sa`d, Kitab al-Tabaqat al-Kabir, VII/2, 39; B. Dodge (ed.), The Fihrist of al-Nadim, II, 993; Kh. al-Zirikli, al-A`lam, II, 302.
[42] Ka`b al-Ahbar, Mati`, Abu Ishaq, wafat 32 H/651 M. Seorang Yahudi Yaman yang masuk Islam di masa pemerintahan Umar bin Khattab, ia berhijrah ke Madinah, kemudian ke Suriah, dan menjadi sumber terkenal, sering dikutip, untuk tradisi Yahudi dan Yaman. Ibnu Sa`d, Kitab al-Tabaqat al-Kabir, VII/2, 156; Encyclopaedia of Islam (EP), s.v. "Ka`b al-Ahbar", I, 17; Ibn Hajar al-`Asqalani, Tahdhib al-Tahdhib, VIII, 438-40; Encyclopaedia Judaica (EA), 10:488; I. Ben Zeev, Ka`b al-Ahbar; Geschichte des arabischen Schrifttums (GAS), I, 304-5.
[43] Abdullah bin Amr bin al-`As, 65-84 H/616-684 M. Seorang muallaf awal dan sumber banyak hadits dari Nabi, ia menjabat sebagai gubernur Kufah secara singkat di bawah kekuasaan Muawiyah. Ibnu Sa`d, Kitab al-Tabaqat al-Kabir, IV/2, 8-13; Geschichte des arabischen Schrifttums (GAS), I, 84; Kh. al-Zirikli, al-A`lam, IV, 250.
[44] Haman merujuk ahli Arsitektur yang dianggap sebagai nabi Mesir yaitu Amenhotep bin Hapu yang lahir di masa pemerintahan Thutmosis III dan beberapa Firaun setelahnya.
[45] Dalam hal ini Firaun Amenophis II telah melihat bukti Arsitektur yang sangat bagus pada Kuil Makare di Deir el-Bahari yang dibangun oleh Senenmut / Djehuty (Musa AS) dengan kompleks "Punt"-nya, yaitu miniatur "Meroe" yang didedikasikannya kepada kuil pemakaman ibunya Merrhis (Makare Hatsepshut), menurut Artapanus tersebut sebuah ruangan yang disebut Djeser Djeseru dalam bahasa asli Mesir, yang berarti "Yang Mahakudus." Dimana ruang tersebut adalah ruang suci yang sangat mungkin untuk tempat munajat Musa kepada Tuhannya.
Di ayat tersebut, Firaun menantang Ahli Arsitekturnya yaitu Haman-Hotep bin Hapu yang bahkan dianggap sebagai Nabi orang Mesir untuk membuat bangunan yang dilengkapi ruangan Djeser Djeseru agar ia bisa menyaksikan Tuhan Musa karena Musa yang merupakan Kalamullah yang biasa bercakap dan bermunajat kepada Tuhannya di ruangan Maha Kudus (Djeser Djeseru) atau Kodesh ha-Kodashim
Di kemudian hari Nabi Musa juga dalam pembangunan tempat Ibadah Bait Suci di padang gurun membuat sebuah ruang paling suci di Bait Suci sebagaimana yang dibuat pada Pemakaman ibunya yang ia sebut sebagai Kodesh ha-Kodashim dalam bahasa Ibrani, "Yang Mahakudus."
[46] Yazid bin Zuray`, Abu Mu`awiyah, 102-182 H/720-798 M. Seorang Basri yang dianggap sebagai perawi hadits yang terpercaya. Ibnu Sa`d, Kitab al-Tabaqat al-Kabir, VII/2, 44; Ibn Hajar al-`Asqalani, Tahdhib al-Tahdhib, XI, 325-28; Kh. al-Zirikli, al-A`lam, IX, 235.
[47] Muhammad bin Ka`b bin Sulaim al-Qurazi, wafat 118 H/736 M. Dianggap sebagai salah satu sumber hadits yang paling berilmu di antara para ulama awal, ia menulis tafsir Al-Qur`an dan karya sejarah. Geschichte des arabischen Schrifttums (GAS), I, 31; Ibn Hajar al-`Asqalani, Tahdhib al-Tahdhib, II, 420-22.
[48] Yahya bin Urwah bin al-Zubayr, Abu Urwah, wafat sekitar 114 H/732 M. Ia adalah tokoh terkemuka di Madinah dan keponakan Abdullah bin al-Zubayr. Ibn Hajar al-`Asqalani, Tahdhib al-Tahdhib, XI, 258; Kh. al-Zirikli, al-A`lam, IX, 195.
[49] Urwah bin al-Zubayr bin al-`Awwam al-Asadi, 24-94 H/643-712 M. Ia adalah salah satu ulama hukum besar Madinah dan perawi hadits terkenal. Ibnu Sa`d, Kitab al-Tabaqat al-Kabir, V, 132-35; Ibn Hajar al-`Asqalani, Tahdhib al-Tahdhib, VII, 180-85; Geschichte des arabischen Schrifttums (GAS), I, 278; Kh. al-Zirikli, al-A`lam, V, 17.
[50] Abdullah bin Shaddad bin Alhad al-Laythi, wafat sekitar 81 H/701 M. Seorang perawi yang terpercaya dengan kecenderungan Syiah, ia meriwayatkan hadits dari Umar dan Ali dan terbunuh bersama ulama lain yang bergabung dalam pemberontakan Ibnu al-Asy`ats melawan al-Hajjaj. Ibnu Sa`d, Kitab al-Tabaqat al-Kabir, VI, 86-87.
[51] Abu Dawud al-Tayalisi al-Basri, Sulaiman bin Dawud bin al-Jarud, 133-sekitar 203 H/750-sekitar 818 M. Ia meriwayatkan hadits dari sejumlah sumber, dan Ahmad bin Hanbal, di antara yang lain, meriwayatkan darinya. Ibn Hajar al-`Asqalani, Tahdhib al-Tahdhib, IV, 196; Ibnu Sa`d, Kitab al-Tabaqat al-Kabir, VII/2, 51; Kh. al-Zirikli, al-A`lam, II, 187.
[52] Ali bin Zayd bin `Abdullah bin Jud`an, Abu al-Hasan, al-Taymi al-Basri, wafat 127 H/744 M atau 130 H/747 M. Buta sejak lahir, ia dianggap sebagai perawi hadits yang lemah. Geschichte des arabischen Schrifttums (GAS), I, 71; Ibnu Sa`d, Kitab al-Tabaqat al-Kabir, VII/2, 18; Kh. al-Zirikli, al-A`lam, V, 101.
[53] Yusuf bin Mihran. Meriwayatkan dari dan dianggap terpercaya. Ibnu Sa`d, Kitab al-Tabaqat al-Kabir, VI/1, 161.
[54] Muhammad bin Bashshar bin `Utsman bin Dawud al-`Abdi al-Basri Bundar, Abu Bakr, 167-252 H/783-866 M. Dianggap sebagai perawi yang terpercaya, ia dikutip oleh al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan lainnya. Ibn Hajar al-`Asqalani, Tahdhib al-Tahdhib, II, 70-71; Geschichte des arabischen Schrifttums (GAS), I, 113-14; Kh. al-Zirikli, al-A`lam, VI, 277.
[55] bin Ismail al-`Adawi, Abu `Abd al-Rahman, wafat 207 H/822 M. Ia adalah perawi yang terpercaya, meskipun dengan banyak kesalahan karena ia meriwayatkan dari ingatan. Ibnu Sa`d, Kitab al-Tabaqat al-Kabir, V, 367; Ibn Hajar al-`Asqalani, Tahdhib al-Tahdhib, X, 380; Kh. al-Zirikli, al-A`lam, VII, 290-91.
[56] Abu Ishaq al-Hamdani al-Sabt, `Amr bin `Abdullah, 33-129 H/653-745 M. Seorang penduduk Kufah, ia meriwayatkan dari berbagai sumber dan ahli dalam maghazi. Geschichte des arabischen Schrifttums (GAS), I, 283; Ibnu Sa`d, Kitab al-Tabaqat al-Kabir, VI, 123; Ibn Hajar al-`Asqalani, Tahdhib al-Tahdhib, V, 63-67; Kh. al-Zirikli, al-A`lam, V, 251.
[57] Al-Hasan bin `Atiyah al-`Awfi, wafat 181 H/797 M. Ibn Hajar al-`Asqalani, Tahdhib al-Tahdhib, IV, 294; Geschichte des arabischen Schrifttums (GAS), I, 30.
[58] Qays bin al-Rabī` al-Asadi, Abu Muhammad, wafat 168 H/784 M. Ia terkenal karena banyaknya perjalanan untuk mendengar hadits dan keilmuannya. Ibnu Sa`d, Kitab al-Tabaqat al-Kabir, VI, 261-63.
[59] `Ammar bin Abi `Ammar, mawali Bani Hasyim. Mungkin putra Yasir bin `Amir al-Kinani, Abu `Ammar, wafat sekitar 61 H, seorang muallaf awal. Kh. al-Zirikli, al-A`lam, II, 153.
[60] , `Abd al-Rahman bin Sakhr al-Dawsi, lahir 602 M, wafat 59 H/679 M. Sahabat Nabi ini terkenal karena banyaknya hadits yang ia riwayatkan, banyak di antaranya digunakan oleh al-Bukhari dan Muslim. Encyclopaedia of Islam (EP), s.v. "Abu Hurayrah"; Kh. al-Zirikli, al-A`lam, II, 80-81; Ibn Hajar al-`Asqalani, Tahdhib al-Tahdhib, XII, 262-67.
[61] Abu Sinan Dirar bin Murrah al-Shaybani. Seorang perawi hadits yang terpercaya di Kufah. Ibnu Sa`d, Kitab al-Tabaqat al-Kabir, VI, 236.
[62] `Amr bin Maymun al-Awdi, wafat 74 atau 75 H/693 atau 694 M. Meriwayatkan hadits dari Umar. Ibnu Sa`d, Kitab al-Tabaqat al-Kabir, VI, 80.
[63] `Abd al-Karim bin al-Haytham bin Ziyad al-Qattan, wafat 178 H/794 M. Ia mengunjungi pusat-pusat pembelajaran utama di Irak, Damaskus, dan Mesir dan dianggap sebagai perawi yang terpercaya. Geschichte des arabischen Schrifttums (GAS), I, 153-54.
[64] Ibrahim bin Bashshar al-Ramadi, Abu Ishaq. Seorang sahabat Ibnu `Uyaynah (catatan kaki 33, di atas), ia meninggal di Basrah. Ibnu Sa`d, Kitab al-Tabaqat al-Kabir, VI/2, 58.
[65] Mungkin Sa`id bin Abi Sa`id al-Miqbari, Ibnu Sa`d, Kitab al-Tabaqat al-Kabir
[66] `Amr bin Muhammad al-`Anqari (?). Lihat Ibnu Sa`d, Kitab al-Tabaqat al-Kabir, VI, 281-82.
[67] Sulaiman bin Harb al-Azdi al-Washiji, Abu Ayyub, 140-235 H/757-849 M. Seorang perawi yang terpercaya dari banyak hadits, ia menjabat sebagai qadi di Mekkah, kemudian kembali ke Basrah, tempat ia meninggal. Ibnu Sa`d, Kitab al-Tabaqat al-Kabir, VII/2, 51; Kh. al-Zirikli, al-A`lam, III, 183; Ibn Hajar al-`Asqalani, Tahdhib al-Tahdhib, IV, 178.
[68] Abu Hilal Muhammad bin Sulaim, Abu `Abdullah, al-`Abdi. Ia hidup pada masa pemerintahan al-Ma`mun, ketika ia menjabat sebagai qadi. Ibnu Sa`d, Kitab al-Tabaqat al-Kabir, VII/2, 93.
[69] Al-Muthanna bin Ibrahim al-Amuli, wafat 224 H/837 M. Indeks, 497; Geschichte des arabischen Schrifttums (GAS), I, 20, 27, 35, 41.
[70] Muslim bin Ibrahim al-Azdi al-Farahidi, Abu `Amr, wafat 223 H/836 M. Seorang Basri yang meriwayatkan dari beberapa otoritas dan dikutip oleh al-Bukhari, Abu Dawud, dan lainnya. Seorang perawi yang terpercaya. Ibnu Sa`d, Kitab al-Tabaqat al-Kabir, VII/2, 55; Geschichte des arabischen Schrifttums (GAS), I, 103; Ibn Hajar al-`Asqalani, Tahdhib al-Tahdhib, X, 121-23.
[71] Ismail bin Abi Khalid, mawali al-Bujaylah, al-Ahmasi, wafat 146 H/763 M. Geschichte des arabischen Schrifttums (GAS), I, 821.
[72] Ibrahim bin Yazid bin Qays al-Nakha`i, Abu `Imran, 50-97 H/670-715 M, seorang ulama dan perawi hadits terkemuka dari Kufah. Ibnu Sa`d, Kitab al-Tabaqat al-Kabir, VI, 188-99; Ibn Hajar al-`Asqalani, Tahdhib al-Tahdhib, I, 177-79; Kh. al-Zirikli, al-A`lam, I, 76; Geschichte des arabischen Schrifttums (GAS), I, 403-4.
[73] `Abd al-Rahman bin Mahdi bin Hassan al-`Anbari al-Lu`lu` al-Basri, 135-198 H/751-814 M. Salah satu penghafal hadits terkemuka. Geschichte des arabischen Schrifttums (GAS), I, 781; Kh. al-Zirikli, al-A`lam, IV, 115.
[74] Yahya bin Sa`id al-Qattan al-Taymi, Abu Sa`id, 120-198 H/737-813 M. Seorang penghafal hadits dari Basrah, ia memberikan fatwa menurut mazhab Abu Hanifah. Ibnu Sa`d, Kitab al-Tabaqat al-Kabir, VII/2, 47; Geschichte des arabischen Schrifttums (GAS), I, 852; Kh. al-Zirikli, al-A`lam, II, 181.
[75] Ja`far bin Sulaiman al-Duba`i, , mawali Bani al-Harits, wafat 178 H/794 M, seorang perawi yang terpercaya, cenderung ke Syiah. Ibnu Sa`d, Kitab al-Tabaqat al-Kabir, VII/2, 44.
[76] Jarir bin `Abd al-Hamid al-Razi al-Thabbi, 110-188 H/728-804 M. Seorang penduduk Kufah yang hidup dan meninggal di Rayy, ia sangat dicari karena pengetahuannya yang luas tentang hadits (Ibnu Sa`d, Kitab al-Tabaqat al-Kabir, VII/2, 110; Kh. al-Zirikli, al-A`lam, II, 111), menurut Indeks, 99. Tetapi Geschichte des arabischen Schrifttums (GAS), I, 404, tampaknya menunjukkan bahwa adalah yang berikutnya dalam transmisi dari Mansur bin al-Mu`tamir, di bawah.
[77] Mansur bin al-Mu`tamir bin `Abdullah al-Sulami, Abu `Attab, wafat 132 H/749 atau 750 M. Seorang perawi hadits Kufah yang sangat terkenal, yang tidak ada seorang pun yang menghafal lebih banyak hadits darinya, ia dianggap sangat terpercaya. Ibn Hajar al-`Asqalani, Tahdhib al-Tahdhib, I, 312; Ibnu Sa`d, Kitab al-Tabaqat al-Kabir, VI, 235; Kh. al-Zirikli, al-A`lam, V, 245.
[78] Khaithamah bin `Abd al-Rahman. Ia adalah seorang ahli hadits yang terpercaya, lahir di Madinah, yang tinggal di Kufah. Ibnu Sa`d, Kitab al-Tabaqat al-Kabir, VI, 200-1.
[79] Hisyam (dalam teks). Sesuai dengan Ibrahim, I, op. cit., 444, catatan kaki 2, yang mengidentifikasinya sebagai Hushaym bin Bashir bin al-Qasim al-Sulami, Abu Mu`awiyah, 104-183 H/722-799 M. Seorang perawi hadits dari Ismail bin Salim, menurut Ibn Hajar al-`Asqalani, Tahdhib al-Tahdhib, XI, 59-63; Ibnu Sa`d, Kitab al-Tabaqat al-Kabir, VII/2, 61; Geschichte des arabischen Schrifttums (GAS), I, 38; Kh. al-Zirikli, al-A`lam, II, 89.
[80] Ismail bin Salim al-Asadi. Seorang penduduk Kufah yang tinggal di Baghdad sebelum menjadi ibu kota Abbasiyah, ia dianggap sebagai otoritas yang terpercaya dan banyak dikutip oleh Hushaym di atas. Ibnu Sa`d, Kitab al-Tabaqat al-Kabir, VII/2, 67.
[81] Hafs bin Ghiyath bin Talq al-Nakha`i al-Azdi, Abu Umar, 117-194 H/735-810 M. Ia adalah qadi Kufah, seorang penghafal hadits yang terpercaya, dan sahabat Abu Hanifah. Ibnu Sa`d, Kitab al-Tabaqat al-Kabir, VI, 271-72; Kh. al-Zirikli, al-A`lam, II, 291-92.
[82] Al-Layth bin Sa`d bin `Abd al-Rahman, Abu al-Harits, al-Misri, 95-175 H/713-791 M. Ia adalah seorang ahli hadits dan ulama hukum terkemuka di Mesir pada zamannya. Ibn Hajar al-`Asqalani, Tahdhib al-Tahdhib, VIII, 459; Ibnu Sa`d, Kitab al-Tabaqat al-Kabir, VII/2, 517; Geschichte des arabischen Schrifttums (GAS), I, 520.
[83] Shahr bin Hawshab al-Ash`ari, 20-100 H/641-718 M. Seorang Suriah yang menetap di Irak, ia menjabat sebagai pejabat pemerintah dan dianggap sebagai perawi yang agak lemah. Ibnu Sa`d, Kitab al-Tabaqat al-Kabir, VII/2, 158; Ibn Hajar al-`Asqalani, Tahdhib al-Tahdhib, IV, 369; Kh. al-Zirikli, al-A`lam, III, 259.
[84] Abdullah bin Harits bin Nawfal al-Hasyimi, 9-84 H/630-703 M. Salah satu bangsawan Quraisy dan keponakan Muawiyah, ia mendukung Ibnu Zubayr dan harus melarikan diri ke Oman, tempat ia meninggal. Lihat Ibnu Sa`d, Kitab al-Tabaqat al-Kabir, V, 15-16; Kh. al-Zirikli, al-A`lam, IV, 205.
[85] Ali bin Hasyim bin al-Barid, wafat 181 H/797 M. Seorang ahli hadits dari Kufah, ia dianggap sebagai perawi yang terpercaya. Ibnu Sa`d, Kitab al-Tabaqat al-Kabir, VI, 173.
[86] bin Muhammad"> bin Muhammad bin Abi Bakr, Abu Muhammad, 37-107 H/657-725 M. Seorang cucu Khalifah Abu Bakar, pada zamannya ia dianggap sebagai salah satu ulama terbesar. Ibn Hajar al-`Asqalani, Tahdhib al-Tahdhib, VI, 333-35; Kh. al-Zirikli, al-A`lam, VI, 15.
[87] Abu Idris al-Khawlani, `A`idh Allah bin `Abdullah bin Umar, 8-80 H/630-700 M. Seorang ulama dan ahli hukum Damaskus di bawah kekuasaan Abd al-Malik. Ibn Hajar al-`Asqalani, Tahdhib al-Tahdhib, V, 85; Kh. al-Zirikli, al-A`lam, IV, 4.
[88] Abu Dzar al-Ghifari, Jundab bin Junadah bin Sufyan bin `Ubayd, wafat 32 H/652 M. Salah satu Muslim terawal, ia adalah sahabat Nabi. Kh. al-Zirikli, al-A`lam, II, 136-37.