Daftar Kitab

Halaman 65



Teks Arab

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ جَعْفَرٍ، ثَنَا يُونُسُ بْنُ حَبِيبٍ، ثَنَا أَبُو دَاوُدَ، ثَنَا شُعْبَةُ، أَخْبَرَنِي قَتَادَةُ، قَالَ: سَمِعْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ، يُحَدِّثُ , أَنَّ النَّبِيَّ قَالَ: " ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ: مَنْ يَكُنِ اللهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا , وَأَنْ يُقْذَفَ الرَّجُلُ فِي النَّارِ أَحَبُّ إِلَيْهِ مِنْ أَنْ يَرْجِعَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ إِذْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ , وَأَنْ يُحِبَّ الرَّجُلُ الْعَبْدَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ - أَوْ قَالَ: فِي اللهِ - عَزَّ وَجَلَّ " شَكَّ أَبُو دَاوُدَ حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ جَعْفَرِ بْنِ حَمْدَانَ، ثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ، قَالَ: حَدَّثَنِي أَبِي، ثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ، ثَنَا أَيُّوبُ، عَنْ أَبِي قِلَابَةَ، عَنْ أَنَسٍ، رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ قَالَ: " ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ: أَنْ يَكُونَ اللهُ تَعَالَى وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا , وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ , وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ إِذْ أَنْقَذَهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ تُوقَدَ لَهُ نَارٌ فَيَقْذَفُ فِيهَا " قَالَ الشَّيْخُ رَحِمَهُ اللهُ: فَقَدْ ثَبَتَ بِمَا رُوِّينَا مِنْ حَدِيثِ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ وَغَيْرِهِ , أَنَّ التَّصَوُّفَ أَحْوَالٌ قَاهِرَةٌ , وَأَخْلَاقٌ طَاهِرَةٌ , تَقْهَرُهُمُ الْأَحْوَالُ فُتَأْسِرُهُمْ , وَيَسْتَعْمِلُونَ الْأَخْلَاقَ فَتُظْهِرُهُمْ , تَحْلُوا بِخَالِصِ الْخِدْمَةِ , فَكُفُوا طَوَارِقَ الْحَيْرَةِ , وَعُصِمُوا مِنَ الِانْقِطَاعِ وَالْفَتْرَةِ , وَلَا يَأْنَسُونَ إِلَّا بِهِ , وَلَا يَسْتَرِيحُونَ إِلَّا إِلَيْهِ , فَهُمْ أَرْبَابُ الْقُلُوبِ الْمُتَسَوِّرُونَ بِصَائِبِ فَرَاسَتِهِمْ عَلَى ⦗٢٨⦘ الْغُيُوبِ , الْمُرَاقِبُونَ لِلْمَحْبُوبِ , التَّارِكُونَ لِلْمَسْلُوبِ , الْمُحَارِبُونَ لِلْمَحْرُوبِ , سَلَكُوا مَسْلَكَ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِينَ , وَمَنْ نَحَى نَحْوَهُمْ مِنَ الْمُتَقَشِّفيِنَ وَالْمُتَحَقِّقِينَ الْعَالَمِينَ بِالْبَقَاءِ وَالْفَنَاءِ , وَالْمُمَيِّزِينَ بَيْنَ الْإِخْلَاصِ وَالرِّيَاءِ , وَالْعَارِفِينَ بِالْخَطْرَةِ وَالْهِمَّةِ وَالْعَزِيمَةِ وَالنِّيَّةِ , وَالْمُحَاسِبِينَ لِلضَّمَائِرِ , وَالْمُحَافِظِينَ لِلسَّرَائِرِ الْمُخَالِفِينَ لِلنُّفُوسِ , وَالْمُحَاذِرِينَ مِنَ الْخُنُوسِ بِدَائِمِ التَّفَكُّرِ وَقَائِمِ التَّذَكُّرِ طَلَبًا لِلتَّدَانِي , وَهَرَبًا مِنَ التَّوَانِي , وَلَا يَسْتَهِينُ بِحُرْمَتِهِمْ إِلَّا مَارِقٌ , وَلَا يَدَّعِي أَحْوَالَهُمْ إِلَّا مَائِقٌ , وَلَا يَعْتَقِدُ عَقِيدَتَهُمْ إِلَّا فَائِقٌ , وَلَا يَحِنُّ إِلَى مُوَالَاتِهِمْ إِلَّا تَائِقٌ فَهُمْ سُرُجُ الْآفَاقِ , وَالْمَمْدُودُ إِلَى رُؤْيَتِهِمْ بِالْأَعْنَاقِ , بِهِمْ نَقْتَدِي وَإِيَّاهُمْ نُوَالِي إِلَى يَوْمِ التَّلَاقِ قَالَ الشَّيْخُ رَحِمَهُ اللهُ: بَدَأْنَا بِذِكْرِ مَنِ اشْتُهِرَ مِنَ الصَّحَابَةِ بِحَالٍ مِنَ الْأَحْوَالِ , وَحُفِظَ عَنْهُ حَمِيدُ الْأَفْعَالِ , وَعُصِمَ مِنَ الْفُتُورِ، وَالْإِكْسَالِ , وَفُصِّلَ لَهُ الْعُهُودُ وَالْحِبَالُ , وَلَمْ يَقْطَعْهُ سَآمَةٌ وَلَا مَلَالٌ , فَمِنَ الْمُهَاجِرِينَ أَوَّلُهُمْ

Teks Indonesia

Abdullah bin Ja`far menceritakan kepada kami, Yunus bin Habib menceritakan kepada kami, Abu Daud menceritakan kepada kami, Syu`bah menceritakan kepada kami, Qatadah mengabariku, dia berkata: Aku mendengar Anas bin Malik bercerita bahwa Nabi ﷺbersabda, "Ada tiga sifat yang barangsiapa sifat-sifat tersebut ada padanya, maka dia merasakan kelezatan iman, yaitu: Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya daripada selain keduanya; dilempamya seseorang ke dalam api itu lebih disukainya daripada kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkannya dari kekafiran; dan seseorang yang mencintai seorang hamba semata-mata karena Allah —atau beliau bersabda: dijalan Allah SWT. Abu Daud ragu. Ahmad bin Ja`far bin Hamdan menceritakan kepada kami, Abdullah bin Ahmad bin Hanbal menceritakan kepada kami, dia berkata: Ayahku menceritakan kepadaku, Abdul Wahhab menceritakan kepada kami, Ayyub menceritakan kepada kami, dari Abu Qilabah, dari Anas RA, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda, "Ada tiga sifat yang barangsiapa memiliki sifat-sifat tersebut, maka dia merasakan kelezatan iman, yaitu: Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada selain keduanya; mencintai seorang hamba semata-mata karena Allah; dan benci kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkannya dari kekafiran sebagaimana dia benci sekiranya dinyalakan api untuknya lalu dia dilemparkan ke dalamnya." Syaikh (Abu Nu`aim) berkata: Berdasarkan riwayat kami dari hadits Muadz bin Jabal dan lainnya, bisa dipastikan bahwa tashawwuf merupakan kondisi-kondisi spiritual yang kuat dan akhlak yang suci. Mereka terkuasai oleh kondisi-kondisi spiritual itu sehingga tertawan olehnya. Mereka memfungsikan akhlak sehingga akhlak itu mensucikan mereka. Mereka memberikan pengabdian yang ikhlas sehingga terjaga dari hantaman-hantaman kebimbangan, terlindung dari terputusnya hubungan spiritual dan kejemuan. Mereka tidak merasa betah kecuali dengan Allah, dan tidak merasa rileks kecuali saat kembali kepada Allah. Mereka adalah para pemilik hati yang bersih, firasat yang benar terhadap perkara-perkara ghaib, senantiasa merasa diawasi oleh Sang Kekasih, meninggalkan apa yang diambil dari tangan mereka, memerangi apa yang diperangi-Nya. Mereka menempuh jalan para sahabat dan tabiin, serta orang-orang yang searah dengan mereka dari golongan orang-orang yang kumal dan ahli hakikat, yang mengetahui keabadian dan kefanaan, yang bisa memilah antara ikhlas dan riya, yang mengetahui bersitan hati, tekad, keteguhan dan niat, yang senantiasa mengintrospeksi hati, yang selalu menjaga sanubari, yang selalu melawan nafsu, yang terus waspada terhadap bisikan-bisikan setan dengan tafakkur dan dzikir tiada henti, untuk mengupakan kedekatan yang semakin dekat, menghindari sikap berlambat-lambat. Tidak ada yang merendahkan kehormatan mereka selain orang yang bejad, tidak ada yang menuduh kondisi spiritual mereka selain orang yang enggan terhadap kebenaran, tidak ada yang meyakini akidah mereka selain orang yang unggul, dan tidak ada yang condong kepada muwalah (loyalitas) terhadap mereka selain orang yang berhasrat terhadap kebenaran. Mereka adalah cahaya yang ada di cakrawala, yang menjadi obyek perhatian kita. Kepada merekalah kita berteladan, dan kepada merekalah kita bersikal loyal hingga hari perjumpaan. Syaikh (Abu Nu`aim) berkata: Kami memulai dari kalangan sahabat yang masyhur`dengan kondisi spiritualnya, yang terekam jejak perbuatan mulia mereka, yang terjaga dari kejenuhan dan kemalasan, yang disambungkan perjanjian dan talinya, tidak terputus oleh kejemuan dan kebosanan. Di antara golongan Muhajirin yang awal adalah: