Halaman 2000
Teks Arab
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ الْفَضْلِ، قَالَ: ثنا أَبُو الْعَبَّاسِ السَّرَّاجُ، قَالَ: ثنا حَاتِمُ بْنُ اللَّيْثِ قَالَ: ثنا قَبِيصَةُ قَالَ: ثنا سُفْيَانُ الثَّوْرِيُّ عَنْ يُونُسَ قَالَ: كَانَ الْحَسَنُ رَحَمَهُ اللهُ قَلْبَهُ مَحْزُونًا. حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ الْفَضْلِ قَالَ ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ قَالَ ثنا حَاتِمُ بْنُ اللَّيْثِ قَالَ: ثنا أَبُو غَسَّانَ مَالِكُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ قَالَ: ثنا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مُحَمَّدٍ الْمُحَارِبِيُّ، قَالَ: ثنا الْحَجَّاجُ بْنُ دِينَارٍ، قَالَ: كَانَ الْحَكَمُ بْنُ حُجَلٍ صَدِيقًا لِابْنِ سِيرِينَ فَلَمَّا مَاتَ ابْنُ سِيرِينَ حَزُنَ عَلَيْهِ حَتَّى جُعِلَ يُعَادُ كَمَا يُعَادُ الْمَرِيضُ فَحَدَّثَ بَعْدُ قَالَ: رَأَيْتُ أَخِيَ فِي الْمَنَامِ يَعْنِي ابْنَ سِيرِينَ فَرَأَيْتُهُ فِي قَصْرٍ فَذَكَرَ مِنْ هَيْئَتِهِ وَأَنَّهُ عَلَى أَفْضَلِ حَالٍ فَقُلْتُ لَهُ: أَيْ أَخِي قَدْ أَرَاكَ فِي حَالٍ يَسُرُّنِي فَمَا صَنَعَ الْحَسَنُ قَالَ: رُفِعَ فَوْقِي بِتِسْعِينَ دَرَجَةً فَقُلْتُ: وَمِمَّا ذَاكَ؟ قَالَ: بِطُولِ حَزَنِهِ
Teks Indonesia
Ahmad bin Muhammad bin Al Fadhl menceritakan kepada kami, ia berkata: Abu Al Abbas As-Sarraj menceritakan kepada kami, ia berkata: Hatim bin Al-Laits menceritakan kepada kami, ia berkata: Qabishah menceritakan kepada kami, ia berkata: Sufyan Ats-Tsauri menceritakan kepada kami dari Yunus, ia berkata, “Al Hasan itu hatinya selalu bersedih.”Ahmad bin Muhammad bin Al Fadhl menceritakan kepada kami, ia berkata: Muhammad bin Ishaq menceritakan kepada kami, ia berkata: Hatim bin Al-Laits menceritakan kepada kami, ia berkata: Abu Ghassan Malik bin Isma’il menceritakan kepada kami, ia berkata: Abdurrahman bin Muhammad Al Muharibi menceritakan kepada kami, ia berkata: Al Hajjaj bin Dinar menceritakan kepada kami, ia berkata: Al Hakam bin Hujal adalah temannya Ibnu Sirin. Ketika Ibnu Sirin meninggal, ia sangat berduka karenanya, hingga ia pun dijenguk seperti dijenguknya orang yang sakit. Kemudian ia bercerita, ia berkata, Aku melihat saudaraku di dalam mimpiku - yakni Ibnu Sirin-, lalu aku melihatnya di dalam istana. Lalu ia menyebutkan keadannya, dan bahwa ia dalam keadaan yang sangat utama. Lalu aku katakan kepadanya, ‘Wahai saudaraku, sungguh aku telah melihatmu dalam keadaan yang menggembirakanku. Lalu bagaimana perihalnya Al Hasan’. Ia berkata, ‘Ia diangkat di atasku sejauh sembilan puluh derajat’. Aku pun berkata, ‘Karena apa itu?’ Ia berkata, ‘Karena lamanya kesedihannya’.”