Daftar Kitab

Halaman 45



Teks Arab

حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَلِيٍّ، ثَنَا يَحْيَى بْنُ مُحَمَّدٍ، مَوْلَى بَنِي هَاشِمٍ، ثَنَا يُوسُفُ الْقَطَّانُ، ثَنَا مِهْرَانُ بْنُ أَبِي عُمَرَ، ثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ أَبِي خَالِدٍ، عَنِ الْمِنْهَالِ بْنِ عَمْرٍو، قَالَ: أُخْبِرْتُ أَنَّ إِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ لَمَّا أُلْقِيَ فِي النَّارِ كَانَ فِيهَا - مَا أَدْرِي إِمَّا خَمْسِينَ , وَإِمَّا أَرْبَعِينَ يَوْمًا - قَالَ: مَا كُنْتُ أَيَّامًا وَلَيَالِيَ قَطُّ أَطْيَبَ عَيْشًا مِنِّي إِذْ كُنْتُ فِيهَا , وَوَدِدْتُ أَنَّ عَيْشِي وَحَيَاتِي كُلَّهَا مِثْلَ عَيْشِي إِذْ كُنْتُ فِيهَا قَالَ الشَّيْخُ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى: وَإِنْ أُخِذَ مِنَ الصُّوفِ الْمَعْرُوفِ , فَهُوَ لِاخْتِيَارِهِمْ لِبَاسَ الصُّوفِ , إِذْ لَا كُلْفَةَ لِلْآدَمِيِّينَ فِي إِنْبَاتِهِ وَإِنْشَائِهِ , وَإِنَّ النُّفُوسَ الشَّارِدَةَ تُذَلَّلَ بِلِبَاسِ الصُّوفِ , وَتُكْسَرُ نَخْوَتُهَا وَتَكَبُّرُهَا بِهِ , لِتَلْتَزِمَ الْمَذِلَّةَ وَالْمَهَانَةَ , وَتَعْتَادَ الْبُلْغَةَ وَالْقَنَاعَةَ. وَقَدْ ذَكَرْنَا شَوَاهِدَهُ فِي كِتَابِ لُبْسِ الصُّوفِ مُجَوَّدًا. وَقَدْ كَثُرَتْ أَجْوِبَةُ أَهْلِ الْإِشَارَةِ فِي مَائِيَّتِهِ بِأَنْوَاعٍ مِنَ الْعِبَارَةِ , وَجَمَعْنَاهَا فِي غَيْرِ هَذَا الْكِتَابِ , وَأَقْرَبُ مَا أَذْكُرُهُ مَا حُدِّثْتُ عَنْ جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدٍ الصَّادِقِ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ , أَنَّهُ قَالَ: مَنْ عَاشَ فِي ظَاهِرِ الرَّسُولِ فَهُوَ سُنِّيٌّ , وَمَنْ عَاشَ فِي بَاطِنِ الرَّسُولِ فَهُوَ صُوفِيٌّ. وَأَرَادَ جَعْفَرٌ بِبَاطِنِ الرَّسُولِ أَخْلَاقَهُ ⦗٢١⦘ الطَّاهِرَةِ , وَاخْتِيَارَهُ لِلْآخِرَةِ , فَمَنْ تَخَلَّقَ بِأَخْلَاقِ الرَّسُولِ , وَتَخَيَّرَ مَا اخْتَارَهُ , وَرَغِبَ فِيمَا فِيهِ رَغِبَ , وَتَنَكَّبَ عَمَّا عَنْهُ نَكَبَ , وَأَخَذَ بِمَا إِلَيْهِ نَدَبَ , فَقَدْ صَفَا مِنَ الْكَدَرِ , وَنُحِّيَ مِنَ الْعَكَرِ , وَنُجِّيَ مِنَ الْغِيَرِ , وَمَنْ عَدَلَ عَنْ سَمْتِهِ وَنَهْجِهِ , وَعَوَّلَ عَلَى حُكْمِ نَفْسِهِ وَهَرَجِهِ , وَسَعَى لِبَطْنِهِ وَفَرْجِهِ , كَانَ مِنَ التَّصَوُّفِ خَالِيًا , وَفِي التَّجَاهُلِ سَاعِيًا , وَعَنْ خَطِيرِ الْأَحْوَالِ سَاهِيًا

Teks Indonesia

Al Husain bin Muhammad bin Ali menceritakan kepada kami, Yahya bin Muhammad mantan sahaya Bani Hasyim menceritakan kepada kami, Yusuf Al Qaththan menceritakan kepada kami, Mihran bin Abu Umar menceritakan kepada kami, Ismail bin Abu Khalid menceritakan kepada kami, dari Minhal bin Amr, dia berkata: Aku diberitahu bahwa ketika Nabi Ibrahim dicemplungkan ke dalam api, dia berada di dalamnya —aku tidak tahu apakah selama lima puluh atau empat puluh hari—. Ibrahim berkata, "Aku sama sekali tidak pernah menjalani hari dan malam yang lebih baik daripada saat aku berada dalam api itu. Aku berharap sepanjang hidupku seperti ketika berada di dalamnya." Syaikh (Abu Nu`aim) berkata: Apabila kata tashawwuf diambil dari kata shuf yang berarti wol, maka itu karena mereka memilih pakaian yang terbuat dari wol karena manusia tidak perlu bersusah payah untuk mengadakannya. Jiwa-jiwa yang merana akan merasa rendah saat memakai pakaian wol, merasa patah dengan kekasarannya. Mereka memilih pakaian wol supaya tetap dalam keadaan rendah diri dan terbiasa dengan kehidupan yang seadanya dan qana`ah. Kami telah menyebutkan riwayat-riwayat yang menguatkan makna ini dalam kitab tentang wol. Ada banyak jawaban dari para ahli bahasa dengan berbagai macam ungkapan, dan kami telah menghimpunnya di selain kitab ini. Berikut ini adalah riwayat yang paling mungkin untuk saya sampaikan: Aku diceritakan oleh Ja`far bin Muhammad Ash-Shadiq bahwa dia berkata, "Barangsiapa yang hidup dengan mengikuti aspek lahiriah Rasulullah ﷺ, maka dia seorang sunni. Dan barangsiapa yang hidup dengan mengikuti aspek batiniah dari Rasul SAW, maka dia adalah seorang sufi." Yang dimaksud Ja`far dengan aspek batiniah Rasulullah ﷺ adalah akhlak beliau yang suci dan pilihan beliau terhadap akhirat. Barangsiapa yang mengikuti akhlak Rasul SAW, memilih apa yang beliau pilih, mencintai apa yang beliau cintai, dan menghindari apa yang beliau hindari, mengambil apa yang beliau serukan, maka dia telah jernih dari kekurangan, terhindar dari lumpur, selamat dari debu. Dan barangsiapa yang menjauhi karakter dan jalan hidup Rasulullah ﷺ, bersandar pada aturan nafsunya, berbuat demi perut dan kemaluannya, maka dirinya telah kosong tashawwuf, memeras tenaga dalam kebodohan, dan lalai akan keadaan yang berbahaya.