Ahmad bin Ja`far bin Malik menceritakan kepada kami, Muhammad bin Yunus Al Kudaimi menceritakan kepada kami, Abu Bakar Al Hanafi menceritakan kepada kami, Ubaidullah bin Wahb Al Madani menceritakan kepada kami, dari Muhammad bin Ka`b Al Qarzhi, dari Ibnu Abbas bahwa Umar bin Khaththab RA duduk bersama sejumlah sahabat Rasulullah ﷺ dari kalangan Muhajirin. Mereka membahas tentang Lailatul Qadar. Di antara mereka ada yang berbicara sesuai yang dia dengar, lalu kumpulan itu saling berbantahan. Umar berkata, "Mengapa engkau diam saja, tidak berbicara, wahai Ibnu Abbas? Bicaralah, janganlah usiamu yang muda itu menghalangimu untuk bicara." Aku berkata, "Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya Allah itu Maha Ganjil lagi mencintai bilangan ganjil. Allah menetapkan hari-hari dunia itu berputar pada tujuh hari, menciptakan manusia dari tujuh jenis, menciptakan rezeki kita dari tujuh jenis, menciptakan langit di atas kita tujuh lapis, menciptakan bumi di bawah kita tujuh lapis, menurunkan Al Matsani (surah Al Faatihah) dalam tujuh ayat, melarang dalam Kitab-Nya pernikahan dengan kerabat sebanyak tujuh jenis kerabat, membagikan warisan dalam Kitab-Nya kepada tujuh kerabat, kita menyungkur dalam sujud dengan bertumpu pada tujuh anggota badan kita, Rasulullah ﷺ thawaf di Ka`bah sebanyak tujuh kali, sa`i antara Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali, dan melempar jumrah sebanyak tujuh kali untuk melaksanakan dzikrullah sesuai yang diterangkan dalam Kitab-Nya. Menurutku, Lailatul Qadar itu berada di tujuh hari terakhir dari bulan Ramadhan. Allah Maha Tahu." Umar kagum dengan pendapat itu, lalu berkata, "Tidak ada seorang pun yang sejalan dengan pendapatku dari Rasulullah ﷺ kecuali anak muda ini. Sesungguhnya Rasulullah ﷺ bersabda, `Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh hari terakhir`. ` Umar kemudian berkata, "Wahai para sahabat! Siapa yang sependapat denganku dalam masalah ini seperti pendapatnya Ibnu Abbas?"